Konfusianisme dan Praktik Hubungan Internasional

Kamis, 16 Februari 2023 - 20:11 WIB
loading...
A A A
Dalam Konfusianisme, hubungan internasional harus bisa mencegah kerenggangan, sebab sosialisasi diri sendiri/orang lain merupakan agenda penting dalam hubungan Konfusian. Konfusianisme percaya bahwa cara utama untuk mencegah kerenggangan adalah lewat cara membayangkan akar yang sama, pemberian hadiah yang berulang dan pengadaan upacara pemberian nama yang dilakukan secara rutin, agar: (1) memastikan bahwa peran diri diterima oleh orang lain; (2) memungkinkan semua orang untuk mengejar keinginan mereka masing-masing tanpa kekhawatiran mengenai kerenggangan; (3) berpartisipasi dalam negosiasi yang baik dan setara apabila berada dalam situasi yang menyebabkan konflik kepentingan.

Dalam pandangan dunia Konfusianisme, persamaan antar negara bukan disebabkan oleh norma perilaku yang bersifat internal, alami, rasional, dan diperlukan, namun karena negara bersedia dan mampu untuk membentuk peran bagi satu sama lain untuk menguatkan akar yang sama. Mengambil China sebagai contoh, peran dari diplomasi China terletak pada persaudaraan, pertemanan, tetangga, keluarga, pasangan, dll. Namun, dalam praktik, jenis peran yang sama mungkin dapat menemukan beberapa perbedaan dalam pengaturan pemberian hadiah, dan pengaturan pemberian hadiah dalam diaplikasikan kepada peran kategori yang lain. Oleh karena itu, pemberian hadiah secara relative merupakan sebuah proses independen dengan tujuan untuk menguntungkan orang lain agar dapat diterima didalam status quo China.

Hubungan Konfusian seringkali memilih untuk memulihkan, memperkuat, dan meningkatkan hubungan peran yang setara, sedangkan Barat mengharapkan pendatang baru untuk bersosialisasi dan menjadi anggota yang dapat diakui lewat aturan yang telah ditetapkan. Dengan Amerika Serikat yang kembali pada kompetisi China-AS, terutama melalui penggunaan sanksi ekonomi berdasarkan hak alami, usaha China untuk membuat AS menerima peran dirinya telah gagal.

Selanjutnya, kebijakan luar negeri dari China telah secara konsisten meningkatkan pencarian terhadap kemitraan bilateral dengan negara lain yang memberikan indikasi: (1) China tidak bertanggung jawab atas kompetisi China-AS; (2) bahwa AS belum sepenuhnya menutup jendela kesempatan untuk berkooperasi Bersama dengan perkembangan China, namun hal ini mengharuskan China untuk membuat kompromi yang lebih besar terlebih dahulu. Lewat pandangan dunia Konfusian, kita dapat dimengerti rasa keasingan dari China dalam hubungan internasional liberal dan sikapnya dalam menunggu AS untuk mengubah sikap renggangnya.

Analisa kasus

Artikel ini memberikan uraian terhadap konsep asing untuk menjelaskan bahwa pengejaran Korea Utara terletak pada penerimaan dan bukan terhadap kuasa. Sementara itu, pendekatan Korea Utara merupakan pembentukan peran dan bukan aliansi, yang mencerminkan kontribusi Konfusian dalam hubungan internasional.

Motivasi utama dibalik pengejaran Korea Utara dalam senjata nuklir merupakan sebuah penerimaan – diterima sebagai kekuatan nuklir dalam system non-proliferasi, berakhirnya semua sanksi, dan pemeliharaan perdamaian dan keamanan abadi di Semenanjung Korea dan dunia. Korea Utara dan AS terlihat sebagai rival permanen, namun pertemuan historis secara sukses dilaksanakan pada Juni 2018. Korea Utara menggunakan metafora nasionalis dan familial di Korea Selatan dan China, menggunakan hubungan peran yang sudah ada antara AS- dan Korea selatan untuk mengembangkan hubungan peran yang baru, dan ketiga secara cepat mengembalikan hubungan mereka, menunjukkan bahwa keinginan untuk menghilangkan perasaan asing hanya dapat dilalui lewat hubungan peran yang dalam dan tidak terkoordinir pada awal interaksi. Interaksi tegang yang berbolak-balik antara Korea Utara dan Cina semalaman juga dapt mendemonstrasikan tidak adanya relevansi dari kekuatan realis.

Mengingat perkembangan pesat dari hubungan Utara-Selatan, proses perdamaian di Semenanjung Korea akan terus berlanjut terlepas dari keterlibatan AS. Apabila AS menolak pengajuan tidak langsung dari Korea Utara untuk denuklirisasi di Seoul, kita dapat melihat pelonggaran antara hubungan Utara-Selatan tanpa denuklirisasi, menciptakan ketegangan antara AS-Korea Selatan dan membahayakan kepemimpinan AS. Dengan kata lain, AS perlu untuk mempertimbangkan tidak hanya hubungan bilateralnya dengan Korea Selatan namun juga tiga hubungan bilateral lain yang terlibat, yang bukan merupakan perilaku berbasis aturan yang kita ketahui. Bahkan jika perilaku sekutu kecil Korea Selatan tidak konsisten dengan tujuan dari aliansi, AS masih memiliki kewajiban untuk memberikan respon yang positif, dan nanti ketika AS dan Korea Utara telah menjalin hubungan langsung, secara relatif akan lebih mudah bagi Washington dan Seoul, sebagai sekutu dari AS, memiliki kewajiban untuk menyesuaikan…

Akhir kata

Dalam Konfusianisme, hubungan dan peran memiliki inter-subjektivitas, namun hubungan ditetapkan lebih dulu sebelum interaksi, sedangkan peran membutuhkan improvisasi sesuai dengan kondisi selama interaksi. Kedua teori memiliki sudut pandang yang serupa secara etimologi, bahwa, inter-subjektivitas aktor dapat menggantikan otonomi mereka dan analisa kekuasaan dapat diseimbangkan lewat pengenalan terhadap budaya dan identitas. Untuk menghindari pengasingan bersama yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan identitas, Konfusianisme membutuhkan aktor-aktor untuk membangun dan menjaga hubungan lewat permainan peran improvisasional, dan peran-peran ini diakui bersama, yang secara kontras berbeda dari hubungan berbasis aturan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0938 seconds (0.1#10.140)