Labirin Kekuasaan di Mata Ardern

Rabu, 15 Februari 2023 - 11:53 WIB
loading...
A A A
Bagi sebagian kita, perempuan terlalu sering digambarkan sebagai sosok yang mudah dikalahkan dini atau prematur. Pada saat bersamaan, perspektif kekuasaan maskulin menciptakan permainan politik predator ship. Ardern merekonstruksi miskonsepsi tersebut dengan menyandingkan kombinasi executive leadership dengan motherhood secara manusiawi.

Salah satu peninggalan legacy Ardern bisa ditemukan di Parlemen Selandia Baru. Sebagai pimpinan eksekutif yang juga seorang ibu, Ardern yang mendorong adanya dedicated space di parlemen bagi anak-anak para anggota parlemen. Ardern pula yang menerapkan security clearances lebih luas bagi para pengasuh dan pasangan di lingkungan gedung parlemen.

Kebijakan paling penting lainnya yang ditinggalkan Ardern adalah kesempatan bagi para ibu yang baru memiliki bayi untuk mengambil cuti atau “compassionate leave” enam bulan pertama usia anak mereka atau “evening leave” pada 12 bulan pertama.

Semua itu merupakan redefinisi kekuasaan politik yang lebih segar dari seorang Jasinda Ardern. Saya kira Ardern mungkin pengagum Karl Gustav Jung, psikiater ternama Swiss (1875-1961). Sebab Karl pernah berkata, “saat cinta berdaulat, tidak ada keinginan untuk menguasai, dan saat kekuasaan berkuasa, cinta berkurang di mana seseorang merupakan bayangan atas yang lain”.
(poe)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1055 seconds (0.1#10.140)