Semua Pihak Diajak Junjung Pesta Demokrasi Tanpa Ujaran Kebencian
loading...
A
A
A
"Kalau hal itu (praktik politik identitas) jumlahnya makin banyak di masyarakat tentunya akan semakin kuat intoleransi beragama, intoleransi politik. Masyarakat terbelah berdasarkan dukungan terhadap kandidat atau sesuatu yang dibungkus memakai agama, tentunya itu berbahaya sekali," ucapnya.
Hamdi Muluk mengajak segenap masyarakat agar mampu membangun cara pandang baru dalam memaknai kontestasi politik. Hal itu penting agar tidak mudah terhasut atau bahkan menjadi pelaku pemecah-belah persatuan bangsa yang memanfaatkan narasi politik.
"Konsepnya begini, kita harus menghimbau sajalah kepada para elite-elite, kalau di sosial media, terutama influencer-influencer untuk tidak menciptakan narasi politik identitas seperti itu. Kedua, kita harus bisa memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa itu pembodohan," katanya.
Ketiga, Hamdi menekankan agar masyarakat lebih kritis. Paling tidak mengecek fakta dan tidak mudah percaya, apalagi jika disangkutkan dengan agama, maka harus waspada.
Ia juga mendorong pemerintah sama-sama berupaya menekan maraknya praktik politik identitas menjelang pesta demokrasi 2024 guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dari nafsu politik para oknum pemecah-belah.
"Kita sudah punya instrumen hukum tentang ujaran kebencian, lalu pendidikan politik dan literasi media untuk masyarakat. Tentunya mereka harus diajarkan bagaimana bermedia sosial yang positif," katanya.
Hamdi Muluk berharap kontestasi politik yang akan datang dapat menjadi konstestasi positif tentang gagasan, rasional, serta tidak lagi membawa narasi politik identitas berlatar agama.
"Kita semua tentu ingin kontestasi Pemilu 2024 sebagai kontestasi adu gagasan, rasional, dan tidak usah membawa-bawa agama. Sebab, agama bagusnya membawa orang pada puncak kesadaran bahwa dia adalah makhluk Tuhan dan dia akan menjadi lebih baik. Bukan membawa konflik secara politik," ujarnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
Hamdi Muluk mengajak segenap masyarakat agar mampu membangun cara pandang baru dalam memaknai kontestasi politik. Hal itu penting agar tidak mudah terhasut atau bahkan menjadi pelaku pemecah-belah persatuan bangsa yang memanfaatkan narasi politik.
"Konsepnya begini, kita harus menghimbau sajalah kepada para elite-elite, kalau di sosial media, terutama influencer-influencer untuk tidak menciptakan narasi politik identitas seperti itu. Kedua, kita harus bisa memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa itu pembodohan," katanya.
Ketiga, Hamdi menekankan agar masyarakat lebih kritis. Paling tidak mengecek fakta dan tidak mudah percaya, apalagi jika disangkutkan dengan agama, maka harus waspada.
Ia juga mendorong pemerintah sama-sama berupaya menekan maraknya praktik politik identitas menjelang pesta demokrasi 2024 guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dari nafsu politik para oknum pemecah-belah.
"Kita sudah punya instrumen hukum tentang ujaran kebencian, lalu pendidikan politik dan literasi media untuk masyarakat. Tentunya mereka harus diajarkan bagaimana bermedia sosial yang positif," katanya.
Hamdi Muluk berharap kontestasi politik yang akan datang dapat menjadi konstestasi positif tentang gagasan, rasional, serta tidak lagi membawa narasi politik identitas berlatar agama.
"Kita semua tentu ingin kontestasi Pemilu 2024 sebagai kontestasi adu gagasan, rasional, dan tidak usah membawa-bawa agama. Sebab, agama bagusnya membawa orang pada puncak kesadaran bahwa dia adalah makhluk Tuhan dan dia akan menjadi lebih baik. Bukan membawa konflik secara politik," ujarnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
(abd)