Anggota DPR Sentil Orang Tua yang Eksploitasi Anak Lewat TikTok

Jum'at, 09 Desember 2022 - 16:32 WIB
Anggota Komisi I DPR Christina Aryani saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk Disrupting Harm in Indonesia: Darurat Eksploitasi Anak, Bagaimana Masa depan Indonesia? di Kampus Universitas Budi Luhur, Jakarta, Rabu (7/12/2022). Foto/Ist
JAKARTA - Fenomena eksploitasi anak terutama yang belakangan marak terjadi melalui media sosial utamanya TikTok disoroti oleh Anggota Komisi I DPR Christina Aryani. Politikus Golkar ini memotret terdapat cukup banyak kreator konten yang memanfaatkan anak untuk meraup keuntungan ekonomi.

Dia menilai hal tersebut perlu diantisipasi agar jangan sampai menjadi bentuk lain dari upaya eksploitasi anak yang harus sama-sama diperangi. Christina mengatakan bahwa fenomena eksploitasi anak saat ini bukan hanya terjadi di jalanan.

"Tetapi juga di ruang digital, melalui media-media sosial. Ambil contoh TikTok, kini makin banyak anak-anak dimanfaatkan untuk meminta-minta sumbangan," kata Christina saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk "Disrupting Harm in Indonesia: Darurat Eksploitasi Anak, Bagaimana Masa depan Indonesia?” di Kampus Universitas Budi Luhur, Jakarta, Rabu (7/12/2022).





Christina pernah melihat seorang anak berkebutuhan khusus yang diajak ibunya melakukan siaran langsung atau live TikTok mengharapkan hadiah dari penonton. "Kesannya memang berharap ada rasa iba melihat kondisi anak tersebut, tapi di sisi lain ini menjadi cara lain eksploitasi anak oleh orang tuanya untuk kepentingan ekonomi. Fenomena ini patut kita waspadai dan menjadi perhatian bersama," imbuhnya.

Kemudian, dia juga mencermati bentuk lain seperti konten orang tua melakukan prank terhadap anak balita yang juga banyak terjadi. "Disangkanya menghibur bagi orang dewasa karena melihat anak kecil tersebut menangis ketika di-prank atau lebih tepatnya ditakut-takuti, tapi bagi anak hal ini berbekas dan meninggalkan trauma,” tuturnya.

Konten tersebut, kata dia, sempat viral. “Dan ini bentuk lain kekerasan dan eksploitasi terhadap anak juga. Intinya masyarakat jangan latah dan harus bijak, pikirkan yang terbaik untuk anak," tegasnya.

Kendati demikian, dia melihat ada juga konten positif terkait anak bersama ibu atau ayahnya yang perlu dipresiasi karena memberikan pendidikan terkait tumbuh kembang anak. "Tapi intinya jangan sampai anak dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi yang sifatnya eksploitatif. Ini kita perlu awasi bersama," ucapnya.

Christina berharap agar peran serta masyarakat semakin aktif dan adanya peningkatan kesadaran untuk melawan praktik-praktik eksploitasi anak yang masih marak terjadi. "Kita temukan di jalanan masih cukup banyak, minimal kita perlu pendekatan untuk memastikan pada orang tuanya agar tidak melakukan praktik ini. Atau jika terkait sindikat, maka harus melapor ke aparat penegak hukum,” kata Christina.

“Dan terkait di media sosial kita punya tugas untuk mereport akun-akun yang melakukan eksploitasi anak agar di-banned serta langkah lain yang kita anggap perlu," sambungnya.

Christina pun mengapresiasi komunitas akademik Universitas Budi Luhur yang memberikan perhatian pada isu ini. Menurut Christina, kampus adalah tempat membangun ide atau gagasan bagaimana peristiwa di masyarakat dicermati sekaligus dicarikan solusinya.

"Apa yang bisa kita tawarkan untuk dijadikan solusi itu adalah tugas mulia kampus. Dan apresiasi saya pada Universitas Budi Luhur yang sudah memberikan porsi untuk isu ini," pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More