Inspiratif, Pendeta di Bantul Turut Gotong Royong Bangun Masjid di Kampung Karanggede Bantul

Minggu, 04 Desember 2022 - 11:36 WIB
“Kalau ada kenduri, tradisi Jawa selametan saya ikut. Mereka berdoa dengan keyakinan mereka ya saya juga ikut mendoakan dengan keyakinan kami,” ucapnya.

Tak hanya soal kenduri, saat pembangunan masjid, Pendeta Wijayadi juga ikut bergotong royong. “Dulu kan ini musala, kemudian dibangun masjid sekitar tahun 2010. Di situ saya ikut gotong royong, menganyam besi dan lainnya,” ujarnya.

Pendeta Wijayadi dan jemaatnya mengaku nyaman beribadah dan tinggal di Kampung Karanggede. Setiap event-event keagamaan di gerejanya, masyarakat sekitar juga membantu baik soal parkir hingga masalah keamanan. Meski gereja tak mempunyai lahan parkir sehingga parkir jemaat harus dilakukan di pinggir jalan, masyarakat juga bisa menerima.

“Menurut saya apa yang ada di Karanggede ini adalah contoh sederhana toleransi dan kerukunan beragama. Kuncinya adalah saling menghormati dan saling memahami,” katanya lagi.

Isu-isu terkait konflik agama juga tak mempan di Karanggede ini. Konflik antara agara di sejumlah wilayah tak membuat kerukunan di Karanggede menjadi goyah. Masyarakat di Karanggede justru yang pertama membela jika ada pihak luar ingin mengganggu penganut agama tertentu. “Dulu sempat ada isu ada pihak luar ingin mengganggu mengusik , tapi justru masyarakat sini yang marah dan mengamankannya,” ujarnya.

Ketua RT 01, Heri Joko membenarkan hal ini. Dia masih ingat, saat ada peristiwa gereja dibakar di daerah lain, dirinya dan para warga bersama aparat berjaga di pintu masuk kampung. Pasalnya ada isu kelompok massa itu akan menyerang gereja di kampungnya.

“Kami bersama-sama berjaga di pintu masuk kampung. Kami tidak ingin ketenteraman kampung kami diusik,” ujar pensiunan TNI AU ini.

Heri menjelaskan, meski antara satu tempat ibadah dengan tempat lainnya jaraknya sangat dekat mereka saling menghormati dan tidak saling mengganggu. Heri mencontohkan di Masjid Karanggede rutin digelar pengajian.

Setiap pengajian, pengelola masjid tidak pernah menggunakan pengeras luar. Mereka hanya menggunakan pengeras dalam. Padahal di masjid itu terdapat menara tinggi yang khusus digunakan untuk menempatkan pengeras luar.

“Jadi meski gereja dan pura dekat dengan masjid misalkan ada acara keagamaan berbarengan juga tidak akan mengganggu karena masjid hanya menggunakan pengeras dalam. Pengeras hanya digunakan saat azan saja,” ujarnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More