Keberanian dan Kebencian Rakyat China yang Terpendam

Senin, 28 November 2022 - 15:01 WIB
Harryanto Aryodiguno, Ph.D, Dosen Jurusan Hubungan Internasional President University, Jababeka-Cikarang. Foto/Dok Pribadi
Harryanto Aryodiguno, Ph.D

Dosen Jurusan Hubungan Internasional President University, Jababeka-Cikarang

Pada Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20 tahun 2022, Xi Jinping menggunakan slogan "pergerakan dinamis" sebagai salah satu pencapaian politik terpenting dalam masa jabatan keduanya. Xi mengklaim bahwa kebijakan ini mencerminkan filosofi Partai Komunis yang berkuasa dan misi asli Partai Komunis yakni “kekuasaan dan kepentingan Rakyat” adalah cita-cita dan tujuan Partai Komunis.



Namun, selama proses pencegahan meluasnya pandemi Covid-19 yang berlangsung tiga tahun, rakyat China telah mengorbankan kehidupannya demi mematuhi peraturan Partai yang dipaksakan dan atas nama zero Covid. Selama ini rakyat China hanya diam dan tidak bisa mengeskpresikan penolakannya dan terpaksa mengorbankan hak asasi mereka sendiri. Mereka mengeluh dalam diam tentang kerugian dan ancaman yang mereka hadapi. Masyarakat yang sudah tidak tahan lagi dengan situasi yang menyebabkan mata pencaharian mereka terancam akhirnya melakukan protes besar-besaran di China baru-baru ini.

Ratusan orang turun ke jalan-jalan di Beijing dan Shanghai untuk memprotes kebijakan "Zero-Covid" pemerintah China. Menurut kantor Berita AFP pada Minggu, 27 November 2022, demonstrasi dipicu oleh kebakaran di Urumqi, ibu kota wilayah otonomi Xinjiang. Kebakaran tersebut menewaskan sedikitnya 10 orang pada Kamis, 24 November 2022, menurut keterangan resmi pemerintah China. Banyak orang percaya bahwa kebijakan penutupan kota telah menyebabkan penduduk terkunci dalam lembaran besi dan kawat berduri dan tidak dapat menyelamatkan diri dari api yang membara, sehingga mempersulit kecepatan penyelamatan dari pemadam kebakaran.



Namun pihak berwenang membantah klaim tersebut pada konferensi pers di hari berikutnya. Seorang juru bicara pemadam kebakaran setempat bahkan menuduh penduduk kurang pengetahuan tentang penyelamatan diri selama kebakaran atau pemadam kebakaran dan gagal menyelamatkan diri mereka sendiri. Kemarahan publik terpicu dengan pernyataan tersebut, dan pada malam tanggal 25 November, demonstran bergerak menuju ke kantor Pemerintah Kota Urumqi untuk memprotes penanganan dari pemerintah. Gelombang protes dengan cepat menyebar ke kota-kota besar di seluruh negeri China.

Pada hari Sabtu, 26 November 2022, di Institut Media Nanjing di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, mahasiswa secara spontan berkumpul untuk mengenang para korban kebakaran 24 November di Xinjiang. Para siswa memegang kertas A4 kosong di tangan mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap penyensoran berita dari PKC atas insiden tersebut. Pergerakan mahasiswa tersebut kemudian diancam dan ditekan oleh otoritas kampus. Pada malam hari yang sama, di Jalan Tengah Urumqi di Kota Shanghai, warga Shanghai terus memegang kertas putih sebagai bentuk solidaritas dengan para mahasiswa, dan meletakkan bunga dan lilin di bawah papan tanda jalan sebagai tanda berkabung.

Selama protes di Jalan Tengah Urumqi Shanghai, orang-orang memegang papan bertuliskan "Urumqi 11.24 atau November 24." untuk mengenang korban kebakaran di Xinjiang, dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Kebebasan, jangan melawan pandemik" dan "Buka pemblokiran di Kota Xinjiang, Buka pemblokiran seluruh China." Pada saat yang sama, kerumunan mulai berteriak, "runtuhkan Partai Komunis!, Turunkan Xi Jinping!"
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More