Pustakawan untuk Indonesia: Melayani dengan Cinta

Senin, 06 Juli 2020 - 18:50 WIB
Prinsip kedelapan, layanan cinta merupakan hasil kerja seluruh tenaga perpustakaan. Keberhasilan layanan cinta bukan karena satu orang atau beberapa orang saja. Layanan cinta adalah keberhasilan setiap orang yang bekerja di perpustakaan di bidang apapun Ia berkecimpung. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan tulus akan menghasilkan hasil yang baik. Sehingga kontribusi setiap orang yang bekerja dengan cinta akan secara terpadu menyukseskan layanan berdasarkan cinta di perpustakaan.

Prinsip kesembilan, layanan cinta merupakan suatu kenikmatan dan kebanggaan. Hal ini ibarat kita senang melihat orang lain senang. Pustakawan tentunya merasa bahagia jika pemustakanya senang dilayani oleh pustakawan. Rasa senang pemustaka ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi pustakawan dalam melayani pemustaka. Dengan kebahagiaan dan kebanggaan melayani dengan jinta maka jiwa akan terdorong untuk bekerja keras dengan tulus dan ikhlas.

Prinsip terakhir, adalah tulus dan ikhlas merupakan komponen utama layanan cinta. Ketulusan dan keihlasan adalah sikap yang bijaksana dimana setiap pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya kinerja.

Dengan begini pemustaka akan merasa puas dan senang juga merasa dihargai oleh pustakawan. Jika tulus dan ikhlas ini menjadi habituasi bagi pustakawan dalam keseharian kerjannya maka layanan cinta akan dirasakan oleh hati pemustaka.

Layanan cinta sebenarnya telah diberikan namun banyak pustakawan yang tidak sadar telah melakukannya. Berikut adalah siklus layanan cinta yang digambarkan oleh Achmad, Mansur Sutedjo, Surono, dan Edy Suprayitno (2014) pada halaman 185 dalam buku Layanan Cinta.

Titik nol (0) merupakan titik awal peningkatan kualitas religitus (keimanan, ketaqwaan, ketulusan, keikhlasan, kesabaran dan bersyukur). Titik ini adalah titik pustakawan meningkatkan kualitas hubungannya denga tuhan yang maha esa. Titik ini merupakan proses tanpa henti karena keimanan, ketulusan dan rasa lainnya perlu dipupuk. Sehingga dengan titik ini pustakawan berharap bahwa setiap pekerjaannya bernilai ibadah karena berawal dari energi ikhlas dan tulus.

Siklus nomor 1 memberikan layanan cinta dengan tulus kepada pemustaka. Pustakawan menyadari bahwa pemustaka bukanlah benda mati. Pemustaka adalah manusia yang memiliki hati dan rasa yang harus dipelihara. Gagalnya memelihara hati pemustaka akan mengakibatkan matinya perpustakaan karena pemustaka sejatinya adalah promotor baik dan buruknya layanan yang ia terima.

Siklus nomor 2 Memberikan Layanan cinta dengan ikhlas, hal ini sejalan dengan hubungan dengan Tuhan dan memberikan layanan dengan sungguh-sungguh kepada pemustaka. Layanan yang diberikan tidak diiringi rasa ingin dibalas dan dibayar oleh pemustaka. Rasa ikhlas yang telah tertanam akan meningkatkan siklus nomor 1 dan titik (0). Karena ikhlas merupakan salah satu kunci utama dalam layanan cinta di perpustakaan.

Siklus nomor 3 tuhan adala sumber energi cinta memberikan apa yang dibutuhkan keperpustakaan. Mendoakan pemustaka agar ilmu yang mereka tuntut bermanfaat adalah salah satu bentuk cinta pustakawan kepada pemustaka.

Pemustaka menyadari bahwa layanan cinta yang sempurna hanya dapat diberikan jika pustakawan berdoa kepada pencipta cinta tersebut. Tentunya layanan sungguh-sungguh dan doa harus beriringan. Tidak akan berjalan dengan baik jika hanya berdoa saja karena doa butuh ikhtiar yang sungguh-sungguh.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More