Pustakawan untuk Indonesia: Melayani dengan Cinta
Senin, 06 Juli 2020 - 18:50 WIB
Prinsip pertama dalam layanan cinta adalah Pemustaka adalah raja. Pustakawan yang menganggap pemustaka adalah raja akan menanggapi dan melayani pemustaka dengan penuh rasa hormat, rasa saling menghargai dan saling tenggang rasa. Karena dengan perspektif ini pustakawan akan menyadari bahwa pemustaka mereka adalah manusia yang memiliki hati dan hati itu bisa kecewa serta tersakiti jika pustakwan tidak sungguh-sungguh dalam memberkan layanannya. Prinsip ini juga memberikan kesadaran bahwa pekerjaan pustakawan hanya semata-mata untuk tuhan yang maha esa.
Prinsip kedua layanan cinta adalah informasi milik semua orang. Pustakwan menyadari bahwa semua orang yang datang ke perpustakaan ingin berkembang, ingin berubah, dan ingin meningkatkan harkat hisupnya hingga mencapai taraf hidup yang baik.
Untuk mewujudkannya, manusia tentunya membutuhkan informasi dengan cara belajar. Informasi yang ada adalah milik semua orang terutama informasi yang sangat berharga, maka pustakawan perlu memberikan informasi yang berharga tersebut kepada pemustaka agar pemustaka merasakan manfaat atas informasi tersebut. Apalagi jika pustakawan mengemas ulang informasi berharga tersebut agar lebih mudah dimengerti dan di manfaatkan maka daya guna perpustakaan akan tinggi.
Prinsip ketiga adalah perpustakaan aset yang sangat mahal. Perpustakaan berdiri di tengah-tengah masyarakat tentunya tidak dengan harga yang murah. Ada harga lahan, harga bangunan, ada harga koleksi yang dibeli serta kelengkapan lainnya sehingga modal untuk berdirinya perpustakaan ini tidak murah. Aset yang mahal ini akan sangat bermanfaaat jika dilayankan dengan baik.
Salah satunya adalah memberikan layanan dengan cinta sehingga pemustaka akan memberikan cintanya kembali kepada perpustakaan dan senang belajar di perpustakaan. Dengan banyaknya pemanfaatan perpustakaan maka semakin bermakna aset mahal yang berbentuk perpustakaan.
Prinsip layanan cinta keempat adalah tenaga perpustakaan bekerja di bidang jasa. Karena jasa ini berbentuk tak kasat mata namun dapat dirasakan. Perlu keramahan pustakawan, perlu ketulusan pustakawan dan perlu senyum pustakawan dalam melayani dengan cinta. Karena jika pemustaka hanya mendapatkan informasi yang ia cari tanpa ketulusan layanan perpustakaan maka bisa dipastikan esok hari pemustaka tersebut tidak kembali lagi menggunakan perpustakaan.
Prinsip kelima layanan cinta adalah pustakawan menjadi penggerak utama. Pustakawan adalah role model utama di perpustakaan. Semangat mereka dalam melayani, ketulusan mereka dalam melayani akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan mereka pribadi.
Dengan demikian, pustakawan harus menjadi sumber energi bagi semua warga perpustakaan. Jika layanan yang diberikan dengan semangat dan senyuman tentunya pemustaka dan tenaga perpustakaan lainnya ikut besemangat. Sebaliknya jika layanan ini diberikan dengan wajah cemberut, maka nuansa horor akan terasa di perpustakaan sehingga pemustaka enggan kembali lagi dan tenaga perpustakaan lainnya tidak bersemangat bekerja di perpustakaan.
Prinsip keenam adalah tenaga perpustakaan terus mengembangkan komunikasi efektif. Komunikasi adalah point penting dalam menyatakan cinta. Cinta dalam pelayanan dinyatakan dengan berkomunikasi dengan pilihan kata yang baik. Setiap kalimat yang diucapkan akan membantu pemustaka dan tidak membuat pemustaka kebingungan. Setiap komunikasi yang dijalin pustakawan akan meningkatkan keakraban, mengeratkan kebersamaan dan meningkatkan silaturahmi.
Prinsip ketujuh, layanan cinta adalah jasa yang diberikan pustakawan harus melebihi harapan pemustaka. Layanan cinta akan bisa diwujudkan jika pemustaka merasa dihargai. Bentuk penghargaannya adalah pemustaka berusaha seoptimal mungkin dalam membantu pemustaka sehingga mereka menyatakan kepuasan mereka meskipun mereka tidak mendapatkan buku atau informasi yang mereka cari.
Prinsip kedua layanan cinta adalah informasi milik semua orang. Pustakwan menyadari bahwa semua orang yang datang ke perpustakaan ingin berkembang, ingin berubah, dan ingin meningkatkan harkat hisupnya hingga mencapai taraf hidup yang baik.
Untuk mewujudkannya, manusia tentunya membutuhkan informasi dengan cara belajar. Informasi yang ada adalah milik semua orang terutama informasi yang sangat berharga, maka pustakawan perlu memberikan informasi yang berharga tersebut kepada pemustaka agar pemustaka merasakan manfaat atas informasi tersebut. Apalagi jika pustakawan mengemas ulang informasi berharga tersebut agar lebih mudah dimengerti dan di manfaatkan maka daya guna perpustakaan akan tinggi.
Prinsip ketiga adalah perpustakaan aset yang sangat mahal. Perpustakaan berdiri di tengah-tengah masyarakat tentunya tidak dengan harga yang murah. Ada harga lahan, harga bangunan, ada harga koleksi yang dibeli serta kelengkapan lainnya sehingga modal untuk berdirinya perpustakaan ini tidak murah. Aset yang mahal ini akan sangat bermanfaaat jika dilayankan dengan baik.
Salah satunya adalah memberikan layanan dengan cinta sehingga pemustaka akan memberikan cintanya kembali kepada perpustakaan dan senang belajar di perpustakaan. Dengan banyaknya pemanfaatan perpustakaan maka semakin bermakna aset mahal yang berbentuk perpustakaan.
Prinsip layanan cinta keempat adalah tenaga perpustakaan bekerja di bidang jasa. Karena jasa ini berbentuk tak kasat mata namun dapat dirasakan. Perlu keramahan pustakawan, perlu ketulusan pustakawan dan perlu senyum pustakawan dalam melayani dengan cinta. Karena jika pemustaka hanya mendapatkan informasi yang ia cari tanpa ketulusan layanan perpustakaan maka bisa dipastikan esok hari pemustaka tersebut tidak kembali lagi menggunakan perpustakaan.
Prinsip kelima layanan cinta adalah pustakawan menjadi penggerak utama. Pustakawan adalah role model utama di perpustakaan. Semangat mereka dalam melayani, ketulusan mereka dalam melayani akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan mereka pribadi.
Dengan demikian, pustakawan harus menjadi sumber energi bagi semua warga perpustakaan. Jika layanan yang diberikan dengan semangat dan senyuman tentunya pemustaka dan tenaga perpustakaan lainnya ikut besemangat. Sebaliknya jika layanan ini diberikan dengan wajah cemberut, maka nuansa horor akan terasa di perpustakaan sehingga pemustaka enggan kembali lagi dan tenaga perpustakaan lainnya tidak bersemangat bekerja di perpustakaan.
Prinsip keenam adalah tenaga perpustakaan terus mengembangkan komunikasi efektif. Komunikasi adalah point penting dalam menyatakan cinta. Cinta dalam pelayanan dinyatakan dengan berkomunikasi dengan pilihan kata yang baik. Setiap kalimat yang diucapkan akan membantu pemustaka dan tidak membuat pemustaka kebingungan. Setiap komunikasi yang dijalin pustakawan akan meningkatkan keakraban, mengeratkan kebersamaan dan meningkatkan silaturahmi.
Prinsip ketujuh, layanan cinta adalah jasa yang diberikan pustakawan harus melebihi harapan pemustaka. Layanan cinta akan bisa diwujudkan jika pemustaka merasa dihargai. Bentuk penghargaannya adalah pemustaka berusaha seoptimal mungkin dalam membantu pemustaka sehingga mereka menyatakan kepuasan mereka meskipun mereka tidak mendapatkan buku atau informasi yang mereka cari.
tulis komentar anda