IDI dan Keteladanan Sang Pemrakarsa
Senin, 24 Oktober 2022 - 08:45 WIB
Dalam priode tersebut IDI secara resmi diterima menjadi anggota aktifWorld Medical Association(WMA) tahun 1953 dan ikut memrakarsai berdirinyaConfederation of Medical Associations in Asia and Oceania(CMAAO) tahun 1959.
Melampaui Zaman
Sikap dan keteladanan dr. R. Soeharto tidak lepas dari pengalaman pribadi beliau sebagai pelopor dan pejuang, penjiwaannya atas prinsip-prinsip profesi dokter, dan terlibat dalam organisasi pergerakan sejak masih belia. Ia aktif sebagai pengurus diJong JavadanJong Islamieten Bond.
Ketika menjadi mahasiswa Facultas Medica Bataviensis,Bataviase Geneekundige Hoogeschool(GHS) ia tinggal diIndonesise Club(IC) sekarang Gedung Sumpah Pemuda, Jl. Kramat Raya No.106 Jakarta. Karenanya ia terlibat dan saksi sejarah peristiwa Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda (1928).
Dokter R. Soeharto pun aktif dalam perjuangan pada masa pendudukan Jepang sampai proklamasi kemerdekaan RI. Sebagai dokter pribadi Soekarno dan Hatta beliau selalu menyertai kedua proklamator tersebut untuk memastikan kondisi kesehatannya sekaligus untuk mendapatkan tugas-tugas perjuangan yang diberikan kepadanya. Karena itu beliau menjadi saksi sejarah peristiwa pengibaran bendera Merah Putih di Jl. Peganggsaan Timur No. 56 Jakarta, 17 Agustus 1945.
Menjelang kemerdekaan dan setelahnya, dr. R. Soeharto memiliki sederet gagasan dan pengabdiannya, antara lain: Menjadi Ketua/Wakil Ketua Fonds Kemerdekaan Indonesia, memfasilitasi pertemuan antara Soekarno dan Tan Malaka, terlibat dalam pertemuan diplomasi politik, pendiri Bank Negara Indonesia, Kepala Administrasi Militer Pusat, salah satu pendiri Universitas Gadjah Mada, ikut dalam penyelamatan Bendera Pusaka Merah Putih.
Bukan hanya itu, melalui rapat di Sekretariat PB IDI pula (1957) ia memrakarsai pendirian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dokter R. Soeharto juga ikut dalam pembangunan proyek-proyek vital, seperti Departemen Store Sarinah, Monumen Nasional, dan Masjid Istiqlal. Selain itu, dokter yang berpangkat Mayor Jenderal ini juga menjadi salah satu menteri di jajaran Kabinet Dwikora.
Tahun ini usia IDI memasuki 72 tahun. IDI memiliki 202.794 anggota, terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dan subspesialis. Struktur organisasi IDI tersebar di seluruh Indonesia. Mulai Pengurus Besar IDI sampai ke Pengurus Wilayah (33 wilayah) dan 456 Pengurus Cabang. IDI juga memiliki 37 perhimpunan spesialis, 55 perhimpunan keseminatan, dan satu perhimpuan dokter umum yang juga memiliki cabang-cabang di daerah.
Memperhatikan struktur IDI yang amat komplek, multidisipin, penuh dinamika dan kepentingan tersebut, tentu merupakan tantangan tersendiri bagi kepemimpinannya. Karena itu, anggota IDI terutama yang saat ini menjadi pimpinan perlu mengambil pelajaran dari kepemimpinan pemrakarsa pendiri IDI, dr. R. Soeharto.
Setidaknya ada lima karakter kepemimpinan yang relevan diteladani dari dr. R. Soeharto, yakni: Pejuang dan diplomat, sangat mencintai persatuan, memiliki moral tinggi dan tanggung jawab penuh keinsyafan, mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan dirinya dan keluarganya dan gagasan serta pengabdian yang melampaui zamannya. Karena itu, tidak pula berlebihan bila Pemrakarsa Pendiri IDI ini disemati gelar pahlawan nasional oleh negara.Wallahu a'lam bishawab.
Melampaui Zaman
Sikap dan keteladanan dr. R. Soeharto tidak lepas dari pengalaman pribadi beliau sebagai pelopor dan pejuang, penjiwaannya atas prinsip-prinsip profesi dokter, dan terlibat dalam organisasi pergerakan sejak masih belia. Ia aktif sebagai pengurus diJong JavadanJong Islamieten Bond.
Ketika menjadi mahasiswa Facultas Medica Bataviensis,Bataviase Geneekundige Hoogeschool(GHS) ia tinggal diIndonesise Club(IC) sekarang Gedung Sumpah Pemuda, Jl. Kramat Raya No.106 Jakarta. Karenanya ia terlibat dan saksi sejarah peristiwa Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda (1928).
Dokter R. Soeharto pun aktif dalam perjuangan pada masa pendudukan Jepang sampai proklamasi kemerdekaan RI. Sebagai dokter pribadi Soekarno dan Hatta beliau selalu menyertai kedua proklamator tersebut untuk memastikan kondisi kesehatannya sekaligus untuk mendapatkan tugas-tugas perjuangan yang diberikan kepadanya. Karena itu beliau menjadi saksi sejarah peristiwa pengibaran bendera Merah Putih di Jl. Peganggsaan Timur No. 56 Jakarta, 17 Agustus 1945.
Menjelang kemerdekaan dan setelahnya, dr. R. Soeharto memiliki sederet gagasan dan pengabdiannya, antara lain: Menjadi Ketua/Wakil Ketua Fonds Kemerdekaan Indonesia, memfasilitasi pertemuan antara Soekarno dan Tan Malaka, terlibat dalam pertemuan diplomasi politik, pendiri Bank Negara Indonesia, Kepala Administrasi Militer Pusat, salah satu pendiri Universitas Gadjah Mada, ikut dalam penyelamatan Bendera Pusaka Merah Putih.
Bukan hanya itu, melalui rapat di Sekretariat PB IDI pula (1957) ia memrakarsai pendirian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dokter R. Soeharto juga ikut dalam pembangunan proyek-proyek vital, seperti Departemen Store Sarinah, Monumen Nasional, dan Masjid Istiqlal. Selain itu, dokter yang berpangkat Mayor Jenderal ini juga menjadi salah satu menteri di jajaran Kabinet Dwikora.
Tahun ini usia IDI memasuki 72 tahun. IDI memiliki 202.794 anggota, terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, dan subspesialis. Struktur organisasi IDI tersebar di seluruh Indonesia. Mulai Pengurus Besar IDI sampai ke Pengurus Wilayah (33 wilayah) dan 456 Pengurus Cabang. IDI juga memiliki 37 perhimpunan spesialis, 55 perhimpunan keseminatan, dan satu perhimpuan dokter umum yang juga memiliki cabang-cabang di daerah.
Memperhatikan struktur IDI yang amat komplek, multidisipin, penuh dinamika dan kepentingan tersebut, tentu merupakan tantangan tersendiri bagi kepemimpinannya. Karena itu, anggota IDI terutama yang saat ini menjadi pimpinan perlu mengambil pelajaran dari kepemimpinan pemrakarsa pendiri IDI, dr. R. Soeharto.
Setidaknya ada lima karakter kepemimpinan yang relevan diteladani dari dr. R. Soeharto, yakni: Pejuang dan diplomat, sangat mencintai persatuan, memiliki moral tinggi dan tanggung jawab penuh keinsyafan, mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan dirinya dan keluarganya dan gagasan serta pengabdian yang melampaui zamannya. Karena itu, tidak pula berlebihan bila Pemrakarsa Pendiri IDI ini disemati gelar pahlawan nasional oleh negara.Wallahu a'lam bishawab.
tulis komentar anda