Petani adalah Pahlawan Pangan Nasional

Minggu, 25 September 2022 - 20:46 WIB
Saya ingatkan kembali, jangan main-main dengan hajat hidup petani. Beberapa waktu lalu, dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi pengadaan pupuk hayati untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada Kementerian Pertanian tahun anggaran 2013 yang kami ungkap di tahun 2022 ini, saya perintahkan langsung Deputi Penindakan KPK untuk menahan paksa oknum penyelenggara negara yang menjadi pejabat terkait di tahun 2012 (eks Dirjen Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim), berikut pihak-pihak swasta yang terlibat hengki pengki mencuri hak petani. Ingat, jangan coba-coba!.

Dalam kesempatan ini, saya mengajak kita semua untuk menggali lebih dalam nilai-nilai dan tauladan yang dapat kita ambil dari kehidupan dan keseharian para petani Tanah Air.

Konsistensi untuk terus memacul, menanam, merawat lalu menunggu hasil pertanian dari sebidang tanah yang mereka garap, mengajarkan tauladan tentang kerasnya kehidupan yang membutuhkan tekad, pengorbanan serta kerelaan luar biasa dan sejatinya harus dijalani, khususnya dalam mencari rezeki.

Hitam legamnya kulit yang membungkus raga para petani kita, menunjukkan betapa teguhnya integritas petani untuk senantiasa istiqomah mencari rupiah demi rupiah sebagai penggarap ladang atau sawah, bukan dengan cara-cara salah agar dapat hidup wah, layaknya perilaku dan gaya hidup koruptor yang suka bermewah-mewah.

Apa yang dialami dan dirasakan petani, juga pernah saya alami dan rasakan dalam perjalanan hidup saya. Sesungguhnya, saya anak dari seorang petani. Almarhum ibu tercinta sebagai tulang punggung keluarga setelah ayah berpulang lebih dahulu menghadap ilahi, bekerja sangat keras sebagai petani untuk menghidupi kami anak-anaknya.

Masih teringat jelas, tangan renta beliau saat membabat rumput liar, melebur sebidang tanah dengan pacul dan peralatan pertanian seadanya, menanam, merawat lalu mengerjakan pekerjaan lainnya sambil menunggu masa panen.

Saya sendiri ikut bertani bersama ibu. Saat menunggu masa panen, saya gunakan bekerja sebagai penyadap karet yang hasilnya sebagian digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan sebagian lagi saya berikan ke ibu.

Selain saat panen, ada momen-momen yang paling saya sukai di masa itu yakni ketika waktu makan tiba usai bergelut membantu ibu di ladang. Sepiring nasi panas dengan sambal terasi dan sepotong kecil ikan asin sepat, begitu nikmat saat disantap dalam kondisi lelah dan lapar. Hingga saat ini, nasi panas dengan sambal plus ikan asin tetap menjadi makanan favorit saya.

Ada momen haru penuh nilai-nilai pengorbanan yang baru saya sadari ketika beranjak dewasa, yaitu kerelaan luar biasa ibu yang seringkali memberikan sebagian nasi serta ikan asin miliknya ke saya, dengan alasan sudah kenyang. Pemberian itu pun habis dalam sekejap di mulut saya.

Inilah bentuk nyata kerelaan ibu saya, seorang petani bagi anak-anaknya. Saya yakin, hal ini juga dilakukan oleh seluruh petani bagi anak-anaknya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More