Ketegangan antara Taiwan dan Daratan China Belum Mereda, Masalah Keluarga atau Masalah Dunia Internasional?

Minggu, 25 September 2022 - 20:09 WIB
Kedatangan pemerintah Republik China ke Taiwan melalui Gubernur jenderal Chen Yi telah menimbulkan rasa antipati dari generasi muda Taiwan saat itu, terutama pegawai negeri, polisi, tuan tanah, penguasa maupun mereka-mereka yang mendapat keuntungan selama masa pendudukan Jepang. Terlebih pemerintah pusat dari Nanjing mengutus Gubernur Jenderal yang notabene bukan putra asli Taiwan, tentu saja kesalahpahaman dan perlawanan dari penduduk Taiwan kepada otoritas yang diutus dari pemerintah pusat tak pernah putus. Itulah ketegangan pertama antara penduduk lokal Taiwan dengan pemerintah pusat di Nanjing yang saat itu masih dipegang oleh Republik China atau Chiang Kai Shek.

Republik China di bawah Chiang Kai Shek, pada awal-awal baru merdeka dari Jepang, juga tak putus-putusnya bertahan hidup menghadapi berbagai serangan dari oposisi yang tidak menyukai pemerintahan Republik China, terutama dari Partai Komunis yang dipimpin oleh Mao Tze Tung dan kawan-kawan. Seperti negara-negara lainnya yang baru bebas dari penjajahan asing, memang tidak gampang untuk menstabilkan berbagai bidang kehidupan seperti kesejahteraan, ekonomi, keamanan maupun kemakmuran rakyat.

Komunis menggunakan kesempatan ini untuk menggulingkan pemerintahan yang sah pada saat itu. Perang saudara antara pemerintah pusat dalam hal ini tantara Chiang Kai Shek yang lebih dikenal dengan kubu Kuomintang atau KMT dengan gerilyawan komunis yang kemudian mengakibatkan kalahnya Chiang Kai Shek dan membuat pemerintah yang sah semakin terpukul mundur sampai wilayah Taiwan. Inilah ketegangan kedua kalinya antara pemerintah China (Kuomintang yang mengungsi ke Taiwan atau selanjutnya disebut Taiwan) dengan pemerintah baru di China yang menamakan dirinya Republik Rakyat China(RRC) yang berasaskan nilai-nilai komunis.

Pemerintah Komunis China yang ber-ibu kota di Beijing pada saat itu belum mendapat pengakuan dari dunia luar, meskipun secara de-facto saat itu komunis atau RRC telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah China. Dunia internasional tetap mengakui pemerintah Chiang Kai Shek atau Republik China yang ber-ibu kota di Taipei sebagai satu-satu nya negara yang mewakili China dan mendapat kursi di Dewan keamanan PBB.

Masalah Dua Pemerintahan China di PBB adalah Awal Munculnya Identitas Baru Taiwan

Di tengah perpecahan aliansi RRC dan Uni Soviet dan perang Vietnam, membuat Amerika Serikat mengambil kebijakan baru. Pemerintah Amerika Serikat yang awalnya mendukung sekutunya Chiang Kai Shek telah mengalihkan dukungan ke RRC pada tahun 1971 dengan mengirim Henry Kissinger secara rahasia ke Daratan China menemui Chou En Lai untuk bernegosiasi tentang kemungkinan terjadinya aliansi antara kapitalis Amerika dengan Komunis China. Aliansi ini telah membuat pemerintah Chiang Kai Shek tidak didukung lagi oleh negara-negara barat, yang kemudian membuat negara miskin seperti Albania berani mengusulkan bahwa pegantian perwakilan China dari Republik China kepada Republik Rakyat China harus segera dilaksanakan.

Resolusi 2758 dari sidang umum Majelis Umum PBB telah membuat Republik China terdepak dan terkucil dari dunia Internasional. Chiang Kai Shek menyadari, dari sudut pandang Diplomasi dan Foreign Policy, dirinya sudah tidak berharga lagi sebagai pemimpin, oleh karena itu, dari sisi Politik, dia harus memperkuat kedudukannya di Taiwan. Dengan menyerukan slogan anti komunis dan penyatuan kembali China Daratan menjadi obat kuat Chiang Kai Shek dan pendukungnya atau pemerintahan KMT di tengah-tengah masyarakat Taiwan yang memang saat itu telah terdoktrin oleh semangat anti komunis. Karena tidak mau sejarah kekalahannya di Daratan China terulang, Chiang Kai Shek memerintah di Taiwan dengan "tangan besi".

Sifat Chiang Kai Shek yang keras kepala dan tidak pernah percaya dengan bawahan maupun jajarannya telah menambah daftar deretan barisan yang tidak suka dengan gaya kepemimpinan Chiang Kai Shek. Terlebih dari generasi warisan sisa-sisa pegawai negeri, polisi maupun orang-orang berkuasa pada zaman Jepang seperti yang penulis utarakan tadi. Sifat, sikap dan tindakan dari Chiang Kai Shek telah menimbulkan bangkitnya identitas “orang Taiwan” atau penduduk "pribumi" dari kalangan yang tidak sepemikiran dengan Chiang Kai Shek, inilah yang dinamakan untuk kedua kalinya identitas pribumi Taiwan terbentuk.

Setelah meninggalnya Chiang Kai Shek dan naiknya Chiang Ching Kuo yang merupakan putra dari Chiang Kai Shek pada 1978, di wilayah kekuasaan de-facto Republik China (Pulau Taiwan, Penghu, Kinmen dan Matsu) telah terjadi berbagai perubahan positif untuk Taiwan sekaligus untuk kelompok yang sekarang menamakan dirinya kelompok pro-kemerdekaan Taiwan. Chiang Ching Kuo menyadari bahwa Republik China harus memperkuat stabilitas negara dari berbagai sisi, seperti ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itu, selain slogan warisan Bapaknya, "menyatukan kembali Daratan Tiongkok" Chiang muda juga mulai menyadari keberadaan putra daerah Taiwan di partai Kuomintang/KMT sangat penting untuk memperkuat atau minimal mempertahankan keberadaan KMT di Taiwan. Karena generasi "pengungsi" dari Daratan China pada tahun 1949 akan semakin menua dan berakhir. Selain membangun perekonomian rakyat, Chiang mulai membuka dan mereformasi kehidupan berpolitik rakyat di Taiwan. Chiang memberikan kesempatan berdirinya partai di luar partai pemerintah/KMT.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More