Wakil Ketua MPR Ingatkan Pemerintah untuk Beradaptasi dengan Dinamika Ekonomi Global
Rabu, 21 September 2022 - 23:45 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengatakan, Indonesia harus mampu beradaptasi dengan dinamika ekonomi global untuk menjaga stabilitas ekonomi di dalam negeri. Salah satunya melalui pemanfaatan ekonomi digital.
Menurut Lestari, kesiapan ekonomi digital tidak hanya mengedepankan pemanfaatan teknologi, tapi menuntut kesiapan secara matang sumber daya manusia, kebijakan pendukung, dan sistem keamanan digital yang memadai. Sebab, ekonomi digital terus bertumbuh, sementara literasi digital masyarakat di Indonesia berjalan perlahan.
"Kesiapan ekonomi digital Indonesia harus dikaji secara komprehensif, terutama bidang pendidikan dan kesiapan masyarakat serta pemerintah, agar mampu beradaptasi menghadapi dampak krisis global," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, dalam sambutannya diskusi secara daring bertema “Peran Ekonomi Digital Indonesia dalam Menghadapi Krisis” yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (21/9/2022).
Menurut Rerie, salah satu tantangan investasi ekonomi digital di Tanah Air adalah keamanan siber. Karena itu, infrastruktur dan sumber daya manusia di bidang keamanan siber harus menjadi prioritas dalam upaya beradaptasi dengan ekonomi global yang terus bertumbuh di tengah terpaan krisis.
Anggota Komisi X DPR dari Dapil II Jawa Tengah itu mengatakan, suatu negara tidak dapat bertumbuh dan berkembang sendiri ketika berhadapan dengan ragam perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. "Kolaborasi dalam berbagai bidang antarinstansi mesti diperkuat dalam menyikapi berbagai perubahan global itu," kata Rerie.
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bidang Digital dan SDM Dedy Permadi berpendapat, potensi ekonomi digital di tingkat global, regional, dan nasional saat ini cukup besar. Proyeksi global untuk ekonomi digital pada 2025, menurut Dedy, valuasinya diperkirakan mencapai USD23 triliun atau 24,3% dari PDB dunia.
Potensi ekonomi digital tingkat nasional pada 2021 mencatat valuasi ekonomi mencapai USD70 miliar atau lebih dari Rp1.000 triliun. Angka tersebut diproyeksikan mencapai USD315 miliar atau Rp4.500 triliun pada 2030. "Itu potensi sangat besar," ujar Dedy.
Menurut Lestari, kesiapan ekonomi digital tidak hanya mengedepankan pemanfaatan teknologi, tapi menuntut kesiapan secara matang sumber daya manusia, kebijakan pendukung, dan sistem keamanan digital yang memadai. Sebab, ekonomi digital terus bertumbuh, sementara literasi digital masyarakat di Indonesia berjalan perlahan.
"Kesiapan ekonomi digital Indonesia harus dikaji secara komprehensif, terutama bidang pendidikan dan kesiapan masyarakat serta pemerintah, agar mampu beradaptasi menghadapi dampak krisis global," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, dalam sambutannya diskusi secara daring bertema “Peran Ekonomi Digital Indonesia dalam Menghadapi Krisis” yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (21/9/2022).
Baca Juga
Menurut Rerie, salah satu tantangan investasi ekonomi digital di Tanah Air adalah keamanan siber. Karena itu, infrastruktur dan sumber daya manusia di bidang keamanan siber harus menjadi prioritas dalam upaya beradaptasi dengan ekonomi global yang terus bertumbuh di tengah terpaan krisis.
Anggota Komisi X DPR dari Dapil II Jawa Tengah itu mengatakan, suatu negara tidak dapat bertumbuh dan berkembang sendiri ketika berhadapan dengan ragam perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. "Kolaborasi dalam berbagai bidang antarinstansi mesti diperkuat dalam menyikapi berbagai perubahan global itu," kata Rerie.
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bidang Digital dan SDM Dedy Permadi berpendapat, potensi ekonomi digital di tingkat global, regional, dan nasional saat ini cukup besar. Proyeksi global untuk ekonomi digital pada 2025, menurut Dedy, valuasinya diperkirakan mencapai USD23 triliun atau 24,3% dari PDB dunia.
Potensi ekonomi digital tingkat nasional pada 2021 mencatat valuasi ekonomi mencapai USD70 miliar atau lebih dari Rp1.000 triliun. Angka tersebut diproyeksikan mencapai USD315 miliar atau Rp4.500 triliun pada 2030. "Itu potensi sangat besar," ujar Dedy.
Lihat Juga :
tulis komentar anda