Menata Juara, Merintis Masyarakat Bugar 2045
Jum'at, 09 September 2022 - 14:32 WIB
Dari anak-anak terbaik di tingkat SKO dan 10 titik sentra pembinaan akan diseleksi melalui berbagai kompetisi menjadi atlet junior yang masuk di Youth Sport Center Cibubur yang akan segera dibangun. Atlet junior ini yang akan digembleng menjadi elite atlet nasional untuk dipersiapkan diri menuju berbagai kejuaraan internasional.
Demikian kira-kira alur dan tahapan pembinaan dari pusat hingga daerah. Namun perlu kami berikan catatan tebal bahwa identifikasi dan seleksi melalui antropometri bukanlah satu-satunya model seleksi yang bisa berlaku untuk semua cabang olahraga. Untuk beberapa cabang olahraga, angkat besi misalnya, boleh jadi bisa menggunakan rasio segmen-segmen tubuh.
Namun, sangat disadari, alur dan tahapan di atas di lapangan akan dihadapkan pada berbagai isu yang perlu dipetakan dan dipecahkan satu demi satu. Ada persoalan regulasi pusat daerah, provinsi kabupaten/kota khususnya dalam konteks kewenangan di bidang pendidikan.
Di sana ada irisan kewenangan antara Kemendikbud Ristek, Kemendagri, pemprov, dan tentu juga Kemenpora. Permenpora tentang Peta Jalan DBON diharapkan dapat menjadi tahapan awal dalam membuat orkestra pembinaan prestasi.
Kita tidak boleh beranggapan, dengan sudah adanya Perpres dan Permenpora tentang DBON jalan pembinaan akan mulus. Tapi sebaliknya, kita juga tidak harus skeptis karena pengalaman dan tantangan yang dihadapi selama ini menjadikan kita gamang dan berkecil hati. Kuncinya, berkolaborasi, niat baik bersinergi sebagaimana tema Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2022, “Bersama Cetak Juara".
Tentu saja diperlukan langkah kerja birokratis dan operasional yang masih akan banyak tantangan. Perlu dibangun sebuah lingkungan pembinaan yang berkesinambungan dan terintegrasi, sejak seleksi, promosi degradasi, sertifikasi pelatih, penerapan sport science hingga kompetisi yang terstandardisasi.
Hal yang juga tidak kalah penting adalah seluruh proses ini memerlukan daya dorong, penggerak, bensin berupa anggaran. Tanpa itu maka seleksi, proses latihan hingga kompetisi tidak akan terjadi. Lagi-lagi diperlukan orkestrasi yang memadai.
Talent idenfitication calon atlet telah dimulai dengan mengidentifikasi aspek antropometri bagi anak-anak kelas 6 SD di berbagai sekolah, sebagai modalitas seorang atlet. Total diperoleh data lebih dari 48.000 anak yang secara antropometri memiliki potensi.
Sebagai contoh, terdapat anak kelas 6 SD dengan tinggi badan mencapai 185 cm, secara antropometri memiliki potensi. Namun tentu saja akan dilakukan identifikasi lanjutan untuk melihat potensi bakat keolahragaannya.
Makin banyak anak-anak yang memiliki talenta olahraga, yang bugar, makin banyak pilihan untuk memperoleh yang terbaik dengan potensi prestasi dunia. Di sinilah peran dan irisan antara olahraga pendidikan/pembudayaan olahraga terhadap olahraga prestasi.
Demikian kira-kira alur dan tahapan pembinaan dari pusat hingga daerah. Namun perlu kami berikan catatan tebal bahwa identifikasi dan seleksi melalui antropometri bukanlah satu-satunya model seleksi yang bisa berlaku untuk semua cabang olahraga. Untuk beberapa cabang olahraga, angkat besi misalnya, boleh jadi bisa menggunakan rasio segmen-segmen tubuh.
Namun, sangat disadari, alur dan tahapan di atas di lapangan akan dihadapkan pada berbagai isu yang perlu dipetakan dan dipecahkan satu demi satu. Ada persoalan regulasi pusat daerah, provinsi kabupaten/kota khususnya dalam konteks kewenangan di bidang pendidikan.
Di sana ada irisan kewenangan antara Kemendikbud Ristek, Kemendagri, pemprov, dan tentu juga Kemenpora. Permenpora tentang Peta Jalan DBON diharapkan dapat menjadi tahapan awal dalam membuat orkestra pembinaan prestasi.
Kita tidak boleh beranggapan, dengan sudah adanya Perpres dan Permenpora tentang DBON jalan pembinaan akan mulus. Tapi sebaliknya, kita juga tidak harus skeptis karena pengalaman dan tantangan yang dihadapi selama ini menjadikan kita gamang dan berkecil hati. Kuncinya, berkolaborasi, niat baik bersinergi sebagaimana tema Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2022, “Bersama Cetak Juara".
Tentu saja diperlukan langkah kerja birokratis dan operasional yang masih akan banyak tantangan. Perlu dibangun sebuah lingkungan pembinaan yang berkesinambungan dan terintegrasi, sejak seleksi, promosi degradasi, sertifikasi pelatih, penerapan sport science hingga kompetisi yang terstandardisasi.
Hal yang juga tidak kalah penting adalah seluruh proses ini memerlukan daya dorong, penggerak, bensin berupa anggaran. Tanpa itu maka seleksi, proses latihan hingga kompetisi tidak akan terjadi. Lagi-lagi diperlukan orkestrasi yang memadai.
Talent idenfitication calon atlet telah dimulai dengan mengidentifikasi aspek antropometri bagi anak-anak kelas 6 SD di berbagai sekolah, sebagai modalitas seorang atlet. Total diperoleh data lebih dari 48.000 anak yang secara antropometri memiliki potensi.
Sebagai contoh, terdapat anak kelas 6 SD dengan tinggi badan mencapai 185 cm, secara antropometri memiliki potensi. Namun tentu saja akan dilakukan identifikasi lanjutan untuk melihat potensi bakat keolahragaannya.
Makin banyak anak-anak yang memiliki talenta olahraga, yang bugar, makin banyak pilihan untuk memperoleh yang terbaik dengan potensi prestasi dunia. Di sinilah peran dan irisan antara olahraga pendidikan/pembudayaan olahraga terhadap olahraga prestasi.
tulis komentar anda