Beragama, Bernegara, dan Berilmu
Rabu, 01 Juli 2020 - 16:00 WIB
Beberapa minggu ini disuguhi youtube seorang ustaz yang menghujat teori Darwin dan bahkan lagu anak-anak balonku ada lima, wawancara Youtube terkenal di media sosial yang menerangkan Covid-19 hasil konspirasi negara-negara besar, pendakwah trendi dan kondang keliru membaca Arab, tuduhan adanya faham saintifisme yang tidak berdasar penelitian, ilmu dianggap kepongahan, popularitas mengalahkan pengetahuan; dan lain-lain.
Jelasnya, keselarasan antara agama, negara, dan ilmu saat ini sepertinya belum tercapai karena salah satu komponen tidak mendapatkan porsi yang seharusnya. Komponen politik berlimpah, bahkan seolah-olah semua kita ahli dalam bidang ini. Komponen agama tak kalah, karena faktor komersialisasi dan popularitas dakwah yang mengalahkan isi.
Bobot ilmu terasa ringan sekali dan tak mampu mengimbangi keduanya, karena tidak cukup mendapatkan bagian. Bisakah bangsa ini beragama, bernegara dan berilmu secara tepat dalam menghadapi era serba digital terbuka dan serba terukur yang mudah dilihat melalui website, portal, dan indeks?
Jelasnya, keselarasan antara agama, negara, dan ilmu saat ini sepertinya belum tercapai karena salah satu komponen tidak mendapatkan porsi yang seharusnya. Komponen politik berlimpah, bahkan seolah-olah semua kita ahli dalam bidang ini. Komponen agama tak kalah, karena faktor komersialisasi dan popularitas dakwah yang mengalahkan isi.
Bobot ilmu terasa ringan sekali dan tak mampu mengimbangi keduanya, karena tidak cukup mendapatkan bagian. Bisakah bangsa ini beragama, bernegara dan berilmu secara tepat dalam menghadapi era serba digital terbuka dan serba terukur yang mudah dilihat melalui website, portal, dan indeks?
(dam)
tulis komentar anda