Seni Memimpin di Era Normal baru
Selasa, 30 Juni 2020 - 11:23 WIB
Pemimpin harus memiliki nilai-nilai yang jelas sebagai dasar dari setiap tindakan dan keputusannya. Nilai-nilai tersebut harus dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi, tidak hanya melalui perkataan, tetapi terutama dalam tindakan. Walk the talk. Sehingga setiap anggota organisasi dapat melihat, mengikuti, dan menjalankan nilai-nilai tersebut secara bersama.
Kedua, pemimpin harus bisa menginspirasi untuk terbentuknya visi bersama, khususnya visi pada konteks Era Normal Baru. Pemimpin harus paham betul apa yang dimaksudkan dengan Era Normal Baru.
Mampu melihat adanya masa depan yang menjanjikan pada situasi yang baru tersebut. Mampu menjelaskan kepada anggota organisasi alasan perlunya berubah mengikuti Era Normal Baru, dikaitkan dengan keberlangsungan organisasi dan pemenuhan kepentingan bersama. Pemimpin harus bisa membuat seluruh anggota organisasi sepakat dan bersemangat mendukung visi bersama tersebut.
Ketiga, pemimpin harus berani menantang proses, keluar dari zona nyaman dan status quo. Pemimpin secara rutin menantang tim untuk gigih mencari cara baru dan berinovasi. Pemimpin mendorong anggota organisasi untuk bereksperimen, berani mengambil risiko, dan terus belajar dari pengalaman.
Keempat, pemimpin memampukan tim untuk bertindak. Pemimpin membentuk kolaborasi dengan cara membangun rasa saling percaya dan hubungan yang baik dalam tim. Pemimpin membangun keyakinan dan kompetensi setiap anggota tim melalui pemberian kesempatan dan dukungan bagi tim dalam belajar menjalani Era Normal Baru.
Pemimpin juga berempati dan mendukung secara moril terutama saat anggota organisasi menghadapi kendala atau bahkan stres dalam menjalani Era Normal Baru.
Terakhir, pemimpin menyemangati jiwa dengan memberikan pengukuhan positif dalam bentuk apresiasi untuk kinerja individu dan tim, saat berhasil menjalani Era Normal Baru secara efektif yang dibuktikan dengan bertahannya atau bahkan bertumbuhnya organisasi di Era Normal Baru.
Apresiasi untuk kinerja individu diberikan secara personal, namun keberhasilan yang diraih dirayakan dalam bentuk selebrasi bersama. Hal ini ditujukan untuk pembentukan esprit the corps. Semangat dan kekuatan dalam kebersamaan.
Hasil riset yang penulis lakukan di 2013 terkait transformasi pada tiga perusahaan televisi swasta besar di Indonesia, serta riset terkait kepemimpinan Jonan dan transformasi di KAI pada 2015 menemukan bahwa, lima praktek seni memimpin di atas terbukti secara positif dan signifikan memampukan organisasi dan individu untuk lebih siap dalam menghadapi perubahan.
Sebagai contoh dari hasil penelitian di KAI, ditemukan bahwa Ignasius Jonan menunjukkan seluruh atribut perilaku pemimpin transformasional tersebut, dengan perilaku yang paling dominan muncul adalah menantang proses dan mencontohkan cara.
Kedua, pemimpin harus bisa menginspirasi untuk terbentuknya visi bersama, khususnya visi pada konteks Era Normal Baru. Pemimpin harus paham betul apa yang dimaksudkan dengan Era Normal Baru.
Mampu melihat adanya masa depan yang menjanjikan pada situasi yang baru tersebut. Mampu menjelaskan kepada anggota organisasi alasan perlunya berubah mengikuti Era Normal Baru, dikaitkan dengan keberlangsungan organisasi dan pemenuhan kepentingan bersama. Pemimpin harus bisa membuat seluruh anggota organisasi sepakat dan bersemangat mendukung visi bersama tersebut.
Ketiga, pemimpin harus berani menantang proses, keluar dari zona nyaman dan status quo. Pemimpin secara rutin menantang tim untuk gigih mencari cara baru dan berinovasi. Pemimpin mendorong anggota organisasi untuk bereksperimen, berani mengambil risiko, dan terus belajar dari pengalaman.
Keempat, pemimpin memampukan tim untuk bertindak. Pemimpin membentuk kolaborasi dengan cara membangun rasa saling percaya dan hubungan yang baik dalam tim. Pemimpin membangun keyakinan dan kompetensi setiap anggota tim melalui pemberian kesempatan dan dukungan bagi tim dalam belajar menjalani Era Normal Baru.
Pemimpin juga berempati dan mendukung secara moril terutama saat anggota organisasi menghadapi kendala atau bahkan stres dalam menjalani Era Normal Baru.
Terakhir, pemimpin menyemangati jiwa dengan memberikan pengukuhan positif dalam bentuk apresiasi untuk kinerja individu dan tim, saat berhasil menjalani Era Normal Baru secara efektif yang dibuktikan dengan bertahannya atau bahkan bertumbuhnya organisasi di Era Normal Baru.
Apresiasi untuk kinerja individu diberikan secara personal, namun keberhasilan yang diraih dirayakan dalam bentuk selebrasi bersama. Hal ini ditujukan untuk pembentukan esprit the corps. Semangat dan kekuatan dalam kebersamaan.
Hasil riset yang penulis lakukan di 2013 terkait transformasi pada tiga perusahaan televisi swasta besar di Indonesia, serta riset terkait kepemimpinan Jonan dan transformasi di KAI pada 2015 menemukan bahwa, lima praktek seni memimpin di atas terbukti secara positif dan signifikan memampukan organisasi dan individu untuk lebih siap dalam menghadapi perubahan.
Sebagai contoh dari hasil penelitian di KAI, ditemukan bahwa Ignasius Jonan menunjukkan seluruh atribut perilaku pemimpin transformasional tersebut, dengan perilaku yang paling dominan muncul adalah menantang proses dan mencontohkan cara.
Lihat Juga :
tulis komentar anda