Diplomasi ASEAN Pascapandemi

Senin, 08 Agustus 2022 - 19:21 WIB
Karenanya, pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Singapura pada Rabu (1/8) lalu penting dalam kerangka penegasan cita-cita itu. Kawasan bebas nuklirini diyakini menjadi prasyarat keamanan dan perdamaian kawasan Asia Tenggara. Pada tahap berikutnya, keamanan dan perdamaian kawasan menjadi penunjang kemakmuran ASEAN. Kemakmuran inilah yang diharapkan bisa dirasakan semua orang.

Kedua, membuat kerja sama regional berhasil bagi semua orang di kawasan juga penuh tantangan karena hingga usia ke-55 ini ASEAN masih terasa sebagai organisasi di tingkat atas yangstate-centric. Sejauh mana masyarakat bisa memahami keberadaan ASEAN dan merasakan langsung manfaatnya menjadi kebutuhan tak terelakkan? Hubungan antarpenduduk ASEAN (people to people relations) masih butuh peningkatan.Apalagi pandemi Covid-19 juga turut memperlambat hal itu. Apalagi di saat pandemi belum sepenuhnya pergi, kita menghadapi juga bahaya cacar monyet yang mengkhawatirkan.

Representasi Kepentingan

Meminjam pemikiran Paul Sharp,Who Need Diplomats: The problem of Diplomatic Representationdi International Journal (1997: 609-634), diplomasi selalu erat kaitannyadengan representasikepentingan. Berkaca pada kepentingan besar ASEAN di muka, sejumlah langkah diplomasi nyata diperlukan.

Pertama, terhadap masalah-masalah krusial di bidang stabilitas keamanan, pencarian solusi damai melalui saluran diplomasi multilateral yang gigih diperlukan. Apalagi jika hal itu terkait dengan negara besar dan pemilik nuklir. Semua itu dimaksudkan agar stabilitas kawasan bisa terus baik ke depan.

Kedua, pengalaman penanganan pandemi Covid-19 selayaknya memberi pelajaran berharga dalam berkolaborasi menghadapi ancaman serupa ke depan. Salah satu petikan hikmahnya: pandemi tidak semata menerpa sektor kesehatan. Penanganannya pun harus dilakukan secara kolaboratif-kordinatif bersama.

Ketiga, diplomasi membumikan ASEAN agar dekat dengan kebutuhan nyata masyarakat juga diperlukan. Integrasi ekonomi dengan pembebasan aliran barang, jasa, investasi, modal, bahkan orang di antara negara-negara anggota ASEAN masih butuh peningkatan. Perkembangan ekonomi yang wajar, penurunan angka kemiskinan, dan meminimalisasi kesenjangan sosial-ekonomi juga menjadi pekerjaan rumah.

Keempat, diplomasipemulihan ekonomi melaluiASEAN Comprehensive Recovery Framework(ACRF) harus bisa berjalan baik. Lima strategi telah dirancang dalam ACRF bisa disebut cukup komprehensif, yaitu meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra-ASEAN, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan. Mencermati cakupannya, implementasinya membutuhkan kerja keras.

Kelima, penguatan diplomasi terhadap banyak mitra kerja seperti AS, Rusia, Australia, hingga China, Jepang, dan Korea Selatan mutlak diperlukan. Kebutuhan rantai pasok komoditas dan suntikan investasi asing membuat kolaborasi eksternal melalui ASEAN Plus menjadi penting.

Komitmen mitra dalammenguatkan kerja sama ekonomi dan pembangunan diperlukan, termasuk untuk mempercepat pencapaian target Visi ASEAN 2025 yang belum seragam di antara anggota. Apalagi pencapaian tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini belum sepenuhnya berjalan karena pandemi Covid-19.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More