Momentum Positif dan Dukungan Daerah
Senin, 08 Agustus 2022 - 18:07 WIB
Konsumsi dan Ekspor
BPS mencatat konsumsi rumah tangga menjadi sumber tertinggi dari produk domestik bruto (PDB), dengan kontribusi hingga 51,47%, terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi. Sebagai kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga saat ini telah tumbuh sangat impresif: 5,51% (yoy) dengan distribusi 51,47%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh persisten di tengah tekanan inflasi dan ancaman resesi global. Bahkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga saat ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2022 yang hanya 4,34%. Secara domestik, pelonggaran mobilitas penduduk dan momen Hari Raya Idulfitri telah berhasil mendorong ekspansi konsumsi masyarakat sekaligus menjadi stimulus peningkatan suplai.
Data BPS juga mencatat bahwa Pulau Jawa masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyumbang terbesar dalam struktur perekonomian Indonesia hingga kuartal II/2022.
Setelah konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi Indonesia adalahnet exportatau nilai ekspor dikurang nilai impor, yaitu dengan porsi 2,14%. Ekspor barang dan jasa menjadi komponen dengan pertumbuhan tertinggi dalam distribusi dan pertumbuhan PDB menurut pengeluaran karena berhasil melesat hingga 19,74% (yoy). Sebaliknya, impor tercatat tumbuh 12,34% (yoy).
Selain itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menjadi indikator investasi masih cukup mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini dengan kontribusinya 0,94%. PMTB tumbuh moderat 3,07% (yoy) pada kuartal II/2022 didorong pertumbuhan barang modal (mesin, kendaraan, bangunan dan konstruksi lainnya) serta peningkatan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Pemulihan permintaan yang kondusif juga tecermin dari sejumlah sektor, di antaranya industri pengolahan, transportasi, perdagangan besar dan eceran, serta komunikasi. Selain itu, indikator utama pada Juli 2022 juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi lebih kuat, tecermin dari indeks PMI manufakturyang dilaporkan berada di level 51,3.
Di sisi lain, di antara berbagai capaian positif sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia, komponen belanja pemerintah terkontraksi 5,24% (yoy) setelah pada kuartal sebelumnya juga tercatat minus 7,74%. Kontraksi konsumsi pemerintah pada kuarta II/2022 kali ini disebabkan penurunan realisasi belanja pegawai serta belanja barang dan jasa APBN. Karena itu, kini belanja pemerintah menjadi satu-satunya sektor dari sisi pengeluaran yang mengalami pertumbuhan negatif.
Dorong Peran Pemerintah Daerah
Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang tidak lagi bergantung pada APBN seperti saat awal pandemi. Saat ini pertumbuhan banyak dipengaruhi variabel utama, yaitu dari sisi konsumsi, investasi, dan ekspor yang terpantau masih menunjukkan sinyal positif. Pemerintah melalui Perpres Nomor 98/2022 telah menaikkan alokasi belanja negara dari semula Rp2.714,2 triliun menjadi Rp3.106,4 triliun.
BPS mencatat konsumsi rumah tangga menjadi sumber tertinggi dari produk domestik bruto (PDB), dengan kontribusi hingga 51,47%, terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi. Sebagai kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga saat ini telah tumbuh sangat impresif: 5,51% (yoy) dengan distribusi 51,47%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh persisten di tengah tekanan inflasi dan ancaman resesi global. Bahkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga saat ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2022 yang hanya 4,34%. Secara domestik, pelonggaran mobilitas penduduk dan momen Hari Raya Idulfitri telah berhasil mendorong ekspansi konsumsi masyarakat sekaligus menjadi stimulus peningkatan suplai.
Data BPS juga mencatat bahwa Pulau Jawa masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyumbang terbesar dalam struktur perekonomian Indonesia hingga kuartal II/2022.
Setelah konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi Indonesia adalahnet exportatau nilai ekspor dikurang nilai impor, yaitu dengan porsi 2,14%. Ekspor barang dan jasa menjadi komponen dengan pertumbuhan tertinggi dalam distribusi dan pertumbuhan PDB menurut pengeluaran karena berhasil melesat hingga 19,74% (yoy). Sebaliknya, impor tercatat tumbuh 12,34% (yoy).
Selain itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menjadi indikator investasi masih cukup mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini dengan kontribusinya 0,94%. PMTB tumbuh moderat 3,07% (yoy) pada kuartal II/2022 didorong pertumbuhan barang modal (mesin, kendaraan, bangunan dan konstruksi lainnya) serta peningkatan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Pemulihan permintaan yang kondusif juga tecermin dari sejumlah sektor, di antaranya industri pengolahan, transportasi, perdagangan besar dan eceran, serta komunikasi. Selain itu, indikator utama pada Juli 2022 juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi lebih kuat, tecermin dari indeks PMI manufakturyang dilaporkan berada di level 51,3.
Di sisi lain, di antara berbagai capaian positif sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia, komponen belanja pemerintah terkontraksi 5,24% (yoy) setelah pada kuartal sebelumnya juga tercatat minus 7,74%. Kontraksi konsumsi pemerintah pada kuarta II/2022 kali ini disebabkan penurunan realisasi belanja pegawai serta belanja barang dan jasa APBN. Karena itu, kini belanja pemerintah menjadi satu-satunya sektor dari sisi pengeluaran yang mengalami pertumbuhan negatif.
Dorong Peran Pemerintah Daerah
Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang tidak lagi bergantung pada APBN seperti saat awal pandemi. Saat ini pertumbuhan banyak dipengaruhi variabel utama, yaitu dari sisi konsumsi, investasi, dan ekspor yang terpantau masih menunjukkan sinyal positif. Pemerintah melalui Perpres Nomor 98/2022 telah menaikkan alokasi belanja negara dari semula Rp2.714,2 triliun menjadi Rp3.106,4 triliun.
Lihat Juga :
tulis komentar anda