7 Habib yang Memiliki Peran dalam Kemerdekaan RI, Nomor 5 Ciptakan Mars Hari Merdeka
Minggu, 31 Juli 2022 - 18:52 WIB
Habib Ahmad bin Abdullah Assegaf lahir di Syihr, Hadramaut pada 1879. Ia merupakan seorang ulama, sastrawan, dan pendidik terkemuka. Dia juga merupakan salah satu pendiri dan pengurus Rabithah Alawiyah, organisasi yang bertanggung jawab mencatat dan menghimpun keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia.
Saat usia 4 tahun, Habib Ahmad Assegaf dibawa orang tuanya ke Kota Seiwun yang terkenal sebagai penghasil ulama besar dan shalihin. Di kota ilmu ini, ia belajar ushuluddin, fiqh, tata bahasa, sastra, dan tasawuf.
Untuk memenuhi rasa haus akan ilmu, Habib Ahmad Assegaf kemudian pergi ke Tarim yang juga dikenal sebagai pusat para ulama besar. Hampir setiap hari, ia mendatangi majlis-majlis ilmu berguru ke sejumlah ulama, seperti Sayid Abdurahman bin Muhammad al-Masyhur, Syaikh Saleh, Syaikh Salim Bawazier, Syaikh Said bin Saad bin Nabhan, Sayyid Ubaidillah bin Muhsin Assegaff, Habib Ahmad bin Hasan Alattas, dan Habib Muhammad bin Salim As-Siri.
Dari catatan sejarah, Habib Ahmad Assegaf datang ke Indonesia pada 1908 untuk mengunjungi saudaranya Sayyid Muhammad binh Abdullah bin Muhsin Assegaf di Pulau Bali. Namun ia kemudian memutuskan menetap di Indonesia.
Habib Ahmad lalu berniara ke sejumlah daerah seperti Surabaya, Solo, Yogyakarta, Jakarta sambil berdakwah mensyiarkan Islam. Di Jakarta, ia menjadi pimpinan sekolah Jami'at Kheir. Ia kemudian membuka kelas-kelas baru dan menyusun tata tertib bagi pelajar, dan mengarang buku-buku dan lagu-lagu untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang ia susun terdiri dari buku-buku agama, sastra, dan akhlaq.
Saat usia 4 tahun, Habib Ahmad Assegaf dibawa orang tuanya ke Kota Seiwun yang terkenal sebagai penghasil ulama besar dan shalihin. Di kota ilmu ini, ia belajar ushuluddin, fiqh, tata bahasa, sastra, dan tasawuf.
Untuk memenuhi rasa haus akan ilmu, Habib Ahmad Assegaf kemudian pergi ke Tarim yang juga dikenal sebagai pusat para ulama besar. Hampir setiap hari, ia mendatangi majlis-majlis ilmu berguru ke sejumlah ulama, seperti Sayid Abdurahman bin Muhammad al-Masyhur, Syaikh Saleh, Syaikh Salim Bawazier, Syaikh Said bin Saad bin Nabhan, Sayyid Ubaidillah bin Muhsin Assegaff, Habib Ahmad bin Hasan Alattas, dan Habib Muhammad bin Salim As-Siri.
Dari catatan sejarah, Habib Ahmad Assegaf datang ke Indonesia pada 1908 untuk mengunjungi saudaranya Sayyid Muhammad binh Abdullah bin Muhsin Assegaf di Pulau Bali. Namun ia kemudian memutuskan menetap di Indonesia.
Habib Ahmad lalu berniara ke sejumlah daerah seperti Surabaya, Solo, Yogyakarta, Jakarta sambil berdakwah mensyiarkan Islam. Di Jakarta, ia menjadi pimpinan sekolah Jami'at Kheir. Ia kemudian membuka kelas-kelas baru dan menyusun tata tertib bagi pelajar, dan mengarang buku-buku dan lagu-lagu untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang ia susun terdiri dari buku-buku agama, sastra, dan akhlaq.
Lihat Juga :