Tanpa Sadar Masyarakat Bisa Menjadi Bagian Mata Rantai Bisnis Narkotika
Sabtu, 27 Juni 2020 - 12:10 WIB
JAKARTA - Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Jumat, (26/06/2020) menggelar Web Seminar (Webinar) dengan mengusung tema, “Pencegahan Dini Penyalahgunaan Narkoba di Masa Pandemi COVID-19 dan Persiapan New Normal”. Ratusan peserta dari berbagai daerah mengikuti webinar tersebut.
Webinar yang dimoderatori oleh Dr. Endang Mariani, M.Psi Ketua ILUNI UI menghadirkan narasumber Deputi Pencegahan BNN Anjan Pramuka Putra dan Spesialis kedokteran kerja dr Ray Basrowi, Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana.
Anjan mengawali paparannya dengan menjelaskan kondisi darurat narkoba yang terjadi di Indonesia. Menurut Anjan geografis yang terbuka menyebabkan narkoba mudah masuk dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu kerugian yang timbul akibat penyalahgunaan Narkoba mencapai 84,7 trilyun rupiah termasuk biaya privat dan sosial.
Saat ini sindikat narkoba tidak hanya menyasar orang dewasa, tapi sudah menyasar para remaja. Awalnya mereka terpapar sebagai pengguna dulu, apabila didiamkan maka mereka bisa menjadi kurir atau bandar narkoba ujar Anjan. Demografis yang sangat besar (260 juta jiwa) menjadi pasar potensial peredaran gelap narkoba papar Anjan.
Kondisi saat ini setiap lapisan masyarakat tanpa disadari berpotensi menjadi bagian dari rantai bisnis peredaran gelap narkoba. Kita bisa melihat mulai dari konsumsi, distribusi dan produksi.
Konsumsi narkoba melibatkan pelajar atau remaja yang masih rentan karena mudah terpengaruh ajakan untuk menyalahgunakan narkoba. Distribusi adalah adanya kelompok masyarakat dari perbatasan yang melakukan penyelundupan pengiriman ilegal. Misalnya penyelundupan ganja dari Aceh yang memanfaatkan sarana angkutan darat dan udara untuk menyelundupkan narkoba. Kemudian dalam produksi adanya masyarakat pedesaan yang masih memasok tanaman narkotika khususnya ganja. Seperti yang kita ketahui bahwa ganja merupakan tanaman yang tumbuh subur di wilayah Aceh. Namun itu sudah menjadi perhatian dari BNN melalui program Alternatif Development.
“BNN mengajak masyarakat agar tidak menanam ganja lagi dan beralih kepada komoditi stategis," jelas Anjan.
Khusus untuk remaja, lanjut Anjan, BNN telah menyiapkan flatform digital berupa website Rumah Edukasi Anti Narkoba (Rean.id) dimana melalui website tersebut menjadi wadah bagi remaja untuk menyalurkan aktivitas positif seperti membuat artikel, video dan photografi.
Sementara itu dokter Spesialis Kedokteran kerja Ray Basrowi mengatakan darurat narkoba tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi sudah menjadi krisis global. Menurut dr. Ray ada empat bidang yang sangat rentan terhadap peredaran gelap narkoba,empat bidang tersebut adalah bidang konstruksi (construction), perkebunan/pertanian (farming), manufaktur (manufacturing) dan nonprofit. Untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dikalangan pekerja Ray menyarankan agar adanya protokol yang jelas dan tegas untuk melindungi pekerja dari penyalahgunaan narkoba.
Narasumber lainnya Vera Itabiliana dalam paparannya menjelaskan “mengapa seorang remaja menggunakan narkoba”. Menurut Vera ada beberapa hal yang memicu seorang remaja menggunakan narkoba.
Hal tersebut antara lain kebiasaan menggunakan narkoba merupakan “kelanjutan dari kebiasaan buruk lainnya, pelarian sesaat, bosan, kurang percaya diri, salah informasi dan adanya contoh yang tidak baik jelas Vera.
Webinar yang dimoderatori oleh Dr. Endang Mariani, M.Psi Ketua ILUNI UI menghadirkan narasumber Deputi Pencegahan BNN Anjan Pramuka Putra dan Spesialis kedokteran kerja dr Ray Basrowi, Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana.
Anjan mengawali paparannya dengan menjelaskan kondisi darurat narkoba yang terjadi di Indonesia. Menurut Anjan geografis yang terbuka menyebabkan narkoba mudah masuk dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu kerugian yang timbul akibat penyalahgunaan Narkoba mencapai 84,7 trilyun rupiah termasuk biaya privat dan sosial.
Saat ini sindikat narkoba tidak hanya menyasar orang dewasa, tapi sudah menyasar para remaja. Awalnya mereka terpapar sebagai pengguna dulu, apabila didiamkan maka mereka bisa menjadi kurir atau bandar narkoba ujar Anjan. Demografis yang sangat besar (260 juta jiwa) menjadi pasar potensial peredaran gelap narkoba papar Anjan.
Kondisi saat ini setiap lapisan masyarakat tanpa disadari berpotensi menjadi bagian dari rantai bisnis peredaran gelap narkoba. Kita bisa melihat mulai dari konsumsi, distribusi dan produksi.
Konsumsi narkoba melibatkan pelajar atau remaja yang masih rentan karena mudah terpengaruh ajakan untuk menyalahgunakan narkoba. Distribusi adalah adanya kelompok masyarakat dari perbatasan yang melakukan penyelundupan pengiriman ilegal. Misalnya penyelundupan ganja dari Aceh yang memanfaatkan sarana angkutan darat dan udara untuk menyelundupkan narkoba. Kemudian dalam produksi adanya masyarakat pedesaan yang masih memasok tanaman narkotika khususnya ganja. Seperti yang kita ketahui bahwa ganja merupakan tanaman yang tumbuh subur di wilayah Aceh. Namun itu sudah menjadi perhatian dari BNN melalui program Alternatif Development.
“BNN mengajak masyarakat agar tidak menanam ganja lagi dan beralih kepada komoditi stategis," jelas Anjan.
Khusus untuk remaja, lanjut Anjan, BNN telah menyiapkan flatform digital berupa website Rumah Edukasi Anti Narkoba (Rean.id) dimana melalui website tersebut menjadi wadah bagi remaja untuk menyalurkan aktivitas positif seperti membuat artikel, video dan photografi.
Sementara itu dokter Spesialis Kedokteran kerja Ray Basrowi mengatakan darurat narkoba tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi sudah menjadi krisis global. Menurut dr. Ray ada empat bidang yang sangat rentan terhadap peredaran gelap narkoba,empat bidang tersebut adalah bidang konstruksi (construction), perkebunan/pertanian (farming), manufaktur (manufacturing) dan nonprofit. Untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dikalangan pekerja Ray menyarankan agar adanya protokol yang jelas dan tegas untuk melindungi pekerja dari penyalahgunaan narkoba.
Narasumber lainnya Vera Itabiliana dalam paparannya menjelaskan “mengapa seorang remaja menggunakan narkoba”. Menurut Vera ada beberapa hal yang memicu seorang remaja menggunakan narkoba.
Hal tersebut antara lain kebiasaan menggunakan narkoba merupakan “kelanjutan dari kebiasaan buruk lainnya, pelarian sesaat, bosan, kurang percaya diri, salah informasi dan adanya contoh yang tidak baik jelas Vera.
(atk)
tulis komentar anda