Febri Eks KPK Tak Sanggup Bayangkan Kalau Fahri Hamzah Berkuasa
Kamis, 14 Juli 2022 - 07:35 WIB
JAKARTA - Perseteruan di dunia maya antara mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dengan mantan Jubir KPK Febri Diansyah terus saja berlanjut. Keduanya tetap berdebat soal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan upaya pemberantasan korupsi.
Sementara Febri memosisikan diri sebagai penentang kepemimpinan KPK era sekarang, Fahri sebaliknya dianggap sebagai politisi paling gigih pembela lembaga yang diketuai Firli Bahuri itu, walau pun selalu dibantahnya.
”Membaca twit @Fahrihamzah, mengingat sikap & kontribusinya bikin @KPK_RI jd seperti sekarang, tidak terbayangkan gmna nanti jika @Fahrihamzah dengan partainya yg baru memegang kekuasaan,” cuit Febri, dikutip Kamis (14/7/2022).
Febri lalu menegaskan bahwa cuitannya itu bukan kritik personal. ”Ini tntu bukan soal personal. Tp ttg kekuasaan yg dapat mematikan pemberantasan korupsi,” tulis dia.
Pernyataan Febri itu merupakan respons atas twit Fahri beberapa jam sebeumnya. ”Sampai kapanpun saya akan berusaha secara konsisten membela perbaikan sistem karena itulah warisan terbaik kita dlm bernegara. Demokrasi kita adalah warisan termahal, ia harus diselamatkan dgn segala cara. Jadi sy tidak bela @KPK_RI sampai ia komit bengun sistem. Itu bedanya!” kata Fahri.
Menurut Fahri, KPK dulu dihuni para jenggo yang berpolitik di level massa dan opini publik sambil menunjukan diri bahwa mereka adalah satu-satunya. Efeknya, Fahri melihat terjadi kerusakan sistem yang tak tertangani. “Pencegahan tak dijalani dan akhirnya semua berakhir sebagai tirani,” kata wakil ketua umum Partai Gelora itu.
Fahri mengatakan, Demokrasi adalah satu ikhtiar membangun sistem. Karena itu, sesulit apa pun upaya itu harus dilakukan demi membangun kerangka sistem yang bisa bekerja dalam segala situasi, agar dapat diwariskan dari waktu ke waktu. “Orang-orang datang silih berganti tapi sistemnya permanen tetap ada,” tulis Fahri.
”Itulah tugas berag @KPK_RI sekarang. Meskipun tidak ada lagi Tepuk tangan untuk jenggot-jenggo dan orang-orang hebat, tetapi dari waktu ke waktu kita menciptakan aktor-aktor baru dalam sistem yang memperkuat orkestra pemberantasan korupsi secara sistemik,” lanjut dia.
Fahri mengatakan bahwa popularitas tidak ada manfaatnya. ”Kesabaran membangun sistem jauh lebih besar makna dan manfaatnya bagi negeri ini dibandingkan dengan hingar-binar popularitas. itulah ujian paling berat @KPK_RI sekarang. Ini berbeda dengan yang lalu, yg penuh tepuk tangan mengharu biru,” kata Fahri.
Sementara Febri memosisikan diri sebagai penentang kepemimpinan KPK era sekarang, Fahri sebaliknya dianggap sebagai politisi paling gigih pembela lembaga yang diketuai Firli Bahuri itu, walau pun selalu dibantahnya.
”Membaca twit @Fahrihamzah, mengingat sikap & kontribusinya bikin @KPK_RI jd seperti sekarang, tidak terbayangkan gmna nanti jika @Fahrihamzah dengan partainya yg baru memegang kekuasaan,” cuit Febri, dikutip Kamis (14/7/2022).
Febri lalu menegaskan bahwa cuitannya itu bukan kritik personal. ”Ini tntu bukan soal personal. Tp ttg kekuasaan yg dapat mematikan pemberantasan korupsi,” tulis dia.
Pernyataan Febri itu merupakan respons atas twit Fahri beberapa jam sebeumnya. ”Sampai kapanpun saya akan berusaha secara konsisten membela perbaikan sistem karena itulah warisan terbaik kita dlm bernegara. Demokrasi kita adalah warisan termahal, ia harus diselamatkan dgn segala cara. Jadi sy tidak bela @KPK_RI sampai ia komit bengun sistem. Itu bedanya!” kata Fahri.
Menurut Fahri, KPK dulu dihuni para jenggo yang berpolitik di level massa dan opini publik sambil menunjukan diri bahwa mereka adalah satu-satunya. Efeknya, Fahri melihat terjadi kerusakan sistem yang tak tertangani. “Pencegahan tak dijalani dan akhirnya semua berakhir sebagai tirani,” kata wakil ketua umum Partai Gelora itu.
Fahri mengatakan, Demokrasi adalah satu ikhtiar membangun sistem. Karena itu, sesulit apa pun upaya itu harus dilakukan demi membangun kerangka sistem yang bisa bekerja dalam segala situasi, agar dapat diwariskan dari waktu ke waktu. “Orang-orang datang silih berganti tapi sistemnya permanen tetap ada,” tulis Fahri.
”Itulah tugas berag @KPK_RI sekarang. Meskipun tidak ada lagi Tepuk tangan untuk jenggot-jenggo dan orang-orang hebat, tetapi dari waktu ke waktu kita menciptakan aktor-aktor baru dalam sistem yang memperkuat orkestra pemberantasan korupsi secara sistemik,” lanjut dia.
Fahri mengatakan bahwa popularitas tidak ada manfaatnya. ”Kesabaran membangun sistem jauh lebih besar makna dan manfaatnya bagi negeri ini dibandingkan dengan hingar-binar popularitas. itulah ujian paling berat @KPK_RI sekarang. Ini berbeda dengan yang lalu, yg penuh tepuk tangan mengharu biru,” kata Fahri.
(muh)
tulis komentar anda