Ketika Soeharto Ingin Berhaji sebagai Warga Biasa Bukan Presiden
Sabtu, 09 Juli 2022 - 08:44 WIB
"Setuju! Tolong dikomunikasikan dengan pihak Saudi Arabia," kata Hendropriyono.
Baca juga: Hikmah Haji : Semua Sama Kedudukannya di Hadapan Allah
Setelah berkomunikasi, Kerajaan Arab Saudi tetap ingin Presiden Soeharto melaksanakan haji, utamanya saat wukuf di Arafah, di area khusus untuk tamu negara. Namun Pak Harto juga keukeh ingin wukuf bersama jamaah haji Indonesia.
Sebagai jalan tengah, akhirnya disepakati Presiden Soeharto wukuf bersama jamaah Indonesia dengan pengawasan penuh Pasukan Pengamanan Kerajaan.
Presiden Soeharto bersama keluarga berangkat ke Tanah Suci pada 16 Juni 1991. Sesampai di Jeddah, ternyata penerjemah yang telah disiapkan dari Jakarta terlambat tiba. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) kemudian memerintahkan Maftuh Basuni menjadi penerjemah Pak Harto. Saat wukuf dimulai, sarjana jebolan universitas di Madinah, Arab Saudi itu juga ditugasi menjadi salah satu pembimbing haji Presiden Soeharto dan rombongan.
Menurut catatan wartawan senior, Emron Pangkapi dikutip dari tulisan berjudul 'Kenangan Beribadah Haji Bersama Pak Harto', keluarga Presiden Soeharto yang ikut adalah Ibu Negara Tien Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto bersama suami Indra Rukmana, Bambang Trihatmojo dan istrinya Halimah Agustina Kamil, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto, Prabowo Subianto dan Siti Hediati Hariyadi atau Titik Soeharto, dan kerabat dekat lainnya.
Presiden Soeharto dan keluarga saat menunaikan ibadah haji pada 1991. FOTO/IST
Ikut mendampingi Panglima ABRI Try Sutrisno, Danseskoad Letjen Faisal Tandjung, Pangkostrad Mayjem Wismoyo Arismunandar, Gubernur Jawa Barat Yogie S Memet, Gubernur Sumut Raja Inal Siregar, dan Gubernur Sumsel Ramly Hasan Basri.
"Adapun Ajudan Presiden, Kolonel Wiranto terus melekat di samping beliau. Begitu juga Ketua Tim TPHI Kolonel Hendro Priyono," tuturnya.
Baca juga: Hikmah Haji : Semua Sama Kedudukannya di Hadapan Allah
Setelah berkomunikasi, Kerajaan Arab Saudi tetap ingin Presiden Soeharto melaksanakan haji, utamanya saat wukuf di Arafah, di area khusus untuk tamu negara. Namun Pak Harto juga keukeh ingin wukuf bersama jamaah haji Indonesia.
Sebagai jalan tengah, akhirnya disepakati Presiden Soeharto wukuf bersama jamaah Indonesia dengan pengawasan penuh Pasukan Pengamanan Kerajaan.
Presiden Soeharto bersama keluarga berangkat ke Tanah Suci pada 16 Juni 1991. Sesampai di Jeddah, ternyata penerjemah yang telah disiapkan dari Jakarta terlambat tiba. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) kemudian memerintahkan Maftuh Basuni menjadi penerjemah Pak Harto. Saat wukuf dimulai, sarjana jebolan universitas di Madinah, Arab Saudi itu juga ditugasi menjadi salah satu pembimbing haji Presiden Soeharto dan rombongan.
Menurut catatan wartawan senior, Emron Pangkapi dikutip dari tulisan berjudul 'Kenangan Beribadah Haji Bersama Pak Harto', keluarga Presiden Soeharto yang ikut adalah Ibu Negara Tien Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto bersama suami Indra Rukmana, Bambang Trihatmojo dan istrinya Halimah Agustina Kamil, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto, Prabowo Subianto dan Siti Hediati Hariyadi atau Titik Soeharto, dan kerabat dekat lainnya.
Presiden Soeharto dan keluarga saat menunaikan ibadah haji pada 1991. FOTO/IST
Ikut mendampingi Panglima ABRI Try Sutrisno, Danseskoad Letjen Faisal Tandjung, Pangkostrad Mayjem Wismoyo Arismunandar, Gubernur Jawa Barat Yogie S Memet, Gubernur Sumut Raja Inal Siregar, dan Gubernur Sumsel Ramly Hasan Basri.
"Adapun Ajudan Presiden, Kolonel Wiranto terus melekat di samping beliau. Begitu juga Ketua Tim TPHI Kolonel Hendro Priyono," tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda