Imam Besar Istiqlal Sebut Penyebaran Narasi Radikalisme di Mimbar Agama Nyata
Selasa, 05 Juli 2022 - 17:38 WIB
"Pendekatan berikutnya yaitu kita batasi pergerakan mereka agar nanti tidak seperti virus, yang justru membawa bencana ke mana-mana. Jadi harus dilokalisir, aparat keamanan kita sudah harus memberi warning, kalau sudah menyerang ya harus dilawan," katanya.
Ia mengungkapkan, kelompok radikal kerap memutarbalikan narasi yang menggiring opini masyarakat seakan pemerintah telah melakukan praktik Islamofobia. "Islamofobia kan itu kelompok yang tidak mau Islam dan muslim berkembang. Tidak ada itu di Indonesia, bahkan kita punya Kementerian Agama dan Lembaga lainnya yang mengatur dan mendukung jalannya kehidupan beragama di Indonesia. Masa ini Islamofobia, saya kira tidak tepat," kata Nasaruddin.
Menurutnya, hal ini terkait cara pandang individu terhadap suatu permasalahan. Pemerintah wajib melaksanakan tugas-tugas kenegaraan untuk memepertahankan keutuhan NKRI. Imbauan serta temuan aparat terkait radikalisme dan upaya penanganannya tidak tepat dikatakan sebagai Islamofobia.
"Oleh karenanya, saya kira penting bagi seseorang untuk memiliki pemahaman agama yang komprehensif, memperkuat aqidah agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi," katanya.
Dalam pandangan Nasaruddin, upaya pemerintah selama ini patut diapresiasi. Terlebih belakangan ini masayarakat dapat menikmati kehidupan yang aman dan damai dari tindak pidana terorisme. "Selama ini kita bertahun-tahun menikmati kehidupan yang aman damai itu kan karena ada sistem yang bekerja, bukan hal yang terjadi begitu saja," katanya.
Nasaruddin berharap segenap tokoh agama dan masyarakat untuk dapat membekali umat dan pengikutnya agar tidak mudah terpengaruh kepada paham radikal dan terorisme serta mengedepankan ilmu agama yang komprehensif. "Jangan sampai karena persoalan subjektif kita lantas marah-marah, membenci. Jadi harus kedepankan objektivitas, itu kan cara Nabi," katanya.
Ia mengungkapkan, kelompok radikal kerap memutarbalikan narasi yang menggiring opini masyarakat seakan pemerintah telah melakukan praktik Islamofobia. "Islamofobia kan itu kelompok yang tidak mau Islam dan muslim berkembang. Tidak ada itu di Indonesia, bahkan kita punya Kementerian Agama dan Lembaga lainnya yang mengatur dan mendukung jalannya kehidupan beragama di Indonesia. Masa ini Islamofobia, saya kira tidak tepat," kata Nasaruddin.
Menurutnya, hal ini terkait cara pandang individu terhadap suatu permasalahan. Pemerintah wajib melaksanakan tugas-tugas kenegaraan untuk memepertahankan keutuhan NKRI. Imbauan serta temuan aparat terkait radikalisme dan upaya penanganannya tidak tepat dikatakan sebagai Islamofobia.
"Oleh karenanya, saya kira penting bagi seseorang untuk memiliki pemahaman agama yang komprehensif, memperkuat aqidah agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi," katanya.
Dalam pandangan Nasaruddin, upaya pemerintah selama ini patut diapresiasi. Terlebih belakangan ini masayarakat dapat menikmati kehidupan yang aman dan damai dari tindak pidana terorisme. "Selama ini kita bertahun-tahun menikmati kehidupan yang aman damai itu kan karena ada sistem yang bekerja, bukan hal yang terjadi begitu saja," katanya.
Nasaruddin berharap segenap tokoh agama dan masyarakat untuk dapat membekali umat dan pengikutnya agar tidak mudah terpengaruh kepada paham radikal dan terorisme serta mengedepankan ilmu agama yang komprehensif. "Jangan sampai karena persoalan subjektif kita lantas marah-marah, membenci. Jadi harus kedepankan objektivitas, itu kan cara Nabi," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda