Mengenang 1.000 Hari Wafatnya BJ Habibie: Berawal di Akhir, Berakhir di Awal
Rabu, 22 Juni 2022 - 06:01 WIB
Transformasi teknologi tahap I mencakup pembuatan pesawat terbang secara perakitan melalui lisensi dan menghasilkan pesawat angkut CN-212 Aviocar dan helikopter NBO-105 Bolkow. Pada tahapan ini, para insinyur dan teknisi domestik sudah mulai menguasai teknologi pesawat terbang dan telah mendapatkan penghasilkan lewat akumulasi jam kerja.
Kemudian, transformasi teknologi tahap ke-II dimulai dengan memberikan nilai tambah dan menjejalkan kandungan lokal pada produk-produk teknologi yang dibuat, serta meningkatkan jumlah jam kerja domestik pada setiap produk yang dihasilkan.
Muncullah pesawat CN-235 Tetuko dan Indonesia juga mulai mampu membuat helikopter ukuran lebih besar jenis NAS-332 Super Puma. Produk teknologi tahap I dan tahap II juga sudah bergerak memasuki pasar, baik domestik maupun ekspor. Transformasi teknologi tahap III diarahkan pada pembuatan produk industri dengan rancang-bangun penuh dilaksanakan oleh para insinyur dan teknisi dalam negeri secara mandiri.
Lewat integrasi sistem dan rancang-bangun teknologi mutakhir tadi maka muncullah pesawat N-250 Gatotkoco, yang merupakan pesawat komuter paling canggih dikelasnya pada saat itu, termasuk sistem kendali “fly by wire”, yang kala itu hanya diterapkan pada pesawat-pesawat penumpang bermesin jet.
N-250 Gatotkoco sukses terbang perdana pada 10 Agustus 1995. Hari itu kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Transformasi teknologi tahap IV segera dimulai. Di sini, berbagai riset dasar dan riset terapan digairahkan guna menghasilkan produk-produk baru yang lebih unggul, dengan teknologi lebih maju dan membuka lapangan kerja lebih banyak.
Di industri pesawat terbang, transformasi teknologi tahap IV akan diwujudkan pada produk pesawat N-2130. Sayang, krisis multi-dimensi yang berujung pada Reformasi 1998 terjadi di Indonesia. Proyek pesawat CN-250, yang segera memasuki tahapan produksi, harus dihentikan sesuai bunyi Letter of Intent yang ditandatangani Indonesia – International Monetary Fund (IMF). Proses transformasi teknologi terhenti dan para insinyur penerbangan Indonesia, yang sudah sangat mumpuni tadi, harus mencari kerja di industri-industri penerbangan Perancis, AS, Canada dan Brasil. “Brain Drain” telah terjadi.
Teori Zig-Zag
Habibie sebagai Presiden RI ke-3 harus berjuang menanggulangi krisis. Ia mengibaratkan “Pesawat sedang menghadapi goncangan cuaca buruk”. Intuisinya sebagai insinyur muncul. Ibarat pesawat terbang, semua masalah harus didekati dengan ilmu pasti, bila tidak maka pesawat akan oleng dan jatuh.
Nilai tukar rupiah membumbung hingga Rp16.500 per dollar AS. Di sini, ia mencari hal-hal yang pasti di tengah ketidakpastian. “Ada berapa elemen yang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlog terus?”, 10 elemen?, 100?, 1000 elemen?”, pikirnya.
Kemudian, transformasi teknologi tahap ke-II dimulai dengan memberikan nilai tambah dan menjejalkan kandungan lokal pada produk-produk teknologi yang dibuat, serta meningkatkan jumlah jam kerja domestik pada setiap produk yang dihasilkan.
Muncullah pesawat CN-235 Tetuko dan Indonesia juga mulai mampu membuat helikopter ukuran lebih besar jenis NAS-332 Super Puma. Produk teknologi tahap I dan tahap II juga sudah bergerak memasuki pasar, baik domestik maupun ekspor. Transformasi teknologi tahap III diarahkan pada pembuatan produk industri dengan rancang-bangun penuh dilaksanakan oleh para insinyur dan teknisi dalam negeri secara mandiri.
Lewat integrasi sistem dan rancang-bangun teknologi mutakhir tadi maka muncullah pesawat N-250 Gatotkoco, yang merupakan pesawat komuter paling canggih dikelasnya pada saat itu, termasuk sistem kendali “fly by wire”, yang kala itu hanya diterapkan pada pesawat-pesawat penumpang bermesin jet.
N-250 Gatotkoco sukses terbang perdana pada 10 Agustus 1995. Hari itu kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Transformasi teknologi tahap IV segera dimulai. Di sini, berbagai riset dasar dan riset terapan digairahkan guna menghasilkan produk-produk baru yang lebih unggul, dengan teknologi lebih maju dan membuka lapangan kerja lebih banyak.
Di industri pesawat terbang, transformasi teknologi tahap IV akan diwujudkan pada produk pesawat N-2130. Sayang, krisis multi-dimensi yang berujung pada Reformasi 1998 terjadi di Indonesia. Proyek pesawat CN-250, yang segera memasuki tahapan produksi, harus dihentikan sesuai bunyi Letter of Intent yang ditandatangani Indonesia – International Monetary Fund (IMF). Proses transformasi teknologi terhenti dan para insinyur penerbangan Indonesia, yang sudah sangat mumpuni tadi, harus mencari kerja di industri-industri penerbangan Perancis, AS, Canada dan Brasil. “Brain Drain” telah terjadi.
Teori Zig-Zag
Habibie sebagai Presiden RI ke-3 harus berjuang menanggulangi krisis. Ia mengibaratkan “Pesawat sedang menghadapi goncangan cuaca buruk”. Intuisinya sebagai insinyur muncul. Ibarat pesawat terbang, semua masalah harus didekati dengan ilmu pasti, bila tidak maka pesawat akan oleng dan jatuh.
Nilai tukar rupiah membumbung hingga Rp16.500 per dollar AS. Di sini, ia mencari hal-hal yang pasti di tengah ketidakpastian. “Ada berapa elemen yang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlog terus?”, 10 elemen?, 100?, 1000 elemen?”, pikirnya.
tulis komentar anda