Lelaki Modern Dikoyak-koyak Sunyi
Minggu, 29 Mei 2022 - 09:36 WIB
Dalam cerpen kedua, Yesterday, Murakami menghidupkan tokoh superaneh bernama Kitaru, lelaki Tokyo yang justru menggunakan dialek Kansai dan menyanyikan lagu Yesterday dengan dialek Kansai. Keanehan ini semakin menjadi ketika dia justru menawarkan kekasihnya untuk dikencani lelaki lain. Lelaki yang limbung ketika dihadapkan perubahan kekasihnya.
Beda pula dengan kisah dokter bedah plastik bernama Tokai, dalam cerpen Organ Mandiri. Hidup kaya di apartemen mewah, namun lebih suka menjalin hubungan dengan perempuan istri orang. Tokai tidak membutuhkan sebuah ikatan tunggal. Jika wanita-wanita itu hanya memikirkan Tokai saat mereka bersama dengannya, cukup sudah bagi Tokai. (hal.89)
Lelaki-lelaki dalam kumpulan cerpen ini digambarkan sangat tergantung kepada perempuan. Namun di sisi lain, juga ada kecenderungan untuk melakukan objektifikasi atas kehadiran perempuan. Seperti kita harus mencurigai isi kepala Tokai yang menilai dari kecerdasan. Tokai yang kemudian tertambat dengan istri seorang pegawai TI, cinta yang tidak seperti biasanya. Hingga kemudian Tokai kehilangan semangat hidup dan mendekati nol. Tokai mati dan menyisakan misteri luka atas cintanya kepada perempuan.
Cerpen Syahrazad hubungan Habara penghuni balai perawatan dengan perawat bernama Syahrazad. Syahrazad akan bercerita usai mereka bercinta. Kebiasaan yang unik sekaligus misterius. Dalam ceritanya kita akan dibawa ke masa remaja Syahrazad yang suka masuk diam-diam ke rumah lelaki crush-nya di sekolah menengah. Mengambil satu barang, dan meninggalkan barang tertentu. Sembunyi-sembunyi mengambil pena, mengambil lencana, mengambil kaus basah oleh keringat. Ia juga meninggalkan tampon, celana dalam. Obsesi oleh cinta yang kemudian disadari membahayakan. Hubungan Syahrazad dengan Habara, juga dengan crush di sekolah sungguh aneh musykil. Yang saat itu terlepas, rasa kesedihan dan kesepian merajai perasaan.
Kesepian selepas dari hubungan aneh adalah kunci cerita Murakami. Mereka yang ditimpa lara kemudian bukan hanya menderita luka batin, ada yang sampai melukai diri sendiri dan berujung kematian. Manusia-manusia modern yang dipotret Murakami digambarkan “hanya” berkutat pada derita bernama sunyi. Ada dua kecurigaan: pertama Murakami ingin fokus dengan judul, Men Without Women. Lepas ditinggal, ya lara akan timbul. Maka isu-isu lain tidak perlu hadir. Bila hadir justru akan merusak bangunan kokoh sebagai buku.
Kedua, merujuk bagaimana pengantar Murakami di buku Blind Willow, Sleeping Woman: “Jika menulis novel menanami hutan, maka menulis cerpen lebih mirip menanami sepetak kebun.” Cerpen tidak diperlukan cakupan luas. Hanya satu fokus yang mendalam, unik dalam sudut pandang, sekaligus menghunjam sanubari pembaca. Dan, Murakami berhasil menghadirkan bagaimana interaksi lelaki dan perempuan, nestapa yang begitu mengena, juga subtilnya kisah cinta mereka.
Justru ini yang menjadi kelebihan membaca cerpen Murakami. Bila dalam novel, Murakami cenderung berpanjang-panjang dengan adegan-adegan magis dan surealis. Cerpen-cerpen Murakami bermain sudut pandang, keganjilan alur wajib ada, dan bagaimana manusia dikoyak sepi modern dituntaskan dalam cerita sepanjang 30-40 halaman.
Ciri khas Murakami di buku ini pun tidak luput. Referensi musik jazz, referensi buku, dan benda-benda klasik termasuk mobil Saab yang khas Murakami. Selera Murakami selalu demikian: urban namun vintage. Di buku ini juga tergambar bagaimana interteks dalam cerita Murakami. Sebagaimana sering kita temukan dalam buku Murakami. Murakami kerap meminjam judul buku atau karya seni lain. Ada cerpen Anton Chekov Paman Vanya, dalam cerpen Drive My Car. Lagu Beatles Yesterday, Kisah Seribu Satu Malam, versi terbalik cerpen Franz Kafka Metamorphosis, atau yang paling menonjol adalah judul Ernest Hemingway, Men Without Women yang bahkan dijadikan judul buku oleh Murakami.
Cerpen Murakami memang selalu berhasil menghadirkan konflik manusia modern bernama sepi. Para lelaki menjadi hampa, terjebak dalam solilokui absurd, serta kejadian mistis setelah berpisah dengan perempuan. Lagi-lagi dengan kejeniusan cara bercerita, sekaligus sudut pandang. Seolah ingin menggambarkan pedihnya terkoyak-koyak sunyi, tanpa mau berlarat-larat mengumbar kata duka dalam cerita.
Judul : Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Beda pula dengan kisah dokter bedah plastik bernama Tokai, dalam cerpen Organ Mandiri. Hidup kaya di apartemen mewah, namun lebih suka menjalin hubungan dengan perempuan istri orang. Tokai tidak membutuhkan sebuah ikatan tunggal. Jika wanita-wanita itu hanya memikirkan Tokai saat mereka bersama dengannya, cukup sudah bagi Tokai. (hal.89)
Lelaki-lelaki dalam kumpulan cerpen ini digambarkan sangat tergantung kepada perempuan. Namun di sisi lain, juga ada kecenderungan untuk melakukan objektifikasi atas kehadiran perempuan. Seperti kita harus mencurigai isi kepala Tokai yang menilai dari kecerdasan. Tokai yang kemudian tertambat dengan istri seorang pegawai TI, cinta yang tidak seperti biasanya. Hingga kemudian Tokai kehilangan semangat hidup dan mendekati nol. Tokai mati dan menyisakan misteri luka atas cintanya kepada perempuan.
Cerpen Syahrazad hubungan Habara penghuni balai perawatan dengan perawat bernama Syahrazad. Syahrazad akan bercerita usai mereka bercinta. Kebiasaan yang unik sekaligus misterius. Dalam ceritanya kita akan dibawa ke masa remaja Syahrazad yang suka masuk diam-diam ke rumah lelaki crush-nya di sekolah menengah. Mengambil satu barang, dan meninggalkan barang tertentu. Sembunyi-sembunyi mengambil pena, mengambil lencana, mengambil kaus basah oleh keringat. Ia juga meninggalkan tampon, celana dalam. Obsesi oleh cinta yang kemudian disadari membahayakan. Hubungan Syahrazad dengan Habara, juga dengan crush di sekolah sungguh aneh musykil. Yang saat itu terlepas, rasa kesedihan dan kesepian merajai perasaan.
Kesepian selepas dari hubungan aneh adalah kunci cerita Murakami. Mereka yang ditimpa lara kemudian bukan hanya menderita luka batin, ada yang sampai melukai diri sendiri dan berujung kematian. Manusia-manusia modern yang dipotret Murakami digambarkan “hanya” berkutat pada derita bernama sunyi. Ada dua kecurigaan: pertama Murakami ingin fokus dengan judul, Men Without Women. Lepas ditinggal, ya lara akan timbul. Maka isu-isu lain tidak perlu hadir. Bila hadir justru akan merusak bangunan kokoh sebagai buku.
Kedua, merujuk bagaimana pengantar Murakami di buku Blind Willow, Sleeping Woman: “Jika menulis novel menanami hutan, maka menulis cerpen lebih mirip menanami sepetak kebun.” Cerpen tidak diperlukan cakupan luas. Hanya satu fokus yang mendalam, unik dalam sudut pandang, sekaligus menghunjam sanubari pembaca. Dan, Murakami berhasil menghadirkan bagaimana interaksi lelaki dan perempuan, nestapa yang begitu mengena, juga subtilnya kisah cinta mereka.
Justru ini yang menjadi kelebihan membaca cerpen Murakami. Bila dalam novel, Murakami cenderung berpanjang-panjang dengan adegan-adegan magis dan surealis. Cerpen-cerpen Murakami bermain sudut pandang, keganjilan alur wajib ada, dan bagaimana manusia dikoyak sepi modern dituntaskan dalam cerita sepanjang 30-40 halaman.
Ciri khas Murakami di buku ini pun tidak luput. Referensi musik jazz, referensi buku, dan benda-benda klasik termasuk mobil Saab yang khas Murakami. Selera Murakami selalu demikian: urban namun vintage. Di buku ini juga tergambar bagaimana interteks dalam cerita Murakami. Sebagaimana sering kita temukan dalam buku Murakami. Murakami kerap meminjam judul buku atau karya seni lain. Ada cerpen Anton Chekov Paman Vanya, dalam cerpen Drive My Car. Lagu Beatles Yesterday, Kisah Seribu Satu Malam, versi terbalik cerpen Franz Kafka Metamorphosis, atau yang paling menonjol adalah judul Ernest Hemingway, Men Without Women yang bahkan dijadikan judul buku oleh Murakami.
Cerpen Murakami memang selalu berhasil menghadirkan konflik manusia modern bernama sepi. Para lelaki menjadi hampa, terjebak dalam solilokui absurd, serta kejadian mistis setelah berpisah dengan perempuan. Lagi-lagi dengan kejeniusan cara bercerita, sekaligus sudut pandang. Seolah ingin menggambarkan pedihnya terkoyak-koyak sunyi, tanpa mau berlarat-larat mengumbar kata duka dalam cerita.
Judul : Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
Lihat Juga :
tulis komentar anda