Lelaki Modern Dikoyak-koyak Sunyi

Minggu, 29 Mei 2022 - 09:36 WIB
Lelaki Modern Dikoyak-koyak Sunyi
Teguh Afandi

Editor dan pembaca buku

Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan mungkin menjadi kumpulan cerpen Haruki Murakami pertama yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kita sudah membaca edisi bahasa Indonesia dari novel-novel ikonik Murakami, seperti 1Q84, Dunia Kafka, Dengarlah Nyanyian Angin, Dunia Kafka, hingga Norwegian Wood. Namun, baru tahun ini ada satu kumpulan cerpen utuh Murakami yang diterjemahkan.



Ini tidak lepas dari keberhasilan alihwahana menjadi film dari salah satu cerpen Drive My Car, yang menggondol penghargaan Best International Features dalam ajang Oscar 2022 lalu. Namun, lebih dari itu membaca cerpen Murakami adalah sebuah oase yang menggembiarakan dan memiliki kesan berbeda dari membaca novelnya.

Dalam pengantar buku kumpulan cerpen Blind Willod, Sleeping Woman, Murakami menyebut menulis cerpen sebagai isian masa jeda antara novel. “Ketika saya selesai menulis satu novel, saya ingin menulis beberapa cerpen; ketika selesai menulis beberapa cerpen, baru kemudian saya fokus menulis novel baru. Saya hampir tidak pernah menulis cerpen, ketika fokus menulis novel, dan tidak pernah menulis novel ketika menulis cerpen.”

Sangat mungkin Murakami menulis cerpen-cerpen yang kemudian dibukukan ini sebagai tujuh cerpen dengan kecenderungan yang sama. Tujuh cerita dalam buku ini ditautkan oleh judulnya sendiri, Men Without Women atau Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan. Para tokoh utama dalam buku ini dikisahkan ditinggal oleh perempuan. Baik yang meninggal atau menghilang sebagaimana kebanyakan kisah Murakami lainnya. Hidup lelaki yang semula normal, mendadak goyah-limbung, bahkan ada yang berujung kematian sendiri.

Dan sekali menjadi lelaki-lelaki tanpa perempuan, warna kesepian itu meresap dalam-dalam di tubuhmu. Bagai noda anggur merah yang tertumpah di atas permadani warna lembut. Sekaya apa pun pengetahuan atau keahlian ilmu domestik yang kau miliki, amat sangat sulit melenyapkan noda itu. (hal.258). Setelah kematian istrinya, Kafuku yang adalah seorang aktor teater harus mempekerjakan seorang sopir pribadi. Bertemulah dia dengan Misaki Watari, perempuan dingin sekaligus memiliki kemahiran mengemudi mobil yang jempolan.

Dalam interaksi dengan Misaki itulah terkuak bagaimana “luka” yang tersimpan dalam benak Kafuku setelah mengetahui istrinya beberapa kali tidur dengan lelaki lain. Kafuku adalah gambaran bagaimana lelaki menyimpan lukanya sendiri, dan menjadi asing bahkan sebenarnya dia berhak marah kepada istri dan lelaki lain yang meniduri istrinya.

Kematian istrinya bahkan membuat Kafuku beberapa kali ngobrol dengan lelaki yang meniduri istrinya. Nuansa yang dibangun Murakami selalu ganjil berselimut dingin dan sunyi—sunyi Kafuku yang nestapa ditinggal mati istrinya. Sikap aneh Kafuku ini elaborasi antara penyesalan sekaligus rasa ingin tahu, hal-hal yang hanya diketahui oleh lelaki lain yang meniduri istrinya. Adakalanya ia menyesal, alangkah bagusnya andai ia tidak tahu apa-apa. Tetapi, dalam situasi apa pun, pengetahuan lebih baik ketimbang ketidaktahuan. (hal.16)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More