Buya Syafii Maarif: Bintang Cemerlang dan Pohon Rindang

Sabtu, 28 Mei 2022 - 08:45 WIB
Di era Sukarno dan Suharto pendidikan merupakan jalan yang paling mungkin untuk mobilitas vertikal ini. Terutama era Suharto dipenuhi dengan banyak teknokrat. Zaman reformasi mempunyai cerita tersendiri. Pendidikan dalam arti formal bukan satu-satunya cara untuk melakukan mobilitas sosial, politik, dan ekonomi. Era demokratisasi liberal, dengan multipartai, dan desentralisasi, memberi lebih banyak kemungkinan terutama pada bidang wirausaha dan politik. Pendidikan formal bukan satu-satunya.

Ada banyak modal sosial, politik, dan ekonomi lain dalam bentuk lain selain gelar, capaian formal dan skill lain. Era medsos, teknologi, dan informasi membuka kran-kran lain. Cara Buya menjadi pohon rindang dan bintang cemerlang adalah tauladan generasi setelah kemerdekaan: tumbuh di era Sukarno, berkiprah di era Suharto dan matang menjadi pohon rindang di era reformasi. Reformasi ke depan mempunyai jalannya sendiri.

Tentang amal, Buya jelas kiprahnya secara nasional dan internasional. Buya tidak membatasi ruang geraknya hanya di Muhammadiyah, Islam, dan Indonesia. Amal Buya dinikmati dan dirasakan siapa saja. Pohon rindang ini mengayomi dunia pendidikan, akademik, sosial, dan politik. Cabang-cabang dan ranting-ranting melebar menyeberangi lahan bangsa. Buya lebih dari sekedar tokoh agama, Buya adalah tokoh kemanusiaan. Buya menjalani apa yang diimpikan, dikatakan, ditulis, dan diajarkan.

Buya berkiprah dan berperan untuk Muhammdiyah, bangsa Indonesia, umat Islam, dan manusia semuanya. Peran Buya sama dengan para tokoh sebayanya yang bersama tumbuh: Gus Dur (Abdurrachman Wachid), Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Musthofa Bisri, Frans Magnis Suseno, Teha Sumartana, Ibu Gedong, Sri Pannavaro Mahathera dan lain-lain. Era Buya Syafii Maarif adalah era dialog antar iman, kelahiran kemanusiaan dari tradisi agama, penguatan kebangsaan, jembatan kebhinekaan, hak asasi manusia, kesetaraan gender dan lain-lain. Amal Buya cemerlang bak bintang terang dalam isu-isu itu.

Tentang akhlak Buya menjadi inspirasi kita semua. Seorang mantan ketua umum Muhammadiyah, Guru Besar, penerima Ramon Magsaysay, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bersepeda di sawah-sawah dengan tas kresek berisi buku. Beliau melaksanakan sholat di musholla kecilnya di perumahan itu dan menerima tamu-tamu juga di tempat itu. Dari presiden sampai mahasiswa merasakan akhlak mulianya. Sederhana, jujur, penuh integritas, namun kritis dan berani. Banyak tokoh besar dengan jabatan banyak, peran dan kiprah mungkin lebih dari Buya, tetapi kesederhanaan dan kejujurannya menjadikan Buya bintang cemerlang menyinari semesta.

Planet-planet tertarik grafitasi tauladannya. Semua merasa nyaman mengitari matahari ini. Planet-planet beragam mengatur diri tidak bertabrakan satu dan lainnya untuk berputar pada bintang cemerlang ini. Inilah kualitas yang langka di zaman ini, di negeri ini, dan di dunia ini, yaitu kualitas akhlak mulia. Buya adalah bintang yang bersinar, cemerlang, dan sangat bermurah hati menjadikan planet lain dan bulan memantulkan cahayanya, juga cemerlang. Semoga kita bisa mengambil sinar itu, atau terterangi paling tidak.
(kri)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More