Pengetahuan Lokal untuk Sumber Daya Hayati

Selasa, 24 Mei 2022 - 10:15 WIB
Selain itu masih ada kelompok masyarakat yang memandang remeh pada peran pengetahuan lokal ini. Faktor penyebab beragam, kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan modern yang berlebihan, fanatik pada ajaran atau keyakinan tertentu yang menganggap pengetahuan lokal sebagai "ancaman", dan faktor struktural seperti kemiskinan akibat keterdesakan struktur ekonomi politik dan sosial.

Persoalan-persoalan di atas sejatinya harus mendapat perhatian, maka langkah mendesak dan strategis dibutuhkan. Kita perlu menghidupkan pengetahuan lokal untuk peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam konservasi sumber daya hayati tersebut.

Arti Penting Pengetahuan Lokal

Pengetahuan lokal adalah seluruh gagasan bijaksana, penuh kearifan yang mengandung nilai baik dan mampu bertahan dalam arus budaya asing yang kemudian keseluruhan tersebut diakseskan dalam satu titik atau sumber ilmu pengetahuan yang memiliki nilai universal yang tinggi dalam kehidupan manusia (Kondarus, 2015). Sebagai milik masyarakat atau budaya tertentu, ia berkembang lama sebagai hasil proses hubungan timbal balik antara masyarakat dan lingkungannya.

Pengetahuan lokal dianggap menjelaskan orang atau teritorial tertentu dan terus-menerus berkembang sebagai jawaban atas perubahan lingkungan (Daulay, 2011). Maka akar pengetahuan ini adalah komunitas, masyarakat atau suku bangsa tertentu yang secara turun-temurun dan terus berkembang mengikuti perubahan lingkungan (Permana, 2010).

Pengetahuan lokal dekat dengan pelestarian sumber daya hayati seperti dalam tradisi Betawi dan masyarakat Jawa. Dalam tradisi Betawi, flora dan fauna digunakan sebagai perumpamaan perilaku masyarakat saat berkomunikasi, baik tumbuhan maupun binatang sebagai ajaran budi pekerti. Beberapa ungkapan bisa disebutkan seperti: kutilang pantat kuning (orang yang kikir), uler kepala due (penghasut), buaya pasar (pencuri). Sementara itu masyarakat Jawa menghormati flora atau tumbuh-tumbuhan dengan mengabadikannya pada nama wilayah atau daerah-daerah tertentu. Misalnya nama-nama pohon seperti jati, pandan, lawang, bayem dan pohon lain sebagai nama daerah atau wilayah.

Strategi Pelembagaan

Indonesia kaya kearifan lokal baik yang berkembang di komunitas pegunungan, hutan, dataran rendah, pantai, laut, sungai maupun kepulauan. Beberapa bisa disebutkan seperti Banjar (Kalsel), Ammatoa (Sulsel), Mandar Gunung (Sulsel), Hulu Atas (Papua).

Kearifan itu meliputi pengaturan penanaman, mamali (larangan), dan pesan-pesan yang sarat dengan budi pekerti. Maka konservasi membutuhkan langkah-langkah pelembagaan (institutionalization) yang penulis paparkan sebagai berikut.

Pertama, kontekstualisasi nilai. Nilai-nilai dalam pengetahuan lokal sangat dibutuhkan dalam konservasi karena terbukti mengajarkan keserasian dengan alam. Selain itu jarang ditemukan ambisi masyarakat lokal mengapitalisasi sumber daya hayati sebagai industri masif. Nilai-nilai pengetahuan lokal yang bisa dikembangkan antara lain hemat, bersahaja, dan pemenuhan kebutuhan subsisten.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More