Pengetahuan Lokal untuk Sumber Daya Hayati
Selasa, 24 Mei 2022 - 10:15 WIB
Kedua, praktik sederhana. Banyak filosofi keanekaragaman dari masyarakat lokal sekilas terlihat sederhana. Praktik sederhana seperti menanam berbagai tanaman di pekarangan rumah. Masyarakat Dayak mengenal istilah batang garing, menyanggar, memapas lewu, dan belom bahadat (Nurhidayah, 2020). Kita bisa mengambil keuntungan dari rantai ekosistem dan praktik konservasi ini yang sejatinya memihak pada biodiversitas.
Ketiga, menyemai etika. Etika lingkungan terlembaga di dalam pengetahuan lokal. Etika lingkungan ini mendorong konservasi sumber daya hayati sehingga tidak butuh regulasi mengikat secara formal. Masyarakat mempraktikkan kearifan lokal dan memberikan sanksi pada pelanggaran berdasar adat. Di sini pengetahuan lokal mampu mengarahkan dan sekaligus mengontrol perilaku yang merusak sumber daya hayati.
Keempat, diwadahi komunitas. Salah satu kelebihan pengetahuan lokal adalah mengikat solidaritas sosial. Bahkan komunitas leluasa membuka berbagai macam kegiatan, termasuk wisata berbasis komunitas dan ekowisata. Kesamaan geografis dalam ikatan komunitas disatukan oleh pengetahuan lokal tersebut. Wangari Maathai (1977) dalam Gerakan Sabuk Hijau (Green Belt Movement) di Nairobi, Kenya, mencontohkan hal tersebut. Melalui komunitas yang dibangun, ia kembangkan pemberdayaan lingkungan, salah satunya dengan cara menghormati keanekaragaman hayati.
Kelima, membuka diri pengelolaan bersama. Sekalipun komunitas pelestari pengetahuan lokal memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya alam, mereka tidak boleh meninggalkan peran negara. Hal ini disebabkan negara memiliki legitimasi politik dan sumber daya penting dan dibutuhkan dalam konservasi. Dengan adanya politik kawasan strategis pembangunan nasional dan desentralisasi, hari ini negara memiliki program-program yang menyentuh realitas lokal.
Selain kedekatan dengan peran negara, pengetahuan lokal tidak boleh mengisolasi diri dari perkembangan masyarakat digital dengan mengontekstualisasi lokalitas melalui isu-isu yang disuarakan baik oleh media mainstream maupun media sosial.
Pelembagaan sistem pengetahuan lokal akan menaikkan target konservasi keanekaragaman hayati yang tidak hanya target angka yang kaku, tetapi juga menemukan proses humanis dan penghormatan hak-hak masyarakat lokal. Semoga.
Lihat Juga: Momen Prabowo Temui Raja Charles III di Buckingham Palace Bicarakan Pelestarian Lingkungan
Ketiga, menyemai etika. Etika lingkungan terlembaga di dalam pengetahuan lokal. Etika lingkungan ini mendorong konservasi sumber daya hayati sehingga tidak butuh regulasi mengikat secara formal. Masyarakat mempraktikkan kearifan lokal dan memberikan sanksi pada pelanggaran berdasar adat. Di sini pengetahuan lokal mampu mengarahkan dan sekaligus mengontrol perilaku yang merusak sumber daya hayati.
Keempat, diwadahi komunitas. Salah satu kelebihan pengetahuan lokal adalah mengikat solidaritas sosial. Bahkan komunitas leluasa membuka berbagai macam kegiatan, termasuk wisata berbasis komunitas dan ekowisata. Kesamaan geografis dalam ikatan komunitas disatukan oleh pengetahuan lokal tersebut. Wangari Maathai (1977) dalam Gerakan Sabuk Hijau (Green Belt Movement) di Nairobi, Kenya, mencontohkan hal tersebut. Melalui komunitas yang dibangun, ia kembangkan pemberdayaan lingkungan, salah satunya dengan cara menghormati keanekaragaman hayati.
Kelima, membuka diri pengelolaan bersama. Sekalipun komunitas pelestari pengetahuan lokal memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya alam, mereka tidak boleh meninggalkan peran negara. Hal ini disebabkan negara memiliki legitimasi politik dan sumber daya penting dan dibutuhkan dalam konservasi. Dengan adanya politik kawasan strategis pembangunan nasional dan desentralisasi, hari ini negara memiliki program-program yang menyentuh realitas lokal.
Selain kedekatan dengan peran negara, pengetahuan lokal tidak boleh mengisolasi diri dari perkembangan masyarakat digital dengan mengontekstualisasi lokalitas melalui isu-isu yang disuarakan baik oleh media mainstream maupun media sosial.
Pelembagaan sistem pengetahuan lokal akan menaikkan target konservasi keanekaragaman hayati yang tidak hanya target angka yang kaku, tetapi juga menemukan proses humanis dan penghormatan hak-hak masyarakat lokal. Semoga.
Lihat Juga: Momen Prabowo Temui Raja Charles III di Buckingham Palace Bicarakan Pelestarian Lingkungan
(bmm)
tulis komentar anda