Refleksi Hari Bakti Dokter Indonesia

Kamis, 19 Mei 2022 - 10:13 WIB
Diskusi publik pertama yang dihadiri Bung Franky terjadi pada 23 Mei 2007. Topiknya, “Sehat, Kalau Bisa Mahal Kenapa Harus Murah?” Bung Franky didapuk menjadi pembicara, dengan judul: “Menggagas Hidup Sehat dalam Dimensi Budaya dan Berkesenian.” Pembicara lain, dr Handrawan Nadesul (dokter dan penulis) memaparkan, “Sehat: Haruskah dengan Biaya Mahal?” dan Dr. dr. Fachmi Idris (Ketua Umum PB IDI), “Sistem Pelayanan Kesehatan terpadu: Sistem Kesehatan yang Bermartabat, Murah, dan Bermutu.” Diskusi berikutnya,12 Juni 2007 tentang, “Revilatisasi Semangat Kebangkitan Nasional Melalui Budaya Sehat; Studi Kasus Kondisi Kesehatan Pengungsi Korban Lumpur Lapindo.” Saat itu Bung Franky sebagai moderator.

Setelah berlangsung dua kali diskusi publik, muncul gagasan untuk memperinganti Satu Abad Kebangkitan Nasional sekaligus Satu Abad Kiprah Dokter Indonesia, 20 Mei 2008. Tim kecil yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum pun tetap saja berjalan sekali pun SK Panitia penyelenggara telah dikeluarkan PB IDI. Dalam tim kecil selain Ketua Umum, ada saya selaku Sekjen, dr. Gatot Soetono, dr. Nurhidayat Pua Upa, dan lainnya.

Di luar kantor PB IDI kami makin intens bertemu dengan Bang Amir, Bung Melki, dan Bung Franky. Begitu pula dengan Bung J. Osdar (wartawan senior KOMPAS) dan Bang Heri Rakhmadi (Bamboedoea Komunikasi). Bang Heri yang menawarkan diri untuk membuatkan logo resminya sekaligus menawarkan diri untuk membantu strategi komunikasinya. Mengapa meminta pendapat orang luar IDI? Sebab IDI sadar sedang mengusung tema besar, yang tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri. IDI perlu masukan dari teman diskusi yang kristis. Dan juga IDI perlu dukungan untuk mengomunikasikan ke berbagai pihak.

Rapat pleno PB IDI menetapkan tema besar, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional” dengan sub-temanya, “Semangat Kebangkitan Nasional adalah Semangat Dokter Indonesia Menyehatkan Bangsa.” Program prioritasnya: 1. Revitalisasi semangat Kebangkitan Nasional melalui budaya sehat. 2. Memperkuat implementasi humanisme, etika, dan kompetensi dokter Indonesia.

Disepakati pula puncak dari rangkaian kegiatan adalah hari dicanangkannya 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada hari itu pula para dokter membebaskan dan atau menyumbangkan jasa medisnya. Selama setahun PB IDI menggelar rangkaian program, seperti: Diskusi Publik Bulanan, Kemah Relawan IDI di Bontang, Dokter Kecil IDI Award, Indo Medika Expo, Seminar Urun Rembug Nasional, menerbitkan buku Indonesia Caring Physician, dan membuat paket VCD untuk Dokter Indonesia (salah satu isinya adalah film dokumenter Seabad Kiprah Dokter Indonesia).

Untuk penulisan draf proposal dan pembuatan film dokumenter dipercayakan kepada dr. Gatot Soetono, MPH. Dan sebagai bagian dari strategi komunikasi PB IDI mencetak pin, dan juga mencetak banner. Bang Amir menawarkan diri untuk membantu mengurus banner ini.

Diskusi publik 21 April 2008 bertema “Membangun Nasionalisme Baru Indonesia.” Hadir Dr. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI) dan Prof. Muhammad Nuh (Menkoinfo RI, selaku Ketua Panitia Nasional Harkitnas) serta dr. Samsi Jacobalis, Sp.B (PB IDI) sebagai nara sumber. Usai diskusi dilanjutkan pengibaran giant banner, “Menyongsong Seabad Kiprah Dokter Indonesia dan Seabad Kebangkitan Nasional.”

Pengibaran giant banner cukup menarik perhatian karena munculnya Bung Franky. Petikan gitar dan alunan lagu Perjalanan mengiringi pemasangan giant banner. Dua bait lagu berikut dinyanyikan berulang-ulang sampai banner terpasang.

“…Duduk di hadapanku seorang ibu

Dengan wajah sendu, sendu kelabu
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More