Bulan: Terikat dan Terpikat

Sabtu, 14 Mei 2022 - 07:53 WIB
Sumantri sulit mengelak dari keinginan memiliki Dewi Citrawati tapi mengerti posisi sebagai satria di hadapan Prabu Arjunasasrabahu. Pada suatu hari, hasrat asmara itu mewujud. Di Taman Sriwedari, Sumantri dan Dewi Citrawati berdua dalam kerinduan dan berahi. Percakapan mereka mengenai bulan. Kita mengerti bulan sebagai tamsil perasaan dan keinginan memadu kasih.

“Bulan sabit itu masih cukup terang bagi Sumantri dan Dewi Citrawati,” tulis Sindhunata menjelang perbuatan asmara dua tokoh. “Sumantri, akankah kauberikan padaku belaian bulan yang kunantikan itu,” pinta Dewi Citrawati. Di bawah bulan, mereka mewujudkan kenikmatan.

Sindhunata mengisahkan: “… Dewi Citrawati demikian cantik ketika ia merintih di ujung berahinya. Sumantri memberikan apa yang diminta Dewi Citrawati. Langit tampak berjumbai dengan helai-helai sinar bulan. Dan Dewi Citrawati merasa seperti dibelai dengan belaian bulan. Pada saat itulah ia merasa tubuhnya meledak dalam kepuasan, seperti bunga Wijayakusuma yang mekar karena dibelai cahaya bulan.” Pergumulan berahi mereka dalam pertaruhan kekuasaan dan restu bulan. Maespati sedang bergolak berahi: Sumantri-Dewi Citrawati. Di Maespati, bulan sering memberi pengaruh lakon kekuasaan, tak sekadar kenikmati berahi.

Khatam menikmati Anak Bajang Mengayun Bulan, kita mengerti ketekunan Sindhunata mengisahkan segala dengan menghadirkan bulan. Ia mungkin berlebihan menaruh bulan dalam merestui dan membenarkan pelbagai kejadian. Kita maklum bulan memang bergelimang cerita. Buku sudah ditutup meski bulan tak pernah redup.

Kita mulai berpikiran ikhtiar Sindhunata dalam pengisahan dan penjelasan. Di buku berjudul Bayang-Bayang Ratu Adil (1999), kita mengingat penjelasan: “Dalam wayang, kebaikan itu ‘diputihkan’ dan kejahatan ‘dihitamkan’. Sebagaimana putih tak pernah bisa bercampur dengan hitam, demikian pula kebaikan itu senantiasa terpisah dari kejahatan. Dan sebagaimana kebaikan selalu menang, demikian pula kebaikan selalu kalah.” Penjelasan itu samar saat kita membaca pengisahan Anak Bajang Mengayun Bulan. Buku tebal tak memudahkan pembaca sadar hitam-putih. Samar dalam penafsiran makin menguat saat pembaca selalu bertemu bulan. Begitu.

Judul : Anak Bajang Mengayun Bulan

Penulis : Sindhunata

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetak : 2022

Tebal : 556 halaman
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More