Ramadan dan Revolusi Gaya Hidup
Jum'at, 22 April 2022 - 17:09 WIB
Dalam bulan Ramadan, umat muslim dianjurkan makan sahur. Pesannya, muslim dilatih bangun subuh. Bukan bangun saat matahari sudah meninggi. Banyak keuntungan yang didapat bangun subuh hari. Dari aspek kesehatannya, tubuh dan pikiran segar dan energi dinamis. Dr Roy Kohler, ahli sleep medicine di Amerika berkomentar bahwa yang dibutuhkan manusia untuk sehat adalah jumlah tidur yang cukup, bukan waktunya. Sepanjang tidur 6-8 jam, waktu bangun tidak bermasalah. Artinya, bangun subuh tidak bermasalah sepanjang jumlah tidur cukup. Dari aspek non-kesehatan, bangun pagi memberi kesempatan melakukan aktivitas dan pekerjaan lebih awal dengan distraksi yang kurang dan lebih konsentrasi. Bangun subuh adalah ritme rutin Nabi Muhammad SAW.
Dalam bulan Ramadan, ada kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Wajib memberikan beras atau uang tertentu kepada orang yang berhak. Bila tidak dilakukan, amalan puasa tidak sempurna. Ini mengajarkan empati sosial; bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi dengan orang sekeliling dan tidak boleh bakhil. Selain zakat fitrah, dianjurkan juga mengeluarkan zakat harta dan sedekah dibulan Ramadan. Alasannya, dalam harta yang dimiliki ada porsi tertentu milik orang lain.
Banyak kebiasaan-kebiasaan bermanfaat yang diajarkan dan diuji kepatenannya dalam bulan Ramadan. Ini sinyal bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut mestinya dapat dipraktikkan dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan makan tiga hari sehari sebenarnya bisa dikurangi dua kali. Kebiasaan bangun setelah matahari terbit bisa diganti dengan kebiasaan bangun subuh. Sifat bakhil bisa dihilangkan setelah mendapat pelatihan zakat. Artinya, Ramadan menawarkan sebuah revolusi gaya hidup; mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru yang lebih bermanfaat. Selama sebulan manusia diajarkan dan diuji menjalani alternatif gaya hidup dan ternyata bisa dilakukan. Uji cobanya sukses. Ramadan berhasil mengetes revolusi gaya hidup. Sisa umat muslim menentukan, apakah akan mengadopsinya atau tidak.
Baca Juga: koran-sindo.com
Dalam bulan Ramadan, ada kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Wajib memberikan beras atau uang tertentu kepada orang yang berhak. Bila tidak dilakukan, amalan puasa tidak sempurna. Ini mengajarkan empati sosial; bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi dengan orang sekeliling dan tidak boleh bakhil. Selain zakat fitrah, dianjurkan juga mengeluarkan zakat harta dan sedekah dibulan Ramadan. Alasannya, dalam harta yang dimiliki ada porsi tertentu milik orang lain.
Banyak kebiasaan-kebiasaan bermanfaat yang diajarkan dan diuji kepatenannya dalam bulan Ramadan. Ini sinyal bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut mestinya dapat dipraktikkan dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan makan tiga hari sehari sebenarnya bisa dikurangi dua kali. Kebiasaan bangun setelah matahari terbit bisa diganti dengan kebiasaan bangun subuh. Sifat bakhil bisa dihilangkan setelah mendapat pelatihan zakat. Artinya, Ramadan menawarkan sebuah revolusi gaya hidup; mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru yang lebih bermanfaat. Selama sebulan manusia diajarkan dan diuji menjalani alternatif gaya hidup dan ternyata bisa dilakukan. Uji cobanya sukses. Ramadan berhasil mengetes revolusi gaya hidup. Sisa umat muslim menentukan, apakah akan mengadopsinya atau tidak.
Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
tulis komentar anda