Puasa dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Senin, 04 April 2022 - 08:02 WIB
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
“Marhaban ya Ramadan, marhaban syahra as-shiyam.” Selamat datang wahai bulan yang penuh berkah, ampunan, dan kasih sayang Allah. Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslim. Bulan ini tentu saja tidak datang tanpa disertai keistimewaannya, yakni sebagai bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan (magfirah).
Banyak aspek kehidupan yang dapat dilatih dan dikembangkan selama Bulan Suci Ramadan. Sebagai pendidikan jiwa (karakter), puasa merupakan momentum untuk melatih seseorang bersikap disiplin, empati, serta jujur.
Kejujuran adalah nilai kehidupan yang mulai terkikis saat ini. Selama Ramadan, seseorang berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain maupupun saat sendirian. Kita tidak hanya menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga menahan marah, membangun empati pada masyarakat yang kurang beruntung, serta kebersamaan dengan keluarga. Ramadan betul-betul diharapkan menjadi ladang pendidikan jiwa (karakter) serta membangun tindak laku yang baik kepada orang lain di sekitar kita.
Problematika Mentalitas
Indonesia memiliki modal atau kekuatan yang memadai untuk menjadi bangsa besar dan negara yang kuat. Modal tersebut tak lain berupa luas wilayah, jumlah penduduk, kekayaan alam, kekayaan budaya, kesatuan bahasa, ketaatan pada ajaran agama, dan sistem pemerintahan republik yang demokratis.
Akan tetapi, modal yang besar tersebut tidak banyak berarti apabila mentalitas bangsa belum terbangun ke arah yang lebih baik. Problematika besar bangsa yang hingga kini belum usai di antaranya ialah rendahnya mentalitas yang dimiliki bangsa Indonesia.
Rendahnya mentalitas yang dimiliki bangsa Indonesia ditandai dengan karakter sebagian masyarakat yang malas, tidak disiplin, suka melanggar peraturan, ketidakjujuran, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal inilah yang menjadikan kualitas SDM di Indonesia masih rendah. Krisis mentalitas bangsa juga dialami generasi muda Indonesia.
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
“Marhaban ya Ramadan, marhaban syahra as-shiyam.” Selamat datang wahai bulan yang penuh berkah, ampunan, dan kasih sayang Allah. Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslim. Bulan ini tentu saja tidak datang tanpa disertai keistimewaannya, yakni sebagai bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan (magfirah).
Banyak aspek kehidupan yang dapat dilatih dan dikembangkan selama Bulan Suci Ramadan. Sebagai pendidikan jiwa (karakter), puasa merupakan momentum untuk melatih seseorang bersikap disiplin, empati, serta jujur.
Kejujuran adalah nilai kehidupan yang mulai terkikis saat ini. Selama Ramadan, seseorang berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain maupupun saat sendirian. Kita tidak hanya menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga menahan marah, membangun empati pada masyarakat yang kurang beruntung, serta kebersamaan dengan keluarga. Ramadan betul-betul diharapkan menjadi ladang pendidikan jiwa (karakter) serta membangun tindak laku yang baik kepada orang lain di sekitar kita.
Problematika Mentalitas
Indonesia memiliki modal atau kekuatan yang memadai untuk menjadi bangsa besar dan negara yang kuat. Modal tersebut tak lain berupa luas wilayah, jumlah penduduk, kekayaan alam, kekayaan budaya, kesatuan bahasa, ketaatan pada ajaran agama, dan sistem pemerintahan republik yang demokratis.
Akan tetapi, modal yang besar tersebut tidak banyak berarti apabila mentalitas bangsa belum terbangun ke arah yang lebih baik. Problematika besar bangsa yang hingga kini belum usai di antaranya ialah rendahnya mentalitas yang dimiliki bangsa Indonesia.
Rendahnya mentalitas yang dimiliki bangsa Indonesia ditandai dengan karakter sebagian masyarakat yang malas, tidak disiplin, suka melanggar peraturan, ketidakjujuran, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal inilah yang menjadikan kualitas SDM di Indonesia masih rendah. Krisis mentalitas bangsa juga dialami generasi muda Indonesia.
tulis komentar anda