'Si Vis Pacem Para Bellum'
Jum'at, 11 Maret 2022 - 16:58 WIB
Pakar geopolitik seperti Friedrich Ratzel mengemukakan bahwa pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum). Populasi manusia yang bertambah, mengakibatkan kebutuhan akan sumber daya juga bertambah, sedangkan ketersediaan sumber daya alam semakin terbatas. Hal tersebut menjadi penjelasan terhadap kepentingan suatu negara untuk menguasai negara lain. Negara maju seringkali melakukan upaya untuk menguasai negara lain. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan negaranya, namun juga untuk memperkuat pengaruhnya di tengah dunia internasional. Keinginan tersebut tidak selalu dilakukan dengan langkah politik seperti diplomasi dan kerja sama, namun juga dalam bentuk paksaan melalui invasi militer. Kepentingan negara maju untuk menguasai negara berkembang dengan cara memaksa umumnya adalah penyebab pecahnya sebuah peperangan.
Operasi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, memang adalah bukti dari upaya negara maju untuk menguasai negara lain dengan cara paksaan. Tindakan Rusia tersebut juga memiliki kesamaan dengan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran, Suriah, Afganistan, Somalia dan banyak negara lainnya. Di sisi lain terdapat fakta bahwa operasi militer Rusia juga sebagai upaya mempertahankan kedaulatan negaranya. Maka keberanian Rusia menghadapi pakta pertahanan terkuat di dunia seperti NATO harus menjadi acuan bagi negara-negara dunia ketiga untuk mengambil tindakan dalam mempertahankan kedaulatannya dari ancaman negara lain.
Sampai saat ini, pembangunan kekuatan pertahanan dengan modernisasi senjata di negara-negara demokrasi berkembang seringkali masih menjadi perdebatan. Padahal upaya membangun kekuatan pertahanan tidak selalu bertujuan untuk berperang, namun sebagai detterent effect (efek tangkal/efek gentar) untuk menjaga kedaulatan, keutuhan dan keselamatan warga negaranya dari gangguan negara lain. Pembangunan kekuatan pertahanan diperlukan karena kemajuan hukum internasional tidak dapat menjamin agresi suatu negara terhadap negara lain dan kemungkinan terjadinya perang konvensional terbukti belum bisa dihindari. Terlebih jika negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang selalu mengampanyekan demokrasi dan perdamaian namun tidak berhenti melakukan produksi dan penjualan senjata.
Si Vis Pacem Para Bellum. Jika ingin berdamai, bersiaplah untuk berperang.
Operasi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, memang adalah bukti dari upaya negara maju untuk menguasai negara lain dengan cara paksaan. Tindakan Rusia tersebut juga memiliki kesamaan dengan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran, Suriah, Afganistan, Somalia dan banyak negara lainnya. Di sisi lain terdapat fakta bahwa operasi militer Rusia juga sebagai upaya mempertahankan kedaulatan negaranya. Maka keberanian Rusia menghadapi pakta pertahanan terkuat di dunia seperti NATO harus menjadi acuan bagi negara-negara dunia ketiga untuk mengambil tindakan dalam mempertahankan kedaulatannya dari ancaman negara lain.
Sampai saat ini, pembangunan kekuatan pertahanan dengan modernisasi senjata di negara-negara demokrasi berkembang seringkali masih menjadi perdebatan. Padahal upaya membangun kekuatan pertahanan tidak selalu bertujuan untuk berperang, namun sebagai detterent effect (efek tangkal/efek gentar) untuk menjaga kedaulatan, keutuhan dan keselamatan warga negaranya dari gangguan negara lain. Pembangunan kekuatan pertahanan diperlukan karena kemajuan hukum internasional tidak dapat menjamin agresi suatu negara terhadap negara lain dan kemungkinan terjadinya perang konvensional terbukti belum bisa dihindari. Terlebih jika negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang selalu mengampanyekan demokrasi dan perdamaian namun tidak berhenti melakukan produksi dan penjualan senjata.
Si Vis Pacem Para Bellum. Jika ingin berdamai, bersiaplah untuk berperang.
(bmm)
tulis komentar anda