Rusia Serang Ukraina, Ujian Polugri Indonesia
Selasa, 01 Maret 2022 - 12:01 WIB
Saya bersama para kepala perwakilan negara-negara sahabat lainnya beberapa kali mengunjungi wilayah perbatasan konflik, suasananya biasa saja. Justru kekhawatiran akan meletusnya perang terjadi setelah dalam tiga bulan terakhir ini Amerika Serikat dan NATO menarasikan akan terjadinya perang Rusia-Ukraina tanpa kehadiran mereka di wilayah Ukraina menghadapi serangan Rusia saat ini.
Indonesia dan masyarakat internasional tentunya sangat menyayangkan tindakan Rusia menyerang Ukraina yang damai. Apa pun alasannya, perang harus dihentikan. Dunia yang damai adalah tujuan berhimpunnya negara-negara dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perang pasti selalu membawa derita bagi semua pihak. Dunia tidak menghendaki lagi terjadinya peperangan dengan alasan apa pun. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan setiap sengketa melalui jalan diplomasi yang damai. Serangan yang baru dua hari berlangsung sudah menimbulkan dampak ekonomi dunia, harga minyak dan gas bumi sebagai sumber energi melejit. Transportasi udara dan laut di kawasan tersebut terhenti. Hubungan diplomatik antarnegara terganggu. Sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap Rusia berdampak luas. Jika berlarut, dunia merasakan dampaknya dalam waktu dekat.
Kini masyarakat Ukraina pada umumnya dan WNI kita yang tinggal di sana dalam keadaan khawatir akan keadaan yang lebih buruk di hari mendatang. Antrean pengisian BBM sudah memanjang, supermarket sudah mulai diserbu pembeli bahan kebutuhan pokok, gerai-gerai pengambilan mesin uang dipenuhi antrean. Amerika Serikat sudah memulangkan semua warganya dari wilayah Ukraina, diikuti negara- negara lain.
KBRI di Kiev mulai mengevakuasi seratusan WNI ke Gedung KBRI yang relatif lebih aman sebagai tempat perlindungan. Beberapa kota besar di Ukraina seperti Odessa, Kharkiv, Chernihiv, Kyiv Oblast, dan lainnya sudah dihujani tembakan misil Rusia. Ratusan ribu penduduk Ukraina mulai bergerak ke perbatasan Polandia untuk mencari tempat yang aman, sebagian lainnya berlindung di stasiun-stasiun kereta api bawah tanah jika mendengar sirine peringatan.
Serangan Rusia terhadap Ukraina sesungguhnya adalah serangan untuk Rusia sendiri. Negara-negara di dunia akan memberi sanksi yang berat kepada Rusia atas keputusan presidennya menyerang Ukraina tanpa landasan objektif.
Di tengah keraguan Ukraina yang merasa sendirian membela dirinya menghadapi kekuatan militer Rusia yang digdaya dan arogansi Rusia yang tidak menghormati hukum internasional, Indonesia sebagai negara netral yang bersahabat dengan keduanya memiliki momentum menjadi penengah.
Indonesia memiliki hubungan historis dengan kedua negara di era kejayaan Uni Soviet. Hubungan ekonomi dagang antara Indonesia dengan keduanya terus meningkat prospektif (USD1,3 T dengan Ukraina dan USD2,7 T dengan Rusia, 2021). Indonesia adalah pasar ekonomi masa depan bagi keduanya. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, penggagas Gerakan Nonblok, pemimpin ASEAN, Ketua G-20 Tahun 2022, peran diplomasi Indonesia dibutuhkan oleh kepentingan kedua negara. Lebih jauh dari itu, Indonesia menganut nilai-nilai universalisme dalam hubungan internasionalnya yang menentang segala bentuk agresi, pemaksaan kehendak, penggunaan kekuatan bersenjata, intervensi wilayah, dan diplomasi jalan damai dalam penyelesaian sengketa.
Inilah politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas dan aktif. Pembelaan kita karena prinsip-prinsip internasional yang kita anut. Bukan saatnya mengambil posisi di tengah saat kita tahu kebenaran ada di sebelah kiri atau kanan kita. Indonesia tidak memiliki beban dan ketergantungan kepada Ukraina maupun Rusia. Indonesia bisa mengambil sikap atas dasar keyakinan kebenaran yang kita anut. Inilah ujian bagi Indonesia di tengah perang Ukraina yang membela diri dari serangan Rusia. Sekaligus amanat konstitusi kita bagi pemerintah untuk turut serta menjaga perdamaian dunia yang berdasarkan keadilan dan kemanusiaan.
Kita meyakini para pemimpin kita sadar akan hal ini, tergerak untuk melakukan tindakan diplomatiknya menghentikan perang di Ukraina demi perdamaian dunia.
Indonesia dan masyarakat internasional tentunya sangat menyayangkan tindakan Rusia menyerang Ukraina yang damai. Apa pun alasannya, perang harus dihentikan. Dunia yang damai adalah tujuan berhimpunnya negara-negara dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perang pasti selalu membawa derita bagi semua pihak. Dunia tidak menghendaki lagi terjadinya peperangan dengan alasan apa pun. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan setiap sengketa melalui jalan diplomasi yang damai. Serangan yang baru dua hari berlangsung sudah menimbulkan dampak ekonomi dunia, harga minyak dan gas bumi sebagai sumber energi melejit. Transportasi udara dan laut di kawasan tersebut terhenti. Hubungan diplomatik antarnegara terganggu. Sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap Rusia berdampak luas. Jika berlarut, dunia merasakan dampaknya dalam waktu dekat.
Kini masyarakat Ukraina pada umumnya dan WNI kita yang tinggal di sana dalam keadaan khawatir akan keadaan yang lebih buruk di hari mendatang. Antrean pengisian BBM sudah memanjang, supermarket sudah mulai diserbu pembeli bahan kebutuhan pokok, gerai-gerai pengambilan mesin uang dipenuhi antrean. Amerika Serikat sudah memulangkan semua warganya dari wilayah Ukraina, diikuti negara- negara lain.
KBRI di Kiev mulai mengevakuasi seratusan WNI ke Gedung KBRI yang relatif lebih aman sebagai tempat perlindungan. Beberapa kota besar di Ukraina seperti Odessa, Kharkiv, Chernihiv, Kyiv Oblast, dan lainnya sudah dihujani tembakan misil Rusia. Ratusan ribu penduduk Ukraina mulai bergerak ke perbatasan Polandia untuk mencari tempat yang aman, sebagian lainnya berlindung di stasiun-stasiun kereta api bawah tanah jika mendengar sirine peringatan.
Serangan Rusia terhadap Ukraina sesungguhnya adalah serangan untuk Rusia sendiri. Negara-negara di dunia akan memberi sanksi yang berat kepada Rusia atas keputusan presidennya menyerang Ukraina tanpa landasan objektif.
Di tengah keraguan Ukraina yang merasa sendirian membela dirinya menghadapi kekuatan militer Rusia yang digdaya dan arogansi Rusia yang tidak menghormati hukum internasional, Indonesia sebagai negara netral yang bersahabat dengan keduanya memiliki momentum menjadi penengah.
Indonesia memiliki hubungan historis dengan kedua negara di era kejayaan Uni Soviet. Hubungan ekonomi dagang antara Indonesia dengan keduanya terus meningkat prospektif (USD1,3 T dengan Ukraina dan USD2,7 T dengan Rusia, 2021). Indonesia adalah pasar ekonomi masa depan bagi keduanya. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, penggagas Gerakan Nonblok, pemimpin ASEAN, Ketua G-20 Tahun 2022, peran diplomasi Indonesia dibutuhkan oleh kepentingan kedua negara. Lebih jauh dari itu, Indonesia menganut nilai-nilai universalisme dalam hubungan internasionalnya yang menentang segala bentuk agresi, pemaksaan kehendak, penggunaan kekuatan bersenjata, intervensi wilayah, dan diplomasi jalan damai dalam penyelesaian sengketa.
Inilah politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas dan aktif. Pembelaan kita karena prinsip-prinsip internasional yang kita anut. Bukan saatnya mengambil posisi di tengah saat kita tahu kebenaran ada di sebelah kiri atau kanan kita. Indonesia tidak memiliki beban dan ketergantungan kepada Ukraina maupun Rusia. Indonesia bisa mengambil sikap atas dasar keyakinan kebenaran yang kita anut. Inilah ujian bagi Indonesia di tengah perang Ukraina yang membela diri dari serangan Rusia. Sekaligus amanat konstitusi kita bagi pemerintah untuk turut serta menjaga perdamaian dunia yang berdasarkan keadilan dan kemanusiaan.
Kita meyakini para pemimpin kita sadar akan hal ini, tergerak untuk melakukan tindakan diplomatiknya menghentikan perang di Ukraina demi perdamaian dunia.
(bmm)
tulis komentar anda