Pembelian Rafale dan Pengembangan SDM Iptek

Selasa, 15 Februari 2022 - 15:52 WIB
Menurut Britannica Encyclopedia, ekonomi pertahanan adalah manajemen ekonomi nasional yang terkait dengan dampak ekonomi dari belanja militer. Implikasi yang terkait dengan ekonomi pertahanan antara lain tingkat belanja pertahanan, dampak pengeluaran pertahanan terhadap produk dan lapangan kerja di dalam dan luar negeri, pengaruh belanja pertahanan dengan perubahan teknologi, serta efek stabilitas nasional dan global.

Adanya cetak biru ekonomi pertahanan yang sesuai dengan kondisi terkini sangat membantu industrialisasi bangsa. Menghadapi persaingan global yang makin sengit serta ancaman perang terbuka yang berlatar perebutan sumber daya alam perlu konsep ekonomi pertahanan yang berbasis industri alutsista dalam negeri. Industri alutsista ini tidak sekadar merakit bersama dengan negara lain yang lebih maju. Harus ada nilai tambah yang riil yang disertai dengan penguasaan teknologi dan proses industri oleh sumber daya manusia (SDM) lokal.

Perjanjian kontrak pengadaan alutsista sebaiknya menekankan transfer of technology (ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri. Strategi pembangunan harus mengedepankan arti penting kemandirian bangsa dan penguasaan teknologi oleh putra-putri bangsa sendiri. Untuk itu pemerintah perlu secara detail memasukkan faktor pengembangan SDM iptek dalam setiap perjanjian pembangunan infrastruktur dan belanja alutsista.

Sebaiknya pembelian pesawat terbang sipil maupun militer diikuti dengan program pengiriman SDM iptek. Mereka tidak sekadar training singkat, tetapi kuliah perguruan ternama dan magang di industri penerbangan dunia hingga tuntas.

Kerja sama Indonesia-Prancis yang baru saja terjadi merupakan momentum untuk meneguhkan persada Indonesia di jantung Eropa. Persada itu meliputi aspek sumber daya manusia (SDM), produk dan komoditas maupun kebudayaan. Selama ini Indonesia belum sekuat tenaga dalam meneguhkan hal di atas. Masih kalah jika dibandingkan dengan negara Asia lain seperti Korea Selatan, China, India. Hal itu terlihat dari jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di jantung Eropa masih kalah jumlahnya jika dibandingkan dengan ketiga macan Asia di atas.

Indonesia perlu lebih banyak lagi mengirimkan SDM ke jantung Eropa untuk belajar di perguruan tinggi terkemuka maupun untuk mempelajari pengembangan profesi masa depan. Adanya PCA (Partnership Cooperation Agreement) antara Indonesia dengan Uni Eropa perlu dikonkretkan terutama yang terkait dengan pengembangan SDM unggul.

Selain offset SDM, juga perlu skema offset produksi komponen pesawat di Indonesia oleh industri nasional yakni PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Sebagai aset bangsa yang strategis PT DI memerlukan kesinambungan antara SDM dan fasilitas yang standar dan diakui (recognized by authority) secara global.

Portofolio usaha PT DI yang terdiri dari aircraft (airplane and helicopter), aircraft services (maintenance, overhaul, repair and alteration), aerostructure (parts and sub assemblies, assemblies tools and equipment), engineering services (communication technology, simulator technology, information technology solution, design center) sebaiknya difokuskan untuk optimasi sistem penerbangan nasional sebagai penyedia dan supporting pesawat komuter dan alutsista TNI.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More