Nilai-nilai Kebangsaan Penting Ditanamkan lewat Proses Pendidikan

Rabu, 02 Februari 2022 - 20:23 WIB
Guru Besar Ilmu Filsafat UPH, Fransisco Budi Hardiman berpendapat apa yang terjadi pada abad ke-20 merupakan prestasi besar dari liberalisme dan kapitalisme yang mampu mengglobalkan nilai-nilai tersebut di masyarakat. Fransisco mendiagnosa, Indonesia saat ini sedang sakit, karena banyak mengalami gesekan-gesekan di tiga sektor, yaitu agama dan religi, hukum dan politik, serta komunikasi dan digital.

Kebebasan berkomunikasi tanpa dibarengi rasa tanggung jawab dan keadaban publik, menurut Fransisco, berpotensi memecah belah bangsa. Untuk mengatasi dampak sejumlah gesekan tersebut, menurut dia, perlu penguatan sistem dan peran ideologi Pancasila lewat dialog restoratif untuk menegaskan komitmen kebangsaan kita.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Komaruddin Hidayat berpendapat, nilai-nilai sangat dipengaruhi oleh domain masyarakat, negara, government, dan lembaga demokrasi. Indonesia, menurut Komaruddin, memiliki aset nilai-nilai luhur yang kaya. Namun, masyarakat Indonesia ketika berbicara kebhinekaan tetap masih berada pada posisinya masing-masing sesuai suku, etnis, dan agama.

Sementara, tambah Komaruddin, partai politik negeri ini masih sangat tergantung pada kekuatan uang. "Betulkah lembaga-lembaga politik masih commited terhadap nilai-nilai untuk mewakili rakyat? Sementara untuk menjadi wakil rakyat para politisi membeli suara rakyat," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy mengungkapkan sejumlah hambatan untuk melakukan revolusi mental. Antara lain adanya krisis, pandemi, dan korupsi dalam penyelenggaraan negara.

"Untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan kita, perlu penguatan etos kerja dan budaya gotong-royong yang merupakan sari pati dari ideologi Pancasila bagi masyarakat," katanya.

Penguatan nilai-nilai untuk mewujudkan revolusi mental, kata Muhadjir, harus dilakukan pada setiap tahapan usia. Namun, karena upaya revolusi mental bangsa Indonesia sangat bergantung pada banyak aspek, Muhadjir mengaku pesimistis bisa berjalan sesuai harapan.

Jurnalis senior, Saur Hutabarat mengatakan, temuan hasil survei Nenilai yang memperlihatkan adanya gap antara nilai pribadi para responden dan nilai-nilai yang diharapkan adalah hasil dari berpikir jangka pendek para pemangku kepentingan yang menyebabkan runtuhnya demokrasi dan integritas, serta maraknya praktik jalan pintas.

"Apakah revolusi mental mampu mengubah cara berpikir jangka pendek menjadi berpikir jangka panjang, sehingga bisa direalisasikan mikro evolusi mental. Perlu evolusi mental di level mikro," katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(abd)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More