Normal Baru, Rasionalitas Baru
Jum'at, 12 Juni 2020 - 09:59 WIB
Semua unsur negara, pemerintah, legislatif, yudikatif, maupun TNI-Polri, akademisi, media maupun komunitas yang paham mencegah Covid-19 mutlak terlibat membangun rasionalitas baru ini.
Para pihak ini punya pendukung, fans base yang unik, dengan cara komunikasi masing-masing. Kemenkominfo harus punya daftar, juga aktif membentuk komunitas yang bisa melakukan kampanye kepada berbagai macam sasaran komunikasi.
Pada social comparison theory yang digagas Leon Festinger, 1954 disebut tentang kecenderungan individu yang selalu mengevaluasi pendapat dan kemampuan mereka sendiri, dengan orang lain. Ini tujuannya untuk mengurangi ketidakpastian. Maka, dengan adanya berbagai pihak yang berbeda latar belakang namun menyuarakan pesan yang senada, terkait pencegahan Covid-19, tentu akan menghilangkan keraguan pihak pihak yang menjadi sasaran komunikasi.
Hari ini, masa yang santer dinamai new normal, perilaku banyak masyarakat belum terlalu beranjak, peduli pada ancaman Covid-19. Penggunaan masker, jaga jarak, rajin cuci tangan lebih dipersepsi sebagai hukuman, dibanding upaya simpatik mencegah penularan.
Maka memanfaatkan momentum Hari Media Sosial Nasional, perlu diberdayakan keunggulan media sosial beserta pelakunya, membangun rasionalitas baru. Orkestrasi yang selama ini dinilai tak elok, tak kompak, tak menyajikan arah penanganan Covid-19 yang jelas, mutlak direstorasi. Agar semua upaya tak hanya berujung ketegangan di hilir, antara penegak protokol kesehatan dengan masyarakat yang merasa dibelenggu kebebasannya.
Para pihak ini punya pendukung, fans base yang unik, dengan cara komunikasi masing-masing. Kemenkominfo harus punya daftar, juga aktif membentuk komunitas yang bisa melakukan kampanye kepada berbagai macam sasaran komunikasi.
Pada social comparison theory yang digagas Leon Festinger, 1954 disebut tentang kecenderungan individu yang selalu mengevaluasi pendapat dan kemampuan mereka sendiri, dengan orang lain. Ini tujuannya untuk mengurangi ketidakpastian. Maka, dengan adanya berbagai pihak yang berbeda latar belakang namun menyuarakan pesan yang senada, terkait pencegahan Covid-19, tentu akan menghilangkan keraguan pihak pihak yang menjadi sasaran komunikasi.
Hari ini, masa yang santer dinamai new normal, perilaku banyak masyarakat belum terlalu beranjak, peduli pada ancaman Covid-19. Penggunaan masker, jaga jarak, rajin cuci tangan lebih dipersepsi sebagai hukuman, dibanding upaya simpatik mencegah penularan.
Maka memanfaatkan momentum Hari Media Sosial Nasional, perlu diberdayakan keunggulan media sosial beserta pelakunya, membangun rasionalitas baru. Orkestrasi yang selama ini dinilai tak elok, tak kompak, tak menyajikan arah penanganan Covid-19 yang jelas, mutlak direstorasi. Agar semua upaya tak hanya berujung ketegangan di hilir, antara penegak protokol kesehatan dengan masyarakat yang merasa dibelenggu kebebasannya.
(dam)
tulis komentar anda