Era Baru Akreditasi

Selasa, 25 Januari 2022 - 15:53 WIB
Kedua, subjektivitas penilaian. Para asesor LAM besar kemungkinan mengenal baik pejabat dan dosen Prodi di kampus-kampus tertentu, karena sama-sama menjadi pengurus asosiasi prodi, asosiasi profesi, atau satu kampus saat kuliah. Bahkan hubungannya bisa mahasiswa-dosen.

Idealnya akreditasi Prodi dilakukan blind review seperti penilaian artikel jurnal ilmiah tetapi tidak mungkin dalam akreditasi ini. Integritas, keadilan, dan kejujuran asesor dibutuhkan untuk menghasilkan penilaian yang objektif dan valid. Kolusi dan nepotisme menjadi tantangan asesor karena sama-sama sebagai dosen dalam satu rumpun keilmuan.

Asesor sebidang ilmu memiliki kelebihan menguasai substansi tetapi juga mengandung kelemahan, yakni kedekatan yang bisa mengarah ke subjektivitas, kolusi, dan nepotisme. Apalagi misalnya honor asesor tidak cukup memadai atau tidak dibayar tepat waktu.

Ketiga, observasi mengajar menjadi pembeda model LAM dengan BAN PT. Hasil observasi mengajar dosen tertentu tidak bisa digeneralisir karena hanya uji petik. Apa pun hasilnya, baik atau buruk. Prodi akan mempersiapkan pembelajaran yang ideal saat kunjungan asesor, mulai dari dosen hingga fasilitas mengajarnya.

Mengapa tidak memanfaatkan dan menilai hasil evaluasi dosen oleh mahasiswa secara daring pada setiap akhir semester? Ini bisa menjadi alternatif, ketimbang membuat instrumen yang tidak praktis dan substantif. Jika profil dan kinerja dosen, mahasiswa, dan lulusan prodi sudah sangat baik misalnya, apakah perlu melihat proses pembelajarannya?

Data Tunggal

Keempat, instrumen penilaian yang lebih praktis. Sepertinya LAM masih menggunakan paradigma lama yang menilai input, proses, dan output Prodi sehingga melahirkan banyak indikator penilaian. Padahal ibarat masakan, LAM cukup menilai hasil masakannya tanpa perlu tahu persis dan mendetil bagaimana bahan-bahan disiapkan dan diolah, serta berapa biayanya.

Dari sekian banyak indikator penilaian akreditasi sesungguhnya yang utama adalah kompetensi dan kinerja lulusan. Bekerja di mana saja dan bagaimana kinerjanya. Apakah memuaskan pengguna lulusan. Karena tujuan kuliah sarjana adalah menghasilkan lulusan yang menguasai keterampilan khusus tertentu untuk bekerja.

Maka tracer study wajib dilakukan oleh setiap Prodi untuk mendapatkan data tersebut. Jika LAM memegang prinsip kepraktisan dan esensialisme dibanding model BAN PT, maka harus berani keluar dari paradigma lama instrumen BAN PT secara maksimal.

Kelima, penyusunan borang yang menyita waktu. Untuk mengumpulkan dokumen-dokumen dari ratusan indikator akreditasi membutuhkan waktu berbulan-bulan. Mengapa? Karena kita tidak punya single data atau kita tidak mau memanfaatkan single data yang sudah ada?
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More