Hidup Sulit, Orang Indonesia Tetap Bahagia

Senin, 24 Januari 2022 - 08:09 WIB
Selain itu, gerakan membantu sesama juga dilakukan melalui berbagai program, di antaranya Warga Bantu Warga, sebuah inisiatif berbagi informasi dan membantu warga terdampak Covid-19. Gerakan lainnya yakni Kawal Masa Depan, sebuah inisiatif membantu anak-anak yatim piatu yang kesulitan biaya pendidikan. Banyak juga bermunculan gerakan membagi gratis oksigen kepada warga yang menjalani isolasi mandiri maupun dirawat di rumah sakit.

Menurut sosiolog perkotaan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah, tingginya indeks kebahagiaan di sejumlah daerah selama masa pandemi memang dapat dipengaruhi oleh aspek sosial. Salah satu bentuk nilai sosial itu yakni kepedulian antarwarga di lingkungan tempat tinggal seperti membantu kebutuhan dasar jika ada warga yang terdampak pandemi. Daerah yang indeksnya tinggi disinyalir juga memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi.

Dia menjelaskan, seseorang boleh saja merasa kekurangan materi, tetapi dirinya harus yakin bahwa orang-orang di lingkungannya akan memberikan kepastian kepadanya bahwa kebutuhan dasarnya akan tercukupi. “Ketika relasi yang sifatnya komunalitas itu terjaga, maka dengan sendirinya kebahagiaan bisa terbangun dan kian meningkat,” ujar Tantan.

Keharmonisan Keluarga

Dalam surveinya, BPS menggunakan tiga dimensi penyusun indeks kebahagiaan. Pertama, dimensi Kepuasan Hidup yang skornya mencapai 75,16. Kedua, dimensi Perasaan dengan skor 65,61, dan ketiga dimensi Makna Hidup dengan skor 73,12.

Khusus dimensi Kepuasan Hidup, terdapat dua subdimensi yang digunakan mengukur kebahagiaan, yakni Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial. Skor untuk subdimensi Kepuasan Hidup Sosial cukup tinggi yakni 80,07. Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial ini memiliki lima indikator kepuasan, yakni keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.

Khusus aspek hubungan sosial, terjadi peningkatan kepuasan. Pada 2017 tingkat kepuasan masyarakat di angka 75,45, pada 2021 naik menjadi 79,10. Adapun hubungan sosial ini dilihat dengan mengukur tiga poin, yakni kepercayaan (trust), partisipasi sosial, dan toleransi. Sikap gotong-royong dan kesediaan berbagi kepada sesama sebagaimana ditunjukkan masyarakat selama pandemi masuk dalam poin partisipasi sosial.

Pada survei BPS turut diukur kepuasan terhadap pendidikan dan keterampilan yang masuk dimensi Kepuasan Hidup. Hasilnya, kepuasan masyarakat terhadap pendidikan pada 2021 cukup rendah yakni hanya 62,79 poin. Sementara kepuasan terhadap kesehatan mencapai 76,28 poin. Poin tertinggi pada dimensi Kepuasan Hidup justru adalah keharmonisan keluarga, yakni dengan poin 82,56. Keharmonisan keluarga merupakan poin tertinggi dari 19 indikator penyusun kebahagiaan.

Kepuasan terhadap keharmonisan keluarga paling tinggi terdapat pada penduduk yang sangat sering melakukan kegiatan bersama keluarga, yaitu sebesar 87,41. Sementara itu, penduduk dengan kepuasan terhadap keharmonisan keluarga paling rendah adalah mereka yang sangat jarang melakukan kegiatan bersama keluarga, yaitu 77,31. “Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin sering seseorang melakukan kegiatan bersama keluarga, maka semakin tinggi kepuasan terhadap keharmonisan keluarga,” demikian pernyataan BPS.
(cip)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More