Kurikulum SMK: Dilema Distribusi Lulusan
Kamis, 30 Desember 2021 - 06:35 WIB
Kaitannya dengan lembaga SMK, layanan pendidikan ini sangat penting diterapkan. Utamanya dalam layanan akademi dari sisi praktikum. Artinya, lembaga SMK harus total menunjang praktikum siswa sesuai prodi. Sebagai contoh, SMK prodi pertambangan, maka sekolah harus memiliki infrastruktur penunjang praktik pelajaran tentang pertambangan. Baik itu secara desain konstruksi maupun teknologi. Begitu juga untuk prodi-prodi lainnya.
Kaitannya, dengan sarana dan prasarana penunjang praktikum, lembaga SMK saat ini sangat terbatas ketersediaannya. Baik itu di SMK negeri, apalagi SMK swasta. Sehingga cita-cita didirikannya SMK hingga saat ini masih jauh dari harapan.
Terkhusus di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, saat ini juga banyak lembaga SMK yang masih kekurangan sarana praktikum. Padahal layanan praktikum dalam bentuk infrastruktur maupun teknologi merupakan bagian primer dari layanan pendidikan itu sendiri. Apalagi melihat geografis Kabupaten Gresik yang kental dengan kultur pesantren juga banyak lembaga pesantren mendirikan lembaga SMK. Sementara, mayoritas lembaga SMK itu hingga saat ini masih terkendala dengan sarana praktikum. Padahal peserta didik di lembaga di bawah naungan pesantren jumlahnya sangat melimpah.
Partisipasi Industri
Produk layanan pendidikan, secara simetris akan menjadi cermin produk lulusan SMK. Jika produk layanan pendidikan berkualitas, otomatis produk lulusan juga berkualitas. Keyakinan itu yang selama ini dipercaya masyarakat. Jika lulusan berkualitas, lembaga juga akan dianggap berkualitas.
Nah, jika dalam produk layanan pendidikan, peserta didik sebagai konsumen. Namun, dalam produk lulusan, lembaga pendidikan tinggi, instansi dan dunia industri yang merupakan konsumen. Sebab, para siswa yang sebelumnya belajar di lembaga telah menyandang status lulusan yang siap didistribusikan dalam dunia kerja.
Dunia industri adalah yang akan paling banyak menyerap lulusan SMK ini. Sehingga agar ada kesamaan paradigma dan kepentingan dalam menunjang dunia produksi industri, partisipasi aktif dunia perusahaan sangat dibutuhkan. Bahkan, lembaga SMK ini bisa jadi screening untuk merekrut tenaga kerja sebelum diverifikasi oleh bagian personalia.
Partisipasi dunia industri ini bisa berupa support sarana prasarana penunjang praktikum peserta didik, bisa juga dengan memberikan pendidikan character building (membangun watak) sebagai usaha menyiapkan angkatan kerja baru. Dalam partisipasi ini, industri juga secara langsung bisa memberikan pemahaman tentang performance bagaimana bisa bekerja dengan baik.
Sinergi antara SMK dan dunia industri ini perlu segera dibuatkan peraturan atau dimasukkan ke dalam kurikulum. Saat ini juga banyak lembaga SMK yang telah menjalin kerja sama dengan industri. Namun, kebanyakan dalam kerja sama itu hanya dalam menerima lamaran kerja setelah dinyatakan lulus.
Peserta didik saat ini perlu diberikan wawasan langsung dari industri yang telah menjalin kerja sama dengan SMK agar kerja sama yang dijalin ini efektif dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan begitu, harapannya angka pengangguran dari lulusan SMK bisa berkurang drastis.
Kaitannya, dengan sarana dan prasarana penunjang praktikum, lembaga SMK saat ini sangat terbatas ketersediaannya. Baik itu di SMK negeri, apalagi SMK swasta. Sehingga cita-cita didirikannya SMK hingga saat ini masih jauh dari harapan.
Terkhusus di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, saat ini juga banyak lembaga SMK yang masih kekurangan sarana praktikum. Padahal layanan praktikum dalam bentuk infrastruktur maupun teknologi merupakan bagian primer dari layanan pendidikan itu sendiri. Apalagi melihat geografis Kabupaten Gresik yang kental dengan kultur pesantren juga banyak lembaga pesantren mendirikan lembaga SMK. Sementara, mayoritas lembaga SMK itu hingga saat ini masih terkendala dengan sarana praktikum. Padahal peserta didik di lembaga di bawah naungan pesantren jumlahnya sangat melimpah.
Partisipasi Industri
Produk layanan pendidikan, secara simetris akan menjadi cermin produk lulusan SMK. Jika produk layanan pendidikan berkualitas, otomatis produk lulusan juga berkualitas. Keyakinan itu yang selama ini dipercaya masyarakat. Jika lulusan berkualitas, lembaga juga akan dianggap berkualitas.
Nah, jika dalam produk layanan pendidikan, peserta didik sebagai konsumen. Namun, dalam produk lulusan, lembaga pendidikan tinggi, instansi dan dunia industri yang merupakan konsumen. Sebab, para siswa yang sebelumnya belajar di lembaga telah menyandang status lulusan yang siap didistribusikan dalam dunia kerja.
Dunia industri adalah yang akan paling banyak menyerap lulusan SMK ini. Sehingga agar ada kesamaan paradigma dan kepentingan dalam menunjang dunia produksi industri, partisipasi aktif dunia perusahaan sangat dibutuhkan. Bahkan, lembaga SMK ini bisa jadi screening untuk merekrut tenaga kerja sebelum diverifikasi oleh bagian personalia.
Partisipasi dunia industri ini bisa berupa support sarana prasarana penunjang praktikum peserta didik, bisa juga dengan memberikan pendidikan character building (membangun watak) sebagai usaha menyiapkan angkatan kerja baru. Dalam partisipasi ini, industri juga secara langsung bisa memberikan pemahaman tentang performance bagaimana bisa bekerja dengan baik.
Sinergi antara SMK dan dunia industri ini perlu segera dibuatkan peraturan atau dimasukkan ke dalam kurikulum. Saat ini juga banyak lembaga SMK yang telah menjalin kerja sama dengan industri. Namun, kebanyakan dalam kerja sama itu hanya dalam menerima lamaran kerja setelah dinyatakan lulus.
Peserta didik saat ini perlu diberikan wawasan langsung dari industri yang telah menjalin kerja sama dengan SMK agar kerja sama yang dijalin ini efektif dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan begitu, harapannya angka pengangguran dari lulusan SMK bisa berkurang drastis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda