Mencari Bunda Empu Mendongeng
Sabtu, 18 Desember 2021 - 05:50 WIB
Kalau sudah mudah dan murah, tunggu apalagi? Bacakan dongeng! Mendongenglah! Jangan sampai si anak merengek, tetapi orang tua enggan melakukannya. Ah, teori! Faktanya, segala juru dongeng kini sudah berada di genggaman. Jatuhlah ke dalam homo digitalis, semua diperangkap alat, semua digerakkan kelincahan jari jemari. Bukankah alasan sang bunda dalam dialog tadi justru merundungi si anak?
Manfaat mendongeng sungguh luar biasa. Yang paling hakiki adalah sentuhan kasih orang tua demi karitatif, edukatif, dan harmonis. Inilah khitah mendongeng. Dongeng menjadi media efektif untuk menyalurkan pesan moral yang gampang mengendap dalam hati dan benak si anak. Transfer khitah inilah yang menjadi kebuntungan peranti digital, sedahsyat apa pun.
Pengendapan khitah kasih ini terkait erat dengan masa usia emas si anak. Istilah kerennya the golden age. Apa keistimewaan dan tugas tumbuh kembang pada rentang usia emas tersebut? Bagaimana upaya memaksimalkannya?
Usia Emas dan Literasi Baru
Usia emas adalah satu masa kecerahan singkat yang pasti dialami oleh setiap manusia. Periode vital sangat menentukan tahap perkembangan. Masa emas berkisar pada usia 0-6 tahun. Beberapa riset membuktikan bahwa kecerdasan anak mencapai 50% pada usia 0-4 tahun. Hingga usia 8 tahun kecerdasan meningkat hingga 80% dan puncaknya 100% pada usia 18 tahun.
baca juga: Inilah Sosok Pida, Gadis Manis Pejuang Literasi yang Pintar Mendongeng
Lalu genre dongeng seperti apa yang cocok untuk fase kecerdasan tersebut? Usia 3-5 tahun cocok untuk ide dongeng tentang lingkungan, binatang, dan tumbuhan sekitar. Hindarilah dongeng mistis atau horor. Usia 5-8 tahun cocok untuk tema imajinasi bebas, negeri khayalan. Hati-hati, si anak mulai bertanya tentang adanya Allah, malaikat, jin, setan, raksasa, kurcaci, dan alam dunia lain.
Usia 9-12 tahun cocok dengan tema romantisme, petualangan, kepahlawanan yang baik dan bertujuan mulia. Usia 12-18 (fase remaja puber) cocok romantisme, detektif, heroik dalam pencarian jati diri. Usia 19 tahun ke atas cocok untuk tema idola atau figur teladan yang menjurus kehidupan pribadi.
Penanaman nilai dongeng tepat sasaran justru terjadi pada rentang usia 3-8 tahun. Anak masih mudah tergugah emosi. Anak cepat menangkap gambaran akibat baik dan buruk suatu perbuatan. Setidaknya ada empat nilai hakiki yang mematri benak anak, yaitu persahabatan, kepahlawanan dan perjuangan, pesan jangan berbuat jahat, serta nilai akibat durhaka kepada orang tua.
baca juga: Heboh Harta Karun Palembang, Inikah Pulau Emas dalam Dongeng Indonesia?
Manfaat mendongeng sungguh luar biasa. Yang paling hakiki adalah sentuhan kasih orang tua demi karitatif, edukatif, dan harmonis. Inilah khitah mendongeng. Dongeng menjadi media efektif untuk menyalurkan pesan moral yang gampang mengendap dalam hati dan benak si anak. Transfer khitah inilah yang menjadi kebuntungan peranti digital, sedahsyat apa pun.
Pengendapan khitah kasih ini terkait erat dengan masa usia emas si anak. Istilah kerennya the golden age. Apa keistimewaan dan tugas tumbuh kembang pada rentang usia emas tersebut? Bagaimana upaya memaksimalkannya?
Usia Emas dan Literasi Baru
Usia emas adalah satu masa kecerahan singkat yang pasti dialami oleh setiap manusia. Periode vital sangat menentukan tahap perkembangan. Masa emas berkisar pada usia 0-6 tahun. Beberapa riset membuktikan bahwa kecerdasan anak mencapai 50% pada usia 0-4 tahun. Hingga usia 8 tahun kecerdasan meningkat hingga 80% dan puncaknya 100% pada usia 18 tahun.
baca juga: Inilah Sosok Pida, Gadis Manis Pejuang Literasi yang Pintar Mendongeng
Lalu genre dongeng seperti apa yang cocok untuk fase kecerdasan tersebut? Usia 3-5 tahun cocok untuk ide dongeng tentang lingkungan, binatang, dan tumbuhan sekitar. Hindarilah dongeng mistis atau horor. Usia 5-8 tahun cocok untuk tema imajinasi bebas, negeri khayalan. Hati-hati, si anak mulai bertanya tentang adanya Allah, malaikat, jin, setan, raksasa, kurcaci, dan alam dunia lain.
Usia 9-12 tahun cocok dengan tema romantisme, petualangan, kepahlawanan yang baik dan bertujuan mulia. Usia 12-18 (fase remaja puber) cocok romantisme, detektif, heroik dalam pencarian jati diri. Usia 19 tahun ke atas cocok untuk tema idola atau figur teladan yang menjurus kehidupan pribadi.
Penanaman nilai dongeng tepat sasaran justru terjadi pada rentang usia 3-8 tahun. Anak masih mudah tergugah emosi. Anak cepat menangkap gambaran akibat baik dan buruk suatu perbuatan. Setidaknya ada empat nilai hakiki yang mematri benak anak, yaitu persahabatan, kepahlawanan dan perjuangan, pesan jangan berbuat jahat, serta nilai akibat durhaka kepada orang tua.
baca juga: Heboh Harta Karun Palembang, Inikah Pulau Emas dalam Dongeng Indonesia?
tulis komentar anda