LaNyalla: Anak Muda Harus Persiapkan Diri Songsong Indonesia Emas 2045
Sabtu, 27 November 2021 - 07:48 WIB
Saat ini, menurut LaNyalla, Indonesia belum mendekati pada visi besar "Indonesia 2045: Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur".
"Hari ini kita melihat sendiri ketimpangan penguasaan kekayaan, di mana kurang dari 2% penduduk Indonesia menguasai hampir separo kekayaan Indonesia. Jika ini dibiarkan, tentu akan sulit untuk mewujudkan 4 kata dalam visi Indonesia Emas 2045 itu," katanya.
Baca juga: Jurus Ridwan Kamil Siapkan Generasi Muda Unggul untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045
Oleh karena itu, ditambahkannya, arah perjalanan bangsa harus dikoreksi. Dengan tujuan, agar roadmap yang telah disusun pemerintah dapat terwujud, dan Indonesia ke depan lebih baik.
"Kami, di DPD RI memandang, koreksi yang bisa dilakukan adalah dengan meninjau ulang Amandemen Konstitusi di tahun 1999 hingga 2002 lalu. Karena hasilnya membuat Indonesia menjadi negara liberal kapitalistik," katanya.
Bila tidak ada koreksi, katanya, bonus demografi 2045, di mana pada penduduk usia produktif berusia antara 15 hingga 64 tahun mencapai 71%, tidak akan tertangani dengan baik. "Jangan sampai terjadi, saat kita memasuki era ledakan jumlah penduduk usia produktif, tetapi lapangan pekerjaan tidak mampu menyerap. Jika hal itu terjadi, bukan bonus demografi yang kita dapatkan tetapi bencana demografi," kata Senator asal Jawa Timur itu.
Selain itu, yang harus dilakukan Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama kualitas para pemuda dan para mahasiswa. "Karena pemuda dan mahasiswa sebagai bagian dari stakeholders generasi terdidik, memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual," katanya.
Pemuda dan mahasiswa juga merupakan kelompok masyarakat yang dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri. Pemuda dan mahasiswa telah memiliki kesadaran ideologi sebagai bagian dari stakeholder bangsa. "Artinya tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Karena itu, baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini," paparnya.
LaNyalla menyarankan agar negara menyiapkan roadmap dalam penyiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia lewat tiga tahapan terukur. Tahap Pertama, dimulai dari sekarang hingga 2025 dengan fokus pembangunan pendidikan pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan.
"Hari ini kita melihat sendiri ketimpangan penguasaan kekayaan, di mana kurang dari 2% penduduk Indonesia menguasai hampir separo kekayaan Indonesia. Jika ini dibiarkan, tentu akan sulit untuk mewujudkan 4 kata dalam visi Indonesia Emas 2045 itu," katanya.
Baca juga: Jurus Ridwan Kamil Siapkan Generasi Muda Unggul untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045
Oleh karena itu, ditambahkannya, arah perjalanan bangsa harus dikoreksi. Dengan tujuan, agar roadmap yang telah disusun pemerintah dapat terwujud, dan Indonesia ke depan lebih baik.
"Kami, di DPD RI memandang, koreksi yang bisa dilakukan adalah dengan meninjau ulang Amandemen Konstitusi di tahun 1999 hingga 2002 lalu. Karena hasilnya membuat Indonesia menjadi negara liberal kapitalistik," katanya.
Bila tidak ada koreksi, katanya, bonus demografi 2045, di mana pada penduduk usia produktif berusia antara 15 hingga 64 tahun mencapai 71%, tidak akan tertangani dengan baik. "Jangan sampai terjadi, saat kita memasuki era ledakan jumlah penduduk usia produktif, tetapi lapangan pekerjaan tidak mampu menyerap. Jika hal itu terjadi, bukan bonus demografi yang kita dapatkan tetapi bencana demografi," kata Senator asal Jawa Timur itu.
Selain itu, yang harus dilakukan Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama kualitas para pemuda dan para mahasiswa. "Karena pemuda dan mahasiswa sebagai bagian dari stakeholders generasi terdidik, memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam aspek moral, sosial dan intelektual," katanya.
Pemuda dan mahasiswa juga merupakan kelompok masyarakat yang dianggap sudah dewasa, dalam memilih kehidupannya sendiri. Pemuda dan mahasiswa telah memiliki kesadaran ideologi sebagai bagian dari stakeholder bangsa. "Artinya tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Karena itu, baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini," paparnya.
LaNyalla menyarankan agar negara menyiapkan roadmap dalam penyiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia lewat tiga tahapan terukur. Tahap Pertama, dimulai dari sekarang hingga 2025 dengan fokus pembangunan pendidikan pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan.
tulis komentar anda