Sejumlah Aktivis Dukung Kolaborasi MUI dan Densus 88 Cegah Radikalisme-Terorisme
Rabu, 24 November 2021 - 16:11 WIB
JAKARTA - Sejumlah aktivis pemuda dan mahasiswa dari beberapa organisasi mendukung kolaborasi Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) dan Densus 88 Antiteror Polri dalam pencegahan terhadap gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Resolusi bersama itu dikeluarkan mereka dalam pertemuan di Hotel Ambhara, Jakarta pada Selasa (23/11/2021).
Para aktivis itu berasal dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), dan Generasi Muda Mathlaul Anwar (GEMA). "Terorisme tidak ada agamanya, semua itu hanya ulah segelintir orang yang menggunakan agama sebagai alat untuk melegalkan kekerasan," kata Ketua Umum PB SEMMI Bintang Wahyu Saputra, Rabu (24/11/2021).
Pertemuan dan resolusi bersama ini digagas akibat kecemasan para aktivis pemuda dan mahasiswa yang melihat semakin gampangnya masyarakat diperdaya oleh kelompok jaringan radikal. "Masyarakat jadi lupa terhadap substansi tingkat bahaya jaringan radikal dan teror karena mereka merangkap jadi pendakwah agama, yang tanpa disadari masyarakat akhirnya dijadikan tameng oleh mereka," kata Bintang.
Hal senada juga dikatakan oleh Bendahara Umum PMII Panji Sukma Nugraha. "Jadi sudah selayaknya MUI dan seluruh masyarakat secara bersama-sama mendukung kepolisian dalam menindak jaringan teroris yang memperburuk citra Islam sebagai agama yang Rahmatan lil 'alamin," ujar Panji.
Aktivis dari GEMA Dafi menilai konflik dan perang saudara yang terjadi di sejumlah negara terjadi akibat kurang waspadanya masyarakat terhadap pergerakan jaringan radikal yang pada awalnya menyamar di atas permukaan.
Dalam pertemuan sejumlah aktivis pemuda itu juga disepakati untuk secara aktif melalui organisasi masing-masing mendukung segala kegiatan kontra radikalisasi yang dilakukan oleh MUI dan Mabes Polri. Pertemuan itu ditutup dengan penandatangan kesepakatan bersama untuk selanjutnya diserahkan kepada lembaga terkait.
Resolusi yang disuarakan oleh para aktivis pemuda itu pun disambut positif oleh aktivis senior HMI Andi Subiyakto Mulangato. Dia mengatakan, pemuda adalah salah satu agen perubahan dalam menangkal radikalisme dan terorisme.
"Kegagalan suatu bangsa dalam memoderasi pemahaman agama dan kebangsaan di kalangan pemuda, sama saja dengan menabung konflik untuk diledakkan di masa depan," kata Andi.
Para aktivis itu berasal dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), dan Generasi Muda Mathlaul Anwar (GEMA). "Terorisme tidak ada agamanya, semua itu hanya ulah segelintir orang yang menggunakan agama sebagai alat untuk melegalkan kekerasan," kata Ketua Umum PB SEMMI Bintang Wahyu Saputra, Rabu (24/11/2021).
Pertemuan dan resolusi bersama ini digagas akibat kecemasan para aktivis pemuda dan mahasiswa yang melihat semakin gampangnya masyarakat diperdaya oleh kelompok jaringan radikal. "Masyarakat jadi lupa terhadap substansi tingkat bahaya jaringan radikal dan teror karena mereka merangkap jadi pendakwah agama, yang tanpa disadari masyarakat akhirnya dijadikan tameng oleh mereka," kata Bintang.
Hal senada juga dikatakan oleh Bendahara Umum PMII Panji Sukma Nugraha. "Jadi sudah selayaknya MUI dan seluruh masyarakat secara bersama-sama mendukung kepolisian dalam menindak jaringan teroris yang memperburuk citra Islam sebagai agama yang Rahmatan lil 'alamin," ujar Panji.
Aktivis dari GEMA Dafi menilai konflik dan perang saudara yang terjadi di sejumlah negara terjadi akibat kurang waspadanya masyarakat terhadap pergerakan jaringan radikal yang pada awalnya menyamar di atas permukaan.
Dalam pertemuan sejumlah aktivis pemuda itu juga disepakati untuk secara aktif melalui organisasi masing-masing mendukung segala kegiatan kontra radikalisasi yang dilakukan oleh MUI dan Mabes Polri. Pertemuan itu ditutup dengan penandatangan kesepakatan bersama untuk selanjutnya diserahkan kepada lembaga terkait.
Resolusi yang disuarakan oleh para aktivis pemuda itu pun disambut positif oleh aktivis senior HMI Andi Subiyakto Mulangato. Dia mengatakan, pemuda adalah salah satu agen perubahan dalam menangkal radikalisme dan terorisme.
"Kegagalan suatu bangsa dalam memoderasi pemahaman agama dan kebangsaan di kalangan pemuda, sama saja dengan menabung konflik untuk diledakkan di masa depan," kata Andi.
(rca)
tulis komentar anda