Cerita di Balik Rekaman Suara Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI
Minggu, 17 Oktober 2021 - 07:38 WIB
Namun bukan perkara mudah membujuk Soekarno mau merekam suara pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI. Menurut Bung Karno, proklamasi kemerdekaan RI adalah sesuatu sakral tidak bisa diulang-ulang.
"Proklamasi itu hanya satu kali," kata Bung Karno dengan nada tinggi seperti dituturkan Jusuf Ronodipuro kepada salah satu keluarganya, Louisa Tuhatu. Cerita ini kemudian dituliskan Louisa Tuhatu di blog pribadinya.
Baca juga: Baca Teks Proklamasi di Istana, Puan Maharani Rasakan Perjuangan Lawan Pandemi Seperti Perang Dunia II
Jusuf sedikit menciut kena semprot Sang Proklamator. Meski begitu, ia tetap berkeyakinan perekaman suara pembacaan teks proklamasi adalah hal yang penting di kemudian hari.
"Betul, Bung. Tetapi saat itu rakyat tidak mendengar suara Bung," kata Jusuf mencoba membujuk Soekarno.
Ketika 17 Agustus 1945 memang proklamasi kemerdekaan RI tidak diketahui secara masif oleh rakyat Indonesia. Jusuf Ronodipuro yang bekerja sebagai wartawan radio Hoso Kyoko juga tidak mengetahui kemerdekaan RI yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Ia bersama para penyiar dilarang meninggalkan gedung stasiun radio milik orang Jepang itu.
Hingga tiba-tiba Syahruddin, rekan jurnalis, muncul di kantor radio Hoso Kyoko. Ia datang membawa sepucuk surat dari Adam Malik dan menyerahkan kepada Jusuf Ronodipuro. Setelah dibuka, surat itu ternyata berisi coretan teks proklamasi yang baru saja dibacakan Soekarno-Hatta. Jusuf pun segera paham bahwa ia diberikan tugas untuk menyiarkan proklamasi kemerdekaan RI melalui radio.
Namun Jusuf tak bisa segera menyiarkannya karena akan membahayakan dirinya jika ketahuan. Baru pada pukul 19.00 WIB, Jusuf mendapatkan kesempatan. Dia bersama sejumlah pemuda lain menyelinap ke studio yang biasa digunakan untuk menyiarkan berita-berita luar negeri tapi sudah tidak terpakai.
Baca juga: 17 Agustusan Usai, Teks Proklamasi Bung Karno Dikembalikan ke ANRI
"Proklamasi itu hanya satu kali," kata Bung Karno dengan nada tinggi seperti dituturkan Jusuf Ronodipuro kepada salah satu keluarganya, Louisa Tuhatu. Cerita ini kemudian dituliskan Louisa Tuhatu di blog pribadinya.
Baca juga: Baca Teks Proklamasi di Istana, Puan Maharani Rasakan Perjuangan Lawan Pandemi Seperti Perang Dunia II
Jusuf sedikit menciut kena semprot Sang Proklamator. Meski begitu, ia tetap berkeyakinan perekaman suara pembacaan teks proklamasi adalah hal yang penting di kemudian hari.
"Betul, Bung. Tetapi saat itu rakyat tidak mendengar suara Bung," kata Jusuf mencoba membujuk Soekarno.
Ketika 17 Agustus 1945 memang proklamasi kemerdekaan RI tidak diketahui secara masif oleh rakyat Indonesia. Jusuf Ronodipuro yang bekerja sebagai wartawan radio Hoso Kyoko juga tidak mengetahui kemerdekaan RI yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Ia bersama para penyiar dilarang meninggalkan gedung stasiun radio milik orang Jepang itu.
Hingga tiba-tiba Syahruddin, rekan jurnalis, muncul di kantor radio Hoso Kyoko. Ia datang membawa sepucuk surat dari Adam Malik dan menyerahkan kepada Jusuf Ronodipuro. Setelah dibuka, surat itu ternyata berisi coretan teks proklamasi yang baru saja dibacakan Soekarno-Hatta. Jusuf pun segera paham bahwa ia diberikan tugas untuk menyiarkan proklamasi kemerdekaan RI melalui radio.
Namun Jusuf tak bisa segera menyiarkannya karena akan membahayakan dirinya jika ketahuan. Baru pada pukul 19.00 WIB, Jusuf mendapatkan kesempatan. Dia bersama sejumlah pemuda lain menyelinap ke studio yang biasa digunakan untuk menyiarkan berita-berita luar negeri tapi sudah tidak terpakai.
Baca juga: 17 Agustusan Usai, Teks Proklamasi Bung Karno Dikembalikan ke ANRI
tulis komentar anda