Kelas Menengah Bisa Turun Kasta
Rabu, 22 April 2020 - 07:05 WIB
KEBIJAKAN demi kebijakan telah diterbitkan pemerintah dalam menghadapi wabah virus korona, namun angka kasus positif tertular virus mematikan itu semakin bertambah hingga jumlahnya menunjukkan angka ribuan. Di balik berbagai kebijakan tersebut masih ada kelas masyarakat yang sepertinya luput dari perhatian pemerintah, yakni masyarakat kelas menengah. Menjadi keprihatian tersendiri apabila pandemi virus korona atau lebih akrab disebut corona virus disease 2019 (Covid-19) terus berlarut-larut, maka masyarakat kelas menengah sangat berpotensi menambah angka kemiskinan lebih tinggi lagi.Pada Januari lalu, Bank Dunia telah mengeluarkan sebuah laporan yang membahas pentingnya mendorong masyarakat Indonesia yang baru saja keluar dari garis kemiskinan. Laporan yang bertajuk "Aspiring Indonesia Expanding the Middle Class " membeberkan bahwa selama 15 tahun terakhir Indonesia meraih sebuah kemajuan besar, yakni sukses menekan angka kemiskinan hingga di bawah 10%. Sepanjang periode tersebut, masyarakat kelas menengah tumbuh dari 7% menjadi 20% dari total penduduk atau sebanyak 52 juta orang.
Meski demikian, Bank Dunia memberi catatan bahwa masyarakat miskin yang baru saja lepas dari lingkar garis kemiskinan sekitar 45% dari penduduk atau sebanyak 115 juta orang. Posisinya tanggung karena belum bisa dimasukkan ke dalam masyarakat kelas menengah dengan posisi keuangan yang aman. Posisi tersebut sangat rentan balik lagi ke bawah garis kemiskinan. Bank Dunia merekomendasikan pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak dengan upah yang lebih baik. Selanjutnya, didukung sistem yang kuat penyediaan pendidikan berkualitas dan jaminan kesehatan universal. Ceritanya itu sebelum Covid-19 menjadi wabah global yang juga menggulung Indonesia.
Lalu, masyarakat yang mana masuk kelas menengah di Indonesia versi Bank Dunia? Ciri paling gampang untuk memantau masyarakat kelas menengah adalah mereka yang selalu travelingdan membelanjakan uang atas nama hiburan. Bank Dunia memetakan kelas menengah di Indonesia dengan merujuk pada pola konsumsi dengan lima kategori. Pertama, Miskin - di bawah garis kemiskinan dengan nilai konsumsi sebesar Rp354.000 per bulan. Kedua, Rentan - di atas garis kemiskinan, namun rentan menjadi miskin dengan nilai konsumsi sebesar Rp354.000 sampai Rp532.000 per bulan. Ketiga, calon Kelas menengah - kelas yang belum sepenuhnya aman dengan nilai konsumsi sebesar Rp532.000 hingga Rp1.200.000 per bulan. Keempat, kelas menengah dengan nilai konsumsi sebesar Rp1.200.000 sampai Rp6.000.000 per bulan. Kelima, kelas atas - kelas paling sejahtera dengan nilai konsumsi di atas Rp6.000.000 per bulan.
Masyarakat kelas menengah yang jumlahnya mencapai sebanyak 52 juta berarti setara dengan satu dari lima orang Indonesia adalah kelas menengah. Dengan demikian, satu di antara lima orang membelanjakan uang sebesar Rp6.000.000 per bulan dengan alokasi lebih utama pada traveling , berbagai bentuk hiburan hingga pembelian kendaraan bermotor roda empat. Masih berdasarkan laporan Bank Dunia bahwa masyarakat kelas menengah bepergian sekitar 40% lebih sering ketimbang kelas lain. Dan, separuh dari kelas di bawah kelas menengah melakukan perjalanan bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengunjungi teman atau keluarga.
Hanya berkisar dua bulan lebih setelah Bank Dunia memublikasikan laporan terkait pentingnya mendorong masyarakat Indonesia yang baru saja keluar dari garis kemiskinan dan memuji pemerintah Indonesia yang sukses menumbuhkan jumlah masyarakat kelas menengah mencapai 52 juta dalam kisaran waktu 15 tahun, dalam sekejap telah tersapu oleh pandemi Covid-19. Jangankan untuk memprediksi kapan berakhir, wabah yang bermula dari Wuhan, China, dan telah berjangkit secara global justru semakin banyak menelan korban. Singapura yang disebut-sebut salah satu negara yang sukses "mengusir" virus korona, kini mengalami serangan gelombang kedua yang kabarnya lebih parah dari serangan sebelumnya.
Memang, pemerintah terus menerbitkan berbagai kebijakan stimulus untuk membantu masyarakat seperti bantuan sosial. Contoh, untuk warga miskin dan rentan miskin di DKI Jakarta bantuan bahan pangan pokok senilai Rp600.000 per bulan. Pemerintah juga memberikan berbagai bantuan lainnya termasuk membebaskan biaya pemakaian listrik untuk golongan pelanggan kelas bawah. Lain halnya dengan kelompok masyarakat kelas menengah belum tersentuh stimulus secara langsung. Padahal, kelompok ini juga terdampak langsung wabah Covid-19, mulai pengenaan cuti tanpa gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Tentu pemerintah lebih paham jenis stimulus seperti apa yang cocok diberikan kepada masyarakat kelas menengah yang kini terancam turun kasta.
Meski demikian, Bank Dunia memberi catatan bahwa masyarakat miskin yang baru saja lepas dari lingkar garis kemiskinan sekitar 45% dari penduduk atau sebanyak 115 juta orang. Posisinya tanggung karena belum bisa dimasukkan ke dalam masyarakat kelas menengah dengan posisi keuangan yang aman. Posisi tersebut sangat rentan balik lagi ke bawah garis kemiskinan. Bank Dunia merekomendasikan pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak dengan upah yang lebih baik. Selanjutnya, didukung sistem yang kuat penyediaan pendidikan berkualitas dan jaminan kesehatan universal. Ceritanya itu sebelum Covid-19 menjadi wabah global yang juga menggulung Indonesia.
Lalu, masyarakat yang mana masuk kelas menengah di Indonesia versi Bank Dunia? Ciri paling gampang untuk memantau masyarakat kelas menengah adalah mereka yang selalu travelingdan membelanjakan uang atas nama hiburan. Bank Dunia memetakan kelas menengah di Indonesia dengan merujuk pada pola konsumsi dengan lima kategori. Pertama, Miskin - di bawah garis kemiskinan dengan nilai konsumsi sebesar Rp354.000 per bulan. Kedua, Rentan - di atas garis kemiskinan, namun rentan menjadi miskin dengan nilai konsumsi sebesar Rp354.000 sampai Rp532.000 per bulan. Ketiga, calon Kelas menengah - kelas yang belum sepenuhnya aman dengan nilai konsumsi sebesar Rp532.000 hingga Rp1.200.000 per bulan. Keempat, kelas menengah dengan nilai konsumsi sebesar Rp1.200.000 sampai Rp6.000.000 per bulan. Kelima, kelas atas - kelas paling sejahtera dengan nilai konsumsi di atas Rp6.000.000 per bulan.
Masyarakat kelas menengah yang jumlahnya mencapai sebanyak 52 juta berarti setara dengan satu dari lima orang Indonesia adalah kelas menengah. Dengan demikian, satu di antara lima orang membelanjakan uang sebesar Rp6.000.000 per bulan dengan alokasi lebih utama pada traveling , berbagai bentuk hiburan hingga pembelian kendaraan bermotor roda empat. Masih berdasarkan laporan Bank Dunia bahwa masyarakat kelas menengah bepergian sekitar 40% lebih sering ketimbang kelas lain. Dan, separuh dari kelas di bawah kelas menengah melakukan perjalanan bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengunjungi teman atau keluarga.
Hanya berkisar dua bulan lebih setelah Bank Dunia memublikasikan laporan terkait pentingnya mendorong masyarakat Indonesia yang baru saja keluar dari garis kemiskinan dan memuji pemerintah Indonesia yang sukses menumbuhkan jumlah masyarakat kelas menengah mencapai 52 juta dalam kisaran waktu 15 tahun, dalam sekejap telah tersapu oleh pandemi Covid-19. Jangankan untuk memprediksi kapan berakhir, wabah yang bermula dari Wuhan, China, dan telah berjangkit secara global justru semakin banyak menelan korban. Singapura yang disebut-sebut salah satu negara yang sukses "mengusir" virus korona, kini mengalami serangan gelombang kedua yang kabarnya lebih parah dari serangan sebelumnya.
Memang, pemerintah terus menerbitkan berbagai kebijakan stimulus untuk membantu masyarakat seperti bantuan sosial. Contoh, untuk warga miskin dan rentan miskin di DKI Jakarta bantuan bahan pangan pokok senilai Rp600.000 per bulan. Pemerintah juga memberikan berbagai bantuan lainnya termasuk membebaskan biaya pemakaian listrik untuk golongan pelanggan kelas bawah. Lain halnya dengan kelompok masyarakat kelas menengah belum tersentuh stimulus secara langsung. Padahal, kelompok ini juga terdampak langsung wabah Covid-19, mulai pengenaan cuti tanpa gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Tentu pemerintah lebih paham jenis stimulus seperti apa yang cocok diberikan kepada masyarakat kelas menengah yang kini terancam turun kasta.
(mhd)
tulis komentar anda