Dana Abadi Dorong Peran Kekinian Pesantren
Kamis, 23 September 2021 - 06:40 WIB
Dia pun mengucap syukur adanya anggaran yang diatur dalam undang-undang untuk membantu pesantren. Dalam pandangannya, pesantren memang harus mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pengembangan pendidikan.’’Jadi ada dana pendidikan yang dikelola Kemendikbud dan Kemenkeu, lalu dana abadi pesantren, bahkan dana abadi kebudayaan dan riset. Ini komitmen pemerintah untuk membantu kegiatan pendidikan, riset dan inovasi, pesantren sudah lama diinginkan dan disambut baik oleh dunia pesantren karena memang sudah lama ditunggu."
Sejarah Panjang Kontribusi Pesantren
Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Marsudi Suhud mengatakan, pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia. Bahkan, dibelahan dunia lain, mungkin bisa saja tidak ditemukan sistem pendidikan seperti pesantren ini.
"Peran pesantren dari dahulu sudah luar biasa, seperti pada zaman penjajahan. Mereka sebagai benteng pertahanan umat Islam dan di zaman modern seperti ini pun kita masih meihat animo masyarakat masih sangat besar ke pesantren,"jelasnya.
Bahkan dalam sejarahnya, Marsudi menjelaskan bahwa ulama dan santri selalu menjadi garda terdepan dalam memimpin pergerakan nasional, dalam rangka mengusir segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini. "Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dahulu, telah banyak melahirkan generasi yang tidak hanya menolak segala bentuk penjajahan, melainkan selalu menjadi motor penggerak dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah,"tegasnya.
Dikatakannya, keadaan pesantren pada masa kolonial saat itu sangat berbeda dengan keberadaan pondok saat ini. Ia pun menceritakan pertumbuhan pondok pesantren pada awalnya tidak mudah, kondisi pesantren hanyalah berupa gedung berbentuk persegi yang dibangun dari bambu. Namun, di beberapa desa yang sudah makmur, pesantren sudah dibangun dari kayu, seperti tiang penyangga dan dinding. Tapi, tetap saja kondisinya sangat terbatas.
"Kebanyakan pondok pesantren zaman itu hanya terdiri atas ruangan yang besar yang didiami bersama. Mereka bersama-sama tidur di atas tikar pandan atau koran, berbeda dengan saat ini,"ujar Marsudi.
Namun, menurutnya pada masa kolonial inilah pesantren berkembang dengan pesat. Pesantren ini ada yang memiliki kekhususan sehingga berbeda dengan pesantren lainnya. Ada yang khusus mengajarkan ilmu hadis dan fikih, ilmu bahasa Arab, ilmu tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Kemudian pesantren memasukkan sistem madrasah. Dalam sistem ini jenjang-jenjang pendudukan terbagi menjadi ibtidaiah, tsanawiyah, dan aliah.
"Sistem madrasah inilah yang mendorong perkembangan pesantren sehingga jumlahnya semakin meningkat pesat. Sehingga, pada1958 sampai dengan 1959 lahirlah Madrasah wajib belajar yang memiliki hak dan kewajiban seperti sekolah negeri pada umumnya,"ujarnya.
Selanjutnya, di 1965 berdasarkan rumusan Seminar Pondok Pesantren di Yogyakarta, disepakati perlunya memasukkan pelajaran keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan lain-lain dalam sistem pembelajaran di pondok pesantren. Hingga berganti pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan pembinaan terhadap pesantren melalui Proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Sejarah Panjang Kontribusi Pesantren
Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Marsudi Suhud mengatakan, pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia. Bahkan, dibelahan dunia lain, mungkin bisa saja tidak ditemukan sistem pendidikan seperti pesantren ini.
"Peran pesantren dari dahulu sudah luar biasa, seperti pada zaman penjajahan. Mereka sebagai benteng pertahanan umat Islam dan di zaman modern seperti ini pun kita masih meihat animo masyarakat masih sangat besar ke pesantren,"jelasnya.
Bahkan dalam sejarahnya, Marsudi menjelaskan bahwa ulama dan santri selalu menjadi garda terdepan dalam memimpin pergerakan nasional, dalam rangka mengusir segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini. "Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dahulu, telah banyak melahirkan generasi yang tidak hanya menolak segala bentuk penjajahan, melainkan selalu menjadi motor penggerak dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah,"tegasnya.
Dikatakannya, keadaan pesantren pada masa kolonial saat itu sangat berbeda dengan keberadaan pondok saat ini. Ia pun menceritakan pertumbuhan pondok pesantren pada awalnya tidak mudah, kondisi pesantren hanyalah berupa gedung berbentuk persegi yang dibangun dari bambu. Namun, di beberapa desa yang sudah makmur, pesantren sudah dibangun dari kayu, seperti tiang penyangga dan dinding. Tapi, tetap saja kondisinya sangat terbatas.
"Kebanyakan pondok pesantren zaman itu hanya terdiri atas ruangan yang besar yang didiami bersama. Mereka bersama-sama tidur di atas tikar pandan atau koran, berbeda dengan saat ini,"ujar Marsudi.
Namun, menurutnya pada masa kolonial inilah pesantren berkembang dengan pesat. Pesantren ini ada yang memiliki kekhususan sehingga berbeda dengan pesantren lainnya. Ada yang khusus mengajarkan ilmu hadis dan fikih, ilmu bahasa Arab, ilmu tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Kemudian pesantren memasukkan sistem madrasah. Dalam sistem ini jenjang-jenjang pendudukan terbagi menjadi ibtidaiah, tsanawiyah, dan aliah.
"Sistem madrasah inilah yang mendorong perkembangan pesantren sehingga jumlahnya semakin meningkat pesat. Sehingga, pada1958 sampai dengan 1959 lahirlah Madrasah wajib belajar yang memiliki hak dan kewajiban seperti sekolah negeri pada umumnya,"ujarnya.
Selanjutnya, di 1965 berdasarkan rumusan Seminar Pondok Pesantren di Yogyakarta, disepakati perlunya memasukkan pelajaran keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan lain-lain dalam sistem pembelajaran di pondok pesantren. Hingga berganti pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan pembinaan terhadap pesantren melalui Proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
tulis komentar anda