Melahirkan Guru Pakar
Selasa, 07 September 2021 - 07:15 WIB
Guru harus terbiasa dan menikmati membaca buku. Ciri rumah guru hebat adalah ada koleksi buku-buku baru dan lama. Kecintaannya terhadap buku melebihi kecintaannya pada pakaian. Tung Desem Waringin menulis, membaca adalah sebuah aktivitas yang memulai semua kesuksesan (Raharjo, 2019: 145). Guru yang tidak membaca akan jauh dari kesuksesan.
Saat ini sebagian guru di Indonesia tengah melakukan serangkaian pelatihan melalui program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak. Ini merupakan upaya pemerintah untuk terpenuhinya pengembangan kompetensi berkelanjutan (PKB) pendidik Indonesia. Program merdeka belajar ini semoga mengubah cara berpikir guru-guru Indonesia.
Di sekolah-sekolah bagus-hebat, pelatihan guru merupakan hal wajib, khususnya di era pandemi yang menuntut keterampilan-keterampilan baru dalam pembelajaran. Mereka tidak mengandalkan program pemerintah untuk meningkatkan kapasitas guru-guru mereka. Ada dana khusus yang mereka siapkan setiap tahun untuk memanggil pakar-pakar pembelajaran dan pendidikan.
Dalam hal pelatihan, bukan soal lamanya waktu yang penting, tetapi efektivitasnya. Pelatihan yang lama akan mengganggu kinerja guru. Pelatihan guru bisa dinilai gagal karena tidak melahirkan guru-guru yang pembelajar mandiri atau autodidak. Menurut Daoed Joesoef (2017: 226), yang ada hanya sejumlah penyandang gelar kesarjanaan tanpa semangat ilmiah, tidak menghayati tradisi akademis, tidak kreatif.
Guru Kompeten
Hasil belajar mandiri dan terbimbing di atas akan meningkatkan literasi digital dan pengetahuan guru. Literasi digital akan menjadi kebutuhan guru saat ini dan di masa mendatang. Misalnya ia akan menjawab masalah kelangkaan atau kekurangan guru di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Guru-guru di kota bisa mengajar anak-anak daerah 3T tanpa harus datang ke sana. Literasi digital cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia dan literasi digital cocok saat belajar harus tak tatap muka.
Guru-guru yang menguasai literasi digital akan mengajar PJJ sama baiknya dengan mengajar PTM. Pelatihan literasi digital menjadi fenomena baru dan tersedia begitu banyak bagi guru-guru yang mau belajar. Kemauan guru menerapkan metode-metode baru hasil pelatihan menjadi tantangan tersendiri.
Demikian pula seharusnya pengetahuan guru-guru bertambah di era pandemi karena punya kesempatan membaca buku-buku baru dan lama. Bisa jadi selama ini bukunya sekadar pajangan dan berdebu. Guru tak sempat membaca karena harus ke sekolah setiap hari. Energi untuk membaca buku habis di sekolah dan perjalanan.
Pandemi seharusnya berkorelasi positif dengan peningkatan penguasan materi guru. Saat-saat di rumah merupakan saat guru dekat dengan buku-buku yang selama ini mungkin terabaikan. Menurut Hafid Abbas (2019: 43), tingkat penguasaan guru terhadap bidang studi yang diajarkan sangat rendah. Dalam UU Guru dan Dosen Tahun 2005 disebutkan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik S-1/ D-4, kompetensi, dan sertifikat pendidik.
Guru Pakar
Saat ini sebagian guru di Indonesia tengah melakukan serangkaian pelatihan melalui program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak. Ini merupakan upaya pemerintah untuk terpenuhinya pengembangan kompetensi berkelanjutan (PKB) pendidik Indonesia. Program merdeka belajar ini semoga mengubah cara berpikir guru-guru Indonesia.
Di sekolah-sekolah bagus-hebat, pelatihan guru merupakan hal wajib, khususnya di era pandemi yang menuntut keterampilan-keterampilan baru dalam pembelajaran. Mereka tidak mengandalkan program pemerintah untuk meningkatkan kapasitas guru-guru mereka. Ada dana khusus yang mereka siapkan setiap tahun untuk memanggil pakar-pakar pembelajaran dan pendidikan.
Dalam hal pelatihan, bukan soal lamanya waktu yang penting, tetapi efektivitasnya. Pelatihan yang lama akan mengganggu kinerja guru. Pelatihan guru bisa dinilai gagal karena tidak melahirkan guru-guru yang pembelajar mandiri atau autodidak. Menurut Daoed Joesoef (2017: 226), yang ada hanya sejumlah penyandang gelar kesarjanaan tanpa semangat ilmiah, tidak menghayati tradisi akademis, tidak kreatif.
Guru Kompeten
Hasil belajar mandiri dan terbimbing di atas akan meningkatkan literasi digital dan pengetahuan guru. Literasi digital akan menjadi kebutuhan guru saat ini dan di masa mendatang. Misalnya ia akan menjawab masalah kelangkaan atau kekurangan guru di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Guru-guru di kota bisa mengajar anak-anak daerah 3T tanpa harus datang ke sana. Literasi digital cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia dan literasi digital cocok saat belajar harus tak tatap muka.
Guru-guru yang menguasai literasi digital akan mengajar PJJ sama baiknya dengan mengajar PTM. Pelatihan literasi digital menjadi fenomena baru dan tersedia begitu banyak bagi guru-guru yang mau belajar. Kemauan guru menerapkan metode-metode baru hasil pelatihan menjadi tantangan tersendiri.
Demikian pula seharusnya pengetahuan guru-guru bertambah di era pandemi karena punya kesempatan membaca buku-buku baru dan lama. Bisa jadi selama ini bukunya sekadar pajangan dan berdebu. Guru tak sempat membaca karena harus ke sekolah setiap hari. Energi untuk membaca buku habis di sekolah dan perjalanan.
Pandemi seharusnya berkorelasi positif dengan peningkatan penguasan materi guru. Saat-saat di rumah merupakan saat guru dekat dengan buku-buku yang selama ini mungkin terabaikan. Menurut Hafid Abbas (2019: 43), tingkat penguasaan guru terhadap bidang studi yang diajarkan sangat rendah. Dalam UU Guru dan Dosen Tahun 2005 disebutkan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik S-1/ D-4, kompetensi, dan sertifikat pendidik.
Guru Pakar
tulis komentar anda