UMKM Bangkit!
Jum'at, 27 Agustus 2021 - 13:49 WIB
Penulis merespons positif keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin rasio penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM ditingkatkan menjadi lebih dari 30% dari total penyaluran kredit pada 2022. Apalagi, saat ini rasio kredit perbankan Indonesia ke UMKM masih di kisaran 20%, tertinggal dibandingkan negara-negara Asia macam Malaysia (51%), Jepang (66%) atau bahkan Korea Selatan (81%).
Pemerintah juga berjanji penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan juga bakal dinaikkan dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta. Plafon KUR maksimal juga dinaikkan dari sebelumnya Rp500 juta menjadi Rp20 miliar. Potensi kredit, apalagi di sektor usaha mikro, masih sangat besar. Apalagi masih terdapat 30 juta pelaku usaha mikro yang belum mengakses layanan pembiayaan formal dari total 57 juta pelaku usaha mikro?
Kendati demikian, jangan sampai kebijakan yang sudah begitu matang dari sisi perencanaan, malah mentah di lapangan. Sebab, tanda-tanda itu sudah mulai muncul dan terdengar. Misalnya untuk penyaluran KUR tanpa agunan yang kenyataannya di lapangan menunjukkan pihak bank masih meminta agunan. Entah itu dalam wujud BPKB kendaraan atau sertifikat rumah. Pemerintah maupun regulator perlu mencermati praktik-praktik semacam itu. Bila perlu berikan sanksi tegas kepada lembaga keuangan yang masih bandel tersebut.
Langkah lain yang menurut penulis penting adalah pelibatan e-commerce yang berbisnis di Tanah Air. Pembatasan kegiatan macam PSBB hingga PPKM nyatanya melesatkan tingkat belanja online. Jamak kita mendengar teriakan “paket” di rumah-rumah masyarakat. Akan tetapi, e-commerce yang didukung oleh kapital besar jangan sampai hanya menjual barang-barang impor. Mereka perlu diminta berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas UMKM, tidak hanya untuk pasar dalam negeri, melainkan juga luar negeri. ?
Langkah Pemprov Jawa Barat menggandeng Shopee dengan membuat Kampus UMKM Shopee Ekspor di Kota Bandung bisa menjadi rujukan. Sebab, Shopee diminta membantu pelaku UMKM mempersiapkan produk go digital dan go global. Sederhananya, pelaku UMKM akan dibimbing mengurus administrasi ekspor, memotret produk, dan teknik pergudangan, hingga pemetaan produk di suatu negara. Harapannya, pelaku bisnis rumahan di pelosok desa pun bisa menjual produk ke pasar global.
Pada akhirnya, sebagaimana kata-kata Branson dalam pembukaan tulisan ini: a big business starts small, kian relevan di tengah pandemi Covid-19 yang masih akan mewarnai kehidupan masyarakat saat ini bahkan hingga ke depan. Menjadi harapan kita semua, usaha kecil yang tumbuh menjadi bisnis besar akan menghadirkan multiplier effect yang luar biasa terhadap perekonomian Tanah Air di era postpandemic Covid-19. Dengan begitu, kebangkitan ekonomi dapat dirasakan seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah juga berjanji penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan juga bakal dinaikkan dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta. Plafon KUR maksimal juga dinaikkan dari sebelumnya Rp500 juta menjadi Rp20 miliar. Potensi kredit, apalagi di sektor usaha mikro, masih sangat besar. Apalagi masih terdapat 30 juta pelaku usaha mikro yang belum mengakses layanan pembiayaan formal dari total 57 juta pelaku usaha mikro?
Kendati demikian, jangan sampai kebijakan yang sudah begitu matang dari sisi perencanaan, malah mentah di lapangan. Sebab, tanda-tanda itu sudah mulai muncul dan terdengar. Misalnya untuk penyaluran KUR tanpa agunan yang kenyataannya di lapangan menunjukkan pihak bank masih meminta agunan. Entah itu dalam wujud BPKB kendaraan atau sertifikat rumah. Pemerintah maupun regulator perlu mencermati praktik-praktik semacam itu. Bila perlu berikan sanksi tegas kepada lembaga keuangan yang masih bandel tersebut.
Langkah lain yang menurut penulis penting adalah pelibatan e-commerce yang berbisnis di Tanah Air. Pembatasan kegiatan macam PSBB hingga PPKM nyatanya melesatkan tingkat belanja online. Jamak kita mendengar teriakan “paket” di rumah-rumah masyarakat. Akan tetapi, e-commerce yang didukung oleh kapital besar jangan sampai hanya menjual barang-barang impor. Mereka perlu diminta berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas UMKM, tidak hanya untuk pasar dalam negeri, melainkan juga luar negeri. ?
Langkah Pemprov Jawa Barat menggandeng Shopee dengan membuat Kampus UMKM Shopee Ekspor di Kota Bandung bisa menjadi rujukan. Sebab, Shopee diminta membantu pelaku UMKM mempersiapkan produk go digital dan go global. Sederhananya, pelaku UMKM akan dibimbing mengurus administrasi ekspor, memotret produk, dan teknik pergudangan, hingga pemetaan produk di suatu negara. Harapannya, pelaku bisnis rumahan di pelosok desa pun bisa menjual produk ke pasar global.
Pada akhirnya, sebagaimana kata-kata Branson dalam pembukaan tulisan ini: a big business starts small, kian relevan di tengah pandemi Covid-19 yang masih akan mewarnai kehidupan masyarakat saat ini bahkan hingga ke depan. Menjadi harapan kita semua, usaha kecil yang tumbuh menjadi bisnis besar akan menghadirkan multiplier effect yang luar biasa terhadap perekonomian Tanah Air di era postpandemic Covid-19. Dengan begitu, kebangkitan ekonomi dapat dirasakan seluruh rakyat Indonesia.
(bmm)
tulis komentar anda