Dampak Buruk Pandemi, Ini Bahaya yang Mengancam Masa Depan Anak
Senin, 09 Agustus 2021 - 19:22 WIB
(Baca Juga: Kasus Anak Kena Corona Meningkat 12,5%, IDAI Imbau Tegakkan Prokes )
Keprihatinan sekaligus kekhawatiran akan dampak pandemi terhadap masa depan anak Indonesia di antaranya disampaikan oleh anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati dan pakar ilmu anak dan keluarga dari IPB University, Yulina Eva Riani. Mufidayati bahkan menyebut, pandemi bukan hanya memberikan ancaman buruk terhadap kondisi kesehatan anak-anak remaja, tapi juga kesehatan jiwa/psikis anak.
Kondisi ini terjadi karena menurunnya pelayanan kesehatan dasar serta pemantauan kondisi gizi dan tumbuh kembang anak. ‘’Layanan posyandu yang sempat tutup dalam waktu lama, banyaknya kasus pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang tutup akibat tenaga kesehatannya yang terpapar Covid, memberi dampak negatif bagi kesehatan balita dan ibu hamil,” kata Mufida, Minggu (8/8).
Dia menandaskan, puskesmas dan posyandu merupakan lini utama yang paling dekat dan mudah dijangkau masyarakat. Namun ternyata, selama pandemi sebagian besar puskemas dan posyandu tidak bisa berfungsi. Akibatnya, banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang memadai dan balita kurang terpantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhannya.
‘’Salah satu dampak dari menurun drastisnya pelayanan kesehatan terhadap anak-anak adalah pemenuhan kebutuhan imunisasi anak. Padahal imunisasi ini sangat penting untuk menjaga imunitas anak dari berbagai penyakit akibat mikroorganisme, tidak hanya Covid-19,’’ kata dia.
(Baca Juga: Usai PPKM Darurat Berakhir, IDAI Minta Mal Lakukan Pengetatan Terhadap Anak-Anak )
Selain itu, pelayanan yang terbatas untuk balita juga mengancam keberlangsungan 25 juta balita di Indonesia untuk memperoleh imunisasi, suplemen vitamin A, pemantauan tumbuh kembang, dan pelayanan rutin lainnya yang sangat diperlukan oleh balita. Dampak dari ini semua adalah pada kualitas sumberdaya manusia Indonesia di masa datang, ketika para balita tersebut memasuki usia produktif.
Dia kemudian mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sudah menghadapi tantangan dalam permasalahan pertumbuhan balita. Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 15.000 anak Indonesia terdampak dalam kejadian luar biasa antara polio, campak, difteri, gizi buruk dan wabah lainnya.
Kondisinya bertambah buruk karena pandemi berlangsung berkepanjangan. Akibatnya, imunisasi dasar yang terhambat, pemantauan pertumbuhan balita yang tidak berjalan baik, kualitas gizi yang menurun akibat ekonomi yang merosot akan memberi dampak di masa datang dalam pertumbuhan anak di masa datang.
Demikian pula dengan permasalahan psikis seperti stres pada anak akibat terlalu lama di rumah maupun dampak dari tekanan ekonomi keluarga, minim interaksi dan aktivitas outdoor. Terlalu banyak kegiatan daring juga menimbulkan dampak dalam jangka panjang. “Ini menambah tantangan dalam mempersiapkan anak Indonesia memasuki era bonus demografi,” ujarnya.
Keprihatinan sekaligus kekhawatiran akan dampak pandemi terhadap masa depan anak Indonesia di antaranya disampaikan oleh anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati dan pakar ilmu anak dan keluarga dari IPB University, Yulina Eva Riani. Mufidayati bahkan menyebut, pandemi bukan hanya memberikan ancaman buruk terhadap kondisi kesehatan anak-anak remaja, tapi juga kesehatan jiwa/psikis anak.
Kondisi ini terjadi karena menurunnya pelayanan kesehatan dasar serta pemantauan kondisi gizi dan tumbuh kembang anak. ‘’Layanan posyandu yang sempat tutup dalam waktu lama, banyaknya kasus pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang tutup akibat tenaga kesehatannya yang terpapar Covid, memberi dampak negatif bagi kesehatan balita dan ibu hamil,” kata Mufida, Minggu (8/8).
Dia menandaskan, puskesmas dan posyandu merupakan lini utama yang paling dekat dan mudah dijangkau masyarakat. Namun ternyata, selama pandemi sebagian besar puskemas dan posyandu tidak bisa berfungsi. Akibatnya, banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang memadai dan balita kurang terpantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhannya.
‘’Salah satu dampak dari menurun drastisnya pelayanan kesehatan terhadap anak-anak adalah pemenuhan kebutuhan imunisasi anak. Padahal imunisasi ini sangat penting untuk menjaga imunitas anak dari berbagai penyakit akibat mikroorganisme, tidak hanya Covid-19,’’ kata dia.
(Baca Juga: Usai PPKM Darurat Berakhir, IDAI Minta Mal Lakukan Pengetatan Terhadap Anak-Anak )
Selain itu, pelayanan yang terbatas untuk balita juga mengancam keberlangsungan 25 juta balita di Indonesia untuk memperoleh imunisasi, suplemen vitamin A, pemantauan tumbuh kembang, dan pelayanan rutin lainnya yang sangat diperlukan oleh balita. Dampak dari ini semua adalah pada kualitas sumberdaya manusia Indonesia di masa datang, ketika para balita tersebut memasuki usia produktif.
Dia kemudian mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sudah menghadapi tantangan dalam permasalahan pertumbuhan balita. Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 15.000 anak Indonesia terdampak dalam kejadian luar biasa antara polio, campak, difteri, gizi buruk dan wabah lainnya.
Kondisinya bertambah buruk karena pandemi berlangsung berkepanjangan. Akibatnya, imunisasi dasar yang terhambat, pemantauan pertumbuhan balita yang tidak berjalan baik, kualitas gizi yang menurun akibat ekonomi yang merosot akan memberi dampak di masa datang dalam pertumbuhan anak di masa datang.
Demikian pula dengan permasalahan psikis seperti stres pada anak akibat terlalu lama di rumah maupun dampak dari tekanan ekonomi keluarga, minim interaksi dan aktivitas outdoor. Terlalu banyak kegiatan daring juga menimbulkan dampak dalam jangka panjang. “Ini menambah tantangan dalam mempersiapkan anak Indonesia memasuki era bonus demografi,” ujarnya.
tulis komentar anda