Solidaritas Antar Sesama Kunci Melawan Wabah Radikalisme
Sabtu, 17 Juli 2021 - 21:48 WIB
"Misalnya kita punya teman yang non muslim, lalu kita foto bareng atau bikin video bareng lalu disebarkan di media sosial," katanya.
Lebih lanjut, pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988 ini menyebut bahwa semua pihak harus bersama-sama share konten-konten yang sudah ada tentang toleransi sampai pada titik di mana ada foto seorang pendeta berjalan dengan seorang ustaz bukan lagi viral. Karena itu bukan lagi sesuatu yang luar biasa. Justru menjadi hal yang biasa banget melihat perbedaan dihadapi dengan toleransi dan penuh perdamaian.
"Kalau masih ada foto-foto toleransi yang masih viral, di satu sisi kita sedih karena toleransi masih dianggap sesuatu yang luar biasa. Apalagi kita tahu bahwa kelompok toleran ini mayoritas sebenarnya di Indonesia, namun mereka masih silent," ucap lulusan Magister Tafsir Quran dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Ia mengajak agar semua pihak bersama-sama memenuhi media sosial dengan konten-konten yang toleran. Ibarat vaksin Covid-19 ini adalah suntikannya, yang mana isi dari suntikan tersebut adalah ideologi yang moderat.
"Oleh karena itu vaksinnya adalah vaksin ideologi tentang persatuan, perdamaian, toleransi, cinta kasih dan lain sebagainya. Itu yang seharusnya disuntikkan," kata Habib Ja’far.
Selain itu, Habib Ja'far mengungkapkan bahwa sebetulnya para pemuka agama, pemerintah serta organisasi keagamaan dapat turut serta melakukan vaksinasi terhadap virus radikalisme ini. Karena mereka memiliki semua infrastruktur sampai tingkat yang paling bawah. Ia mencontohkan NU, Muhammadiyah atau pun Rabitah Alawiyah yang memiliki cabang sampai ranting, minimal sampai tingkat kabupaten/kota.
"Maka gunakan semua infrastruktur yang ada itu untuk kemudian menyebarkan nilai-nilai ideologi yang pro-NKRI, yang pro kepada keberagamaan yang morderat dan cinta damai," katanya.
(abd)
tulis komentar anda